Nebula

4.7K 733 22
                                    

Hari minggu yang cerah menyambut Asa yang masih tertidur pulas di ranjang kesayangannya. Kicauan burung yang berterbangan diatas atap rumah seakan-akan membangunkan gadis itu. Namun sepertinya usaha burung-burung itu terasa sia-sia. Karena buktinya, saat ini masih diam di tempat dengan posisi tubuh yang sama dan tidak bergerak sedikit pun. Hingga akhirnya dering ponsel yang tergeletak di  meja kecil dekat ranjang itu berbunyi.

Asa mengerjap pelan. Matanya terasa berat untuk dibuka. Pencahayaan yang samar-samar masuk melalui ventilasi kamarnya itu membuat Asa sadar. Bunyi bising yang berasal dari ponselnya itu tetap saja mengalun menganggu indra pendengarannya. Ia mendengus. Dengan berat hati tangan panjang itu meraih ponsel yang jaraknya mungkin satu meter dari tempat dimana ia berada, tanpa melihat nama penelpon yang ada di layar.

"Halo?" Sapa Asa dengan suara serak.

"Lo dirumah kan?"

Asa mengerutkan kening. Ponselnya ditarik dari telinga untuk melihat siapa yang menelponnya pagi ini.

Ternyata Bintang.

Ponsel yang ada di genggamannya kini ditempelkan kembali ke telinganya. "Ngapain sih lo telpon gue pagi-pagi begini? Ganggu tau gak?" Lantas Asa menguap lebar-lebar.

"Pagi kata lo?!" Laki-laki di seberang itu memekik tak percaya. Spontan, Asa menjauhkan ponsel itu dari telinganya.

"Gak usah bacot deh. Ada apaan?"

Bintang tertawa perlahan. "Jalan yuk?"

"Dih, lo kayak ngajak cabe jalan. Ogah ah. Males gue."

"Yaelah bawel lo kayak emak-emak. Pokoknya gue jemput lima belas menit lagi."

"Heh! Pala lo lima belas menit! Satu jam!"

"Gak ada bantahan. Jam 09.15 lo harus udah duduk cantik di mobil gue."

"Babi lo ah! Ngeselin!"

Sambungan telepon diputuskan secara sepihak oleh Asa. Kakinya turun dari ranjang secara perlahan. Bibirnya menggerutu tidak jelas sambil berjalan ke kamar mandi dengan langkah kesal.

-PLUTO-

Lagu-lagu yang mengalun merdu dari radio menemani perjalanan mereka ditengah keramaian kota. Bibir Asa bergumam kecil mengikuti setiap lirik lagu She looks so perfect milik 5 Seconds of Summer. Kepalanya diayunkan keatas dan kebawah menikmati setiap nada. Di samping Asa, ada Bintang yang memegang kemudi. Laki-laki itu sepertinya tidak tertarik mengikuti lagu yang terputar di radio, sehingga ia memilih fokus pada jalanan.

"Kita mau kemana?" tanya Asa akhirnya setelah sepuluh menit perjalanan.

"Rahasia." jawab Bintang yang masih sibuk memegang setir.

Asa berdecak. Matanya menatap Bintang dengan penuh kekesalan. Kekesalan pertama, ia diculik pagi-pagi tanpa rasa hormat oleh seorang Bintang. Kekesalan kedua, Bintang tidak memberi tahu kemana ia akan dibawa. Dan kekesalan ketiga, cacing di perutnya kini telah meronta-ronta meminta asupan gizi di pagi hari.

"Jauh nggak? Laper nih gue."

Bola mata Bintang bergerak ke atas memperkirakan jarak tempat yang akan ditujunya. "Lumayan."

"Yaudah, beliin gue makan dulu." Ucap Asa sambil memegangi perutnya yang datar itu agar terkesan dramatis dimata Bintang.

Bintang terkekeh geli. Merasa lucu setiap melihat Asa bertingkah manja padanya saat ini. Dan dia menyukai hal itu. "Iya, iya. Kita beli makan dulu." Tangannya menjangkau puncak kepala Asa, mengelusnya sayang.

PLUTOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang