Aldebaran

6.2K 899 98
                                    

Aku jatuh cinta pada seseorang yang hanya mampu kugapai sebatas punggung saja.

Seseorang yang aku sanggup menikmati bayangannya dan tidak pernah bisa aku miliki.

Seseorang yang hadir bagai bintang jatuh, sekelebat kemudian menghilang, sebelum tangan ini sanggup mengejar.

Seseorang yang hanya bisa kukirimi isyarat, sehalus udara, langit, awan atau hujan.

-Bintang
B

intang menghela napas panjang, menatap langit malam dalam diam. Hari ini tidak ada bintang di langit malam, bulan pun lebih sering tertutup awan.

Kini dia membuka ponselnya dan membuka situs blog yang akhir-akhir ini sering dibukanya.

Malam ini aku punya perbincangan yang panjang dengan bulan. Katanya ia tak pernah bersama matahari tetapi ia selalu merindukan nya.


Lalu bagaimana dengan aku?


Merindukan semua hal yang sebenarnya tidak akan pernah terjadi.


Bintang langsung membaca tulisan itu. Sepertinya sang penulis baru saka memposting tulisannya barusan.

Seperti biasa, ujung bibirnya tertarik ketika membaca tulisan gadis itu. Tulisan-tulisan sederhana yang ditulis disana selalu sukses membuat kekaguman Bintang bertambah padanya.

Sebenarnya, tak ada yang bedanya gadis itu dengan gadis lainya. Yang membedakannya hanya kecintaannya terhadap benda-benda langit yang terlalu over obsessed.

Kini Bintang memejamkan mata. Merasakan pedih di hatinya. Mau secinta apa pun gadis itu pada benda langit, dia tidak akan memilih Bintang.

Karena dia sendiri adalah Bintang.

- PLUTO-

Rumah itu terasa begitu kosong. Sunyi yang mencekam, menunjukkan tak ada lagi kehidupan disana. Padahal sehari-hari ada perempuan yang tinggal disana.

Asa masuk kerumahnya dengan pelan. Gadis itu berharap ayahnya akan pulang malam ini, tapi nyatanya tidak. Hari ini rumahnya terlihat sepi, seperti biasanya. Sejak tiga hari yang lalu ayahnya pergi begitu saja karena urusan pekerjaan. Padahal Asa tau kalau ayahnya kelelahan.

PLUTOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang