Supernova

8.3K 1.1K 84
                                    

Dahulu kala, hiduplah sebuah planet bernama Saturnus. Dengan ribuan cincin yang mengelilingi planet itu membuatnya menjadi mahakarya ciptaan Tuhan yang begitu indah. Ciri khasnya yang tidak dimiliki oleh planet lain membuat Saturnus begitu di elu-elukan. Si Saturnus yang dicintai orang banyak, ramah pada siapapun dan tentu saja, cantik.

Namun, tidak ada yang pernah tahu bahwa satu persatu cincin-cincin Saturnus yang indah itu terbang meninggalkannya, tergantikan dengan cincin-cincin kekecewaan yang menjeratnya perlahan. Membuat Saturnus sulit bernapas dan akhirnya meredup begitu saja.
begitu saja.

Meski begitu, objek di galaksi bimasakti seperti Bintang Sirius yang bersinar paling terang pun ikut jatuh dalam keindahan Saturnus.

Tapi Saturnus hanya mencintai Pluto.

Pluto? Siapa yang peduli pada Pluto? Objek angkasa yang dianggap sebagai planet kesembilan nyatanya kini telah dibuang begitu saja. Disetarakan dengan planet-planet kerdil lainnya. Jarak antara Pluto dan Matahari yang begitu jauh dan ukurannya yang kecil membuatnya tak dianggap lagi dan berakhir dilupakan. Si Pluto yang malang.

Jika dibandingkan dengan Bintang, Pluto hanyalah planet redup yang berada di langit yang sama bersama Bulan dan Bintang. Ia hanyalah planet yang tak akan pernah terlihat karena terkalahkan orang terangnya Bintang Sirius.

Namun, semesta memang sering usil kan?

Semesta memberikan ketiganya jarak yang berjauhan. Jarak dibutuhkan oleh mereka. Jaraklah yang akan mengobati luka mereka secara perlahan. Tuhan memang sudah merancangnya sedemikian rupa, memberikan rasa kecewa pada umatnya di kemudian hari.

Saturnus yang megah kini mulai hancur perlahan menjadi kerikil di planet kerdil.

Diliputi kesedihan yang mendalam, sang Pluto juga akhirnya mengasingkan diri di tempat paling gelap. Menjadi beku dan asing.

Saat keduanya larut dalam kesedihan, Bintang yang terlalu mencintai Saturnus akhirnya memutuskan sesuatu.

"Aku akan terus memancarkan sinarku hingga terlihat sampai ke Saturnus. Itu yang akan membuktikan seberapa besar cintaku padanya."

Tanpa Bintang sendiri sadari, dirinya terlalu bersemangat memancarkan cahaya sampai lupa bahwa inti bintang dan hidrogen dalam tubuhnya semakin menipis.

Objek angkasa itu tidak pernah sadar bahwa inti bintangnya terus terbakar dan memanas sampai miliaran derajat hingga akhirnya meledak.

Bintang pun akhirnya mati, tapi cahayanya akan memancar lebih terang sampai ratusan juta kali dari cahaya sebelumnya.

Sebesar apapun usaha Bintang, sebesar itu pula Saturnus tidak memedulikannya. Melihat itu, Bintang pun marah. Maka, ketika masa hidupnya berakhir, dia menyusut menjadi lubang hitam yang memiliki gravitasi yang sangat kuat. Menyedot segala sesuatu yang mengelilinginya, bahkan cahaya pun ikut terserap.

Tidak mungkin ada akhir yang bahagia untuk mereka. Kehidupan cinta sudah membuat ketiganya mejadi hilang arah.

"Cinta akan menghancurkan segalanya hingga tulang-tulangmu remuk dan kau akan tertawa seperti orang gila."

Asa tersenyum kecut ketika melihat tulisannya kini sudah ia posting di blog-nya.

Kini matanya menerawang ke segala arah. Berusaha mencari sosok Bella dan Sissy di kampusnya, tapi Asa masih tetap tidak bisa menemukan keduanya.

PLUTOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang