3. Kejadian Waktu Malam

49.3K 787 0
                                    


Malam-malam begini, aku sedang mengerjakan PR fisika sambil tidak tahu jawabannya. Kalau sudah begini paling-paling aku akan datang pagi-pagi dan meminjam PR milik Franda atau Alona. Mereka berdua memang sahabat terbaikku dari SMP sampai SMA, semoga saja seterusnya begitu.

Jam berdetik menunjukkan pukul dua belas malam. Tidak ada suara lain di sini kecuali suara gesekkan antara pulpen dan kertas yang berasal dariku. Aku tengok jendela, tidak ada bintang. Di Bandung memang jarang sekali terlihat ada bintang, entah hanya dari rumahku saja, atau memang seperti ini.

Aku putuskan untuk tidur setelah sebelumnya sudah membereskan buku. Aku masukkan buku-buku pelajaran besok ke dalam tas.

Kriuk ...

Itu bunyi perutku, astaga aku lupa bahwa aku belum makan malam saking asyiknya mengerjakan tugas-tugas serta belajar.

Mungkin Mama punya persediaan mi instan di dapur, atau sisa makanan tadi malam.

Keluar dari kamar, aku sedikit membuka pintu kamar yang terletak di sebelah kamarku. Clara dan Claudia ternyata sudah tidur dengan lelap. Aku mencium kening mereka satu per satu dan menutup pintu perlahan supaya tak membangunkan mereka.

Aku turun ke bawah dan di bawah ternyata lebih gelap daripada yang kukira. Di bawah juga sangat dingin. Aku berjalan ke dapur, mengecek apakah ada makanan di kulkas. Ah, tapi lebih baik aku nyalakan lampu saja supaya lebih jelas dan ...

Aku langsung berteriak kencang ketika lampu sudah menyala. Di depan mataku kini sudah terlihat Om Aryo dengan tubuh telanjang bulat. Ia mendekatiku, berusaha menyetubuhi aku lagi seperti dulu.

"AAAA!"

Aku bangun dari tidur, tak kusangka aku akan bermimpi buruk lagi untuk yang ketiga kalinya. Kulirik jam, ternyata tepat jam dua belas malam.

Aku putuskan untuk ke kamar Mama di lantai bawah, sedikit berlari, aku takut sekali apa yang terjadi di mimpi terjadi di kehidupan nyata.

Mama tengah tidur. Aku bisa melihatnya walau lampu sudah dimatikan, wajahnya diterangi sinar bulan yang temaram. Aku menyuruhnya bergeser sedikit, ia pun menurut. Lalu Mama sadar. "Loh, Kakak belum tidur?"

"Gak bisa tidur, Ma." Aku menjawab.

Mama mengusap-usap wajahku seperti waktu aku kecil dulu.

"Ma." panggilku.

"Apa, Sayang?"

Aku tidak tahu apakah ini obrolan yang tepat diobrolkan di malam hari atau sebaliknya. Tapi, aku yakin besok Mama akan sibuk bekerja, jadi tidak ada waktu lagi selain sekarang.

"Mungkin gak sih Om Aryo itu tau keberadaan kita di sini?"

"Hmm?" Mama mengantuk, setengah tak konsentrasi dalam obrolan ini. Kemudian ia menyahut. "Ngomong apa sih kamu, Om Aryo gak mungkin tau kita ada di sini, kecuali ada yang memberi tahu dia, lagipula dia kan masih di penjara."

Aku mendesah, "tapi ini udah 6 tahun berlalu, Ma. Aku takut aja dia menemukan kita. Dan tadi aku lihat Om Aryo di depan mall."

"Ah mana mungkin, Mama kemarin udah telepon pihak kepolisian, Om Aryo masih di penjara, malah Mama minta hukumannya di perpanjang jadi 2 tahun lagi."

"Tapi Ma—"

"Udahlah, itu cuma halusinasi kamu aja, Sayang ... banyak pria yang wajahnya mirip sama dia." Mama berusaha menenangkanku. "Mama ngerti kamu masih trauma, tapi jangan buat hidup kita yang baru di kota ini hancur lagi. Ya?"

Ada benarnya juga kata Mama, wajah Om Aryo itu memang banyak, aku pernah ketakutan seperti ini juga waktu aku SMP, sampai Mama menghampiri pemuda tersebut dan setelah diteliti lebih jauh, wajahnya memang beda. Dan mereka pun bukan orang yang sama.

Sudahlah, tidak ada gunanya aku memikirkan sesuatu yang belum pasti. Aku pun tertidur.

MY EX FATHERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang