10. Ternyata

18.6K 430 0
                                    

"Pris kenalin ini Ayah aku."

Sejam setelah obrolan kami itu, ayah rian yang sungguhan benar-benar datang. Ia memakai kemeja biru tua serta jins panjang sampai menutupi mata kakinya. Pertama, dia berhenti dengan mobil tua di depan pagar. Lalu dia perlahan masuk, membuka pagar, dan yang bisa aku lihat adalah postur tubuhnya yang tinggi. Aku tidak bisa melihat wajahnya, sebab di sini gelap.

Dan firasatku ternyata benar. Ketika ia masuk, aku melihat wajah itu lagi. Tubuh yang menyetubuhi aku dulu. lelaki itu, dia kembali. Memasuki gerbang kehidupanku.

Aku menjabat tangannya sebagai tanda kesopanan dan hormat pada ayahnya Rian. "Pricilla." Kusebutkan namaku walau aku tahu dia masih ingat. Matanya menatap mataku, kacamata bertengger di tengah kemejanya.

Lalu ia tersenyum.

Oh Tuhan, kenapa kita harus bertemu lagi?

Aku tertegun melihat sosok bertubuh jangkung itu. Wajahnya tak tampak berbeda seperti pertama kali aku bertemu dengannya. Dia. Astaga. Dia bukan Jeri, dia ... Haryono. Om Aryo.

Apakah Rian sudah ditipu?

***

Satu tahun yang lalu, aku ingat waktu itu aku sedang membaca Kafka on Shore, yang publik bilang adalah masterpiece-nya Haruki Murakami. Jam menunjukkan pukul sembilan malam. Aku sudah hampir selesai membaca novel ini. Aku bersiap untuk tidur ketika seseorang mengetuk jendela kamarku.

"Sttt."

Aku menengok agak takut, bisa saja kan maling? Tapi tidak logis jika ada maling yang mau maling jam sembilan, secara orang-orang pasti belum tidur dan masih mengerjakan kegiatannya yang menumpuk.

Aku mengalihkan kepala ke arah jendela, lalu aku melompat dari atas kasur dengan celana pendek serta kaus ketat tanpa lengan. Aku melihat ke jendela, ternyata ada seseorang di sana.

"RIAN?" panggilku terkejut, waktu itu. Aku langsung menyuruhnya masuk dengan bantuan tanganku. Rian ternyata memanjat pakai tali buat bisa ke sini.

"Jangan keras-keras." Rian menaruh telunjuknya di bibir ketika sudah masuk. Kusuruh ia duduk di ranjangku.

"Kamu ngapain?" Aku bertanya.

"Aku mau kamu tau sesuatu."

"Apa?" tanyaku, mengurungkan niat mengoceh, 'Ya ampun, Rian, kenapa gak lewat telepon atau SMS aja? Terus kenapa kamu masuknya harus lewat jendela?'

"Ternyata dia bukan ayah kandung aku, Pris."

Sejak saat itulah Rian tahu bahwa ayah yang tinggal bersamanya selama belasan tahun itu bukan ayah kandungnya. Dia adalah ayah tirinya Rian. Ayah dan Ibunya dulu menitipkan Rian, dan tak pernah kembali.

"Makanya dia jahat sama aku." tutur Rian.

"Rian ...."

"Aku ingin ketemu sama Ayah dan Ibu. Aku ingin punya orangtua, Pris."

"Aku ngerti gimana perasaan kamu." Kupeluk Rian dan kami menangis bersama malam itu.

Aku mengingat Papa yang sudah meninggal waktu aku kelas lima. Rian yang terus-menerus berkata sudah tidak tahan dengan perlakuan ayah tirinya di rumah. Rian dan aku mungkin bernasib sama, atau mungkin tidak.

Aku tahu dengan kalimat-kalimat 'sabar ya' atau 'semoga' itu semua omong kosong. Jadi, aku cuma bisa membantunya memberi kehangatan, lewat pelukan.

MY EX FATHERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang