13. Teror

18.2K 384 6
                                    

Aku tidak bisa tidur dengan tenang belakangan ini.

Beberapa kali aku terbangun pukul dua pagi karena mimpi buruk, lalu beberapa kali juga aku mengalami insomnia berat. Paling sering adalah terbangun karena mimpi buruk.

Mimpi buruknya bermacam-macam, tapi susah buat dilupakan. Contohnya barusan aku bermimpi tentang penjahat yang dikejar-kejar polisi, tapi entah mengapa penjahat itu berlari ke arahku. Lalu polisi menembakkan dua peluru. Kami mati bersama.

Ada juga mimpi tentang aku berada di suatu tempat entah apa. Aku sendirian. Di sana putih nyaris seperti tembok baru dicat. Putih sekali. Aku menatap sekitar, di sini tidak ada orang selain aku. Aku berteriak minta tolong, lalu beruntungnya aku ada seseorang yang mendekat. Ia menyentuh bahuku lalu bilang kalau kita terjebak dan akan tinggal di sini selamanya.

Mimpi lainnya yang membekas dan masih bisa kuingat hingga kini adalah aku haus sekali, sangat haus, belum pernah aku sehaus ini sebelumnya. Di rumahku tidak ada air, sama sekali, aku buka kran tapi yang keluar malah makanan. Aku buka lemari es dan mencari es batu, di sana malah ada api. Aku mencari teko, tapi mendadak semua teko di rumahnya hilang.

Kucari air dan minta ke tetangga, tapi tetanggaku sedang tidak berada di rumahnya. Aku kembali lagi ke rumah, berlarian, kemudian ada seseorang di hadapanku. Anehnya, orang itu kemudian berubah menjadi botol berisi air. Dan botol itu ternyata dapat bicara seperti dalam film Alice in Wonderland.

"Minum aku, dan aku akan hidup dalam dirimu."

Bodohnya, aku minum.

Aku terbangun dari ratusan mimpi-mimpi buruk, kuambil ponsel dan kuceritakan pada dua sahabatku itu. Katanya mimpi-mimpiku tidak ada yang masuk akal. Terlebih semua tokoh dalam mimpiku adalah Om Aryo.

Om Aryo. Om Aryo. Om Aryo.

***

Mataku bengkak ketika tukang koran melempar koran dan langsung kutangkap di Minggu pagi ini. Aku memakai celana pendek setengah paha dan kaus ketat tanpa lengan berwarna senada dengan celanaku, yaitu ungu.

Koran minggu pagi, keluargaku tidak pernah berhenti berlangganan koran sebelum atau sesudah Papa meninggal. Untuk mengenang almarhum, begitu kata Mama.

"Mata kamu bengkak banget, Nak." sapa Mama begitu aku melangkah masuk ke dapur. Langsung duduk di kursi-kursi bar.

"Aku gak bisa tidur semalaman, Ma."

"Mimpi buruk lagi?" tembak Mama yang langsung tepat sasaran. Kujawab pertanyaan itu dengan anggukan.

"Bentar ya Mama ambilkan kompresan." Mama berjalan menyiapkan air dingin berisi es-es batu buat dikompres ke dua bola mataku. Aku membuka tali yang terikat di koran, lalu kubuka kertas besar itu. Berita, berita, dan berita. Tidak ada yang lain apa?

Kubaca judul-judul itu sambil mengompres mataku ketika Mama menaruh kompresan di sebelah tanganku.

"Mau kompres sama Mama apa sendiri?"

"Sendiri aja, Ma."

Kubaca koran itu mulai dari judulnya.

"Seorang Anak Diperkosa oleh Ayah Tirinya."

"Pacar Anaknya Diperkosa oleh Ayah Pacarnya."

Banyak pemerkosaan hari ini, batinku. Kukompres mataku yang sebelah kiri.

"Dendam Seorang Ayah pada Anak Gadisnya."

"Aku Akan Nikmati Adik-Adikmu!"

"Akan Kuhancurkan Hidupmu, Pricilla!"

Aku berteriak kencang pada Mama. Kulempar serbet itu ke dalam baskom, beberapa tetes air dingin keluar dari situ. "AAA!"

"Astagfirullah, ada apa, Nak?" Mama menghampiriku dari tempat cuci baju. Ia langsung bergerak memelukku. Tangisku pecah seketika.

"Korannya ... Ma."

"Kenapa, Sayang, korannya?" Mama berlari mendekatiku. Aku memeluk pinggangnya erat. Kemudian Mama mengambil koran dan membacanya.

A/n: semoga pesannya sampai yaaa...

MY EX FATHERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang