5. Hadiah dan Surat (Lagi)

31.3K 611 3
                                    


Makan malam di keluargaku selalu terasa hidup setiap harinya. Benar kata orang, rumah akan terasa lebih sempurna jika ada anak-anak kecil di dalamnya. Clara dan Claudia sangat suka mengoceh kapan pun, ya namanya juga anak kecil.

Topiknya malam ini adalah tuyul.

"Ara waktu itu nemu tuyul, Ma."

"Masa?" Masa pura-pura ingin tahu.

"Iya, terus Ara tanya, mau kamu apa?"

"Ara berani banget, ya." komentarku. "Terus dia jawab apa?"

Clara melanjutkan ceritanya, "dia jawab, 'gaji saya lima juta'."

Aku sontak tertawa, entah cerita itu benar atau tidak. Kadang jalan pikiran anak kecil sulit di mengerti.

Tok tok tok ...

"Permisi ...."

Suara dari luar pintu mengganggu acara makan malam kami. Aku bertanya-tanya siapa tamu yang datang malam-malam begini. Mana suaranya cowok pula.

"Biar aku aja, Ma, yang buka." kataku pada Mama. Sementara Mama melanjutkan perbincangan tuyul di meja makan.

Aku berjalan ke depan pagar. Walaupun di sana minim penerangan, sebab lampu jalan rusak, aku masih bisa melihat bahwa ada seseorang tinggi yang berdiri menghadap ke rumahku.

"Dengan Pricilla Debora?" kata si pemuda itu.

"Iya benar."

"Ini ada paket. Tandatangan di sini."

Aku menurut setelah mengambil kardus cokelat itu.

Masuk ke dalam, aku barulah bisa ngeh kalau yang tadi itu adalah kurir JNE. Dan di situ pula aku dapat membaca siapa yang mengirimi aku paketan itu.

Dari: Dito

Buat: Pricilla

"Dari siapa, Nak?" tanya Mama, ia berteriak dari meja makan ketika aku sudah berjalan masuk ke rumah.

Aku membuka bungkusan cokelat itu dan ternyata isinya adalah boneka teddy bear yang amat menggemaskan. Serta surat, kulihat sebentar, tulisannya masih rapi sama seperti dulu. Tapi aku enggan membukanya, jadi aku lempar barang-barang itu ke gudang.

Mungkin lebih tepatnya, aku buang.

Ini bukan pertama kalinya Dito si teman SD-ku itu mengirimi aku barang. Awalnya aku terima, lalu lama-kelamaan aku bosan. Aku sampai SMS dia kalau aku sudah punya pacar. Terang-terangan aku tolak dia. Namun, dia tetap bersikeras menginginkanku.

Aku kembali ke meja makan.

"Kayaknya kita harus pindah rumah deh, Ma."

"Dito lagi?"

Aku mengangguk.

"Harusnya kamu tuh bersyukur ada yang naksir kamu, ada yang kirimin kamu barang."

"Ya tapi kan aku gak suka, Ma."

"Barangnya sekarang kemana?"

"Taro gudang."

"Ya udah kamu mending sekarang makan." kata Mama menunjuk ke arah piringku.

"Gimana tadi di sekolah?" tanyaku pada Clara dan Claudia.

Clara menjawab semangat, "seru, Kak. Aku diajarin membaca. Terus aku main ayunan sama Fina, Talia, Melani, Tiara, banyak pokoknya."

"Wah wah keren."

Mama gantian bertanya. "Besok sekolah jam berapa?"

"Jam delapan,"

"Oh iya, tanggal 7 Agustus orang tua disuruh dateng Kak, Ma, kita harus ke rumah Nenek Susi secepatnya." kata Clara memberi tahu. Tanggal 7 berarti minggu depan.

"Kenapa kita harus ke rumah Nenek Susi?" tanya Mama bingung.

"Ya karena yang disuruh dateng sama Bu Erin itu orang tua, Mama." Claudia ikut menyahut.

Aku baru paham maksud anak-anak kecil ini. "Maksud orang tua itu ayah dan ibu, Sayang. Bukan orang yang sudah benar-benar tua."

"Ohhh gitu ya Kak."

"Iya."

"Kalian ada-ada aja. Nanti Kakak aja ya yg ke sana? Mama kan sibuk kerja."

"Eh nggak apa-apa?" Mama merasa tidak enak.

"Gapapa, Ma, kebetulan kan Sabtu aku emang libur."

Dua anak itu kembali bercerita, katanya tanggal tujuh nanti, mereka ada pertunjukkan yaitu balet sederhana. Temanya Putri Angsa. Mereka sudah latihan dari jauh-jauh hari, pasti mereka akan tampil dengan lucu. Tak sabar aku menunggu.

A/n: yasud laa pende jug ta aps

MY EX FATHERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang