Satu bulan setelahnya ...
Rumahku ramai sekali oleh tamu-tamu yang hadir pada acara syukuran ulang tahun Mama yang ke 52.
Perasaanku di Minggu senja ini amat lega, juga senang karena masih dikelilingi oleh orang-orang yang kusayangi seperti; Mama, Double Cla, Franda, Alona, Kak Flara, Kak Ferio, Nenek Susi, Nenek Gubuk Tua, dan terakhir tentu saja ada Rian.
Dinding sudah aku dekorasi bunga-bunga kesukaan Mama serta puluhan hiasan lain bersama Kak Flara dan dua adik kesayanganku. Lalu Franda dan Alona bertugas membuat kue ulang tahun di dapur. Sementara Rian dan Kak Ferio mambantu memindahkan kursi dan meja ke halaman belakang.
"Balon warna-warni yang baru kita beli tadi kemana, Pris?" tanya Alona.
"Gak tau, bukannya ada di Franda?" jawabku.
"Frann, balon-balon ada di lo?" Alona mendekati Franda yang sedang berada di dapur.
Aku menengok ke arah jam dinding, sudah jam empat sore, kita tidak boleh telat. Mama akan tiba dari dinasnya lima menit lagi. Dengan kecepatan super, pesta sederhana ini pun akhirnya jadi juga.
Mama mengetok pintu rumah, kami bersiap di tempat dan langsung meneriakkan kata 'selamat ulang tahun' kencang-kencang. Mama tentu saja tidak menyangka mendapatkan kejutan kepulangannya, sekaligus perayaan karena usianya sekarang sudah bertambah. Wajahnya senang sekali, apalagi ketika kami bergantian memberi kado dan ucapan selamat.
"Selamat ulang tahun ya, Tante. Semoga panjang umur!" Alona mencium pipi Mama lembut.
"Aamiin. Terima kasih, ya."
Mama menerima banyak sekali kado. Karena kewalahan ia pegang, jadinya ia simpan di bawah meja. Seperti pesta ulang tahun pada umumnya, Mama meniup lilin, memotong kue, juga ada pengajian. Alona juga ikut meramaikan acara dengan bernyanyi.
Untuk pertama kalinya aku merasa bahagia. Untuk pertama kalinya aku merasa lengkap walau tanpa almarhum Papa.
Aku duduk di kursi taman yang telah dipindahkan di halaman belakang. Sekarang kebun rumahku sudah dihias sedemikian rupa, ada balon-balon berwarna-warni, juga banyak sekali makanan. Di depanku ada panggung yang sekarang sedang diisi oleh Alona, juga Franda yang ikut meramaikan acara dengan menari-nari. Walaupun acara ini sangat simpel dan seadanya, tapi bukan itu yang kuambil, melainkan rasa syukur ke Yang Maha Esa sebab masih diberikan hidup sampai detik ini.
"Pris ...," panggil Rian yang duduk di sebelahku. Kami sama-sama menikmati pesta ini.
"Hm?" balasku, tanpa memandang matanya.
"Aku ingin menikah dengan kamu."
"Yan!" Aku memukul bahunya pelan.
"Maksud aku nanti," Rian nyengir.
"Bikin kaget aja kamu." Aku mengerucutkan bibir.
Kami kembali diam. Lalu setelahnya Rian membuka obrolan lagi, "oh iya,"
"Apa?"
"Aku mau kamu tau tentang orangtua kandung aku." Rian menjeda, ia memerhatikan wajahku yang menatapnya serius. "Sebenarnya ayah kandung aku adalah Kak Ferio. Dan ibu kandungku adalah Kak Flara." Rian menjelaskan. "Kak Flara mengandungku ketika dia berusia tujuh belas tahun, dan ketika aku lahir dia menyuruh papanya sendiri buat mengangkatku sebagai anak."
Aku benar-benar kaget mendengar fakta tersembunyi ini. Aku tatap Kak Flara dan Kak Ferio yang sedang berdansa menikmati lagu Nirvana, kesukaanku.
Kalau Rian bercerita tentang masa lalunya padaku, mungkin aku juga harus bercerita tentang apa yang terjadi padaku di masa lalu.
"Rian ... aku juga mau kamu tau sesuatu," kataku, sudahlah tak apa jika dia akan meninggalkanku setelah dia mendengar pengakuan ini, jadi aku katakan semuanya mengenai Clara yang sebenarnya bukan adikku, melainkan anak gelapku dengan Om Aryo. Lalu masa kecilku yang buruk dengan bajingan itu. Penculikan. Hingga peristiwa yang belakangan terjadi. Semuanya aku ceritakan, hingga kenyataan bahwa aku sudah tidak bisa hamil lagi.
"Aku udah nggak sempurna sebagai wanita, Yan. Aku udah nggak punya rahim ...."
Rian diam, nampaknya dia berusaha mencari kalimat yang tepat untukku. "Kamu tau, Pricilla? Aku mencintai kamu dengan masa lalumu. Aku mencintaimu sebagai masa depanku. Aku sayang kamu tanpa syarat, seperti anak kecil yang jujur dan tulus." Rian menatap ke arah Leo dan Claudia yang tengah bermain. Mereka tak lagi bertengkar, hubungan mereka malah terlihat akrab.
Jawaban Rian membuatku terkesima. "Aku bener-bener ...," Aku ingin menampik kalimat Rian barusan, tetapi tidak bisa karena Rian tiba-tiba mencium bibirku.
"Yannn malu diliatin orang-orang!" Aku melepaskan ciuman singkat itu. Untung saja tidak ada pasang mata yang melihat.
Rian malah memeluk pinggangku. Aku berusaha menjauh, tapi Rian malah melekatkan dirinya padaku. "Aku juga nggak mau menyentuh kamu sampai kita menikah nanti." Rian berikrar. "Tunggu aku sukses, ya. Nanti aku dateng ke sini lagi buat melamar kamu."
"Kamu ngomong gitu udah kayak mau pergi jauh aja." celutukku.
"Aku mau ikut Kak Ferio ke Jakarta. Jadi mulai semester depan kita resmi LDR." Rian tersenyum sambil memelukku lebih erat.
"Serius? Wah ... aku pasti bakal kangen banget sama kamu," ujarku manja.
"Aku juga bakal kangen banget sama Tuan Putri yang manja ini," Rian mencubit pipiku gemas.
Franda menoleh ke arahku. "Kalian serasi banget deeeh! Aku foto, ya?" Franda memang membawa kamera yang menggantung di leher. "Satu, dua, tiga ...." Cekrek. Bunyi foto terdengar. Duh padahal kan aku belum siap!
"Ihhh aku juga mau foto dong!" Alona yang semenja tadi nyanyi sekarang meninggalkan mik dan pergi mendekatiku.
"Mama gak diajak nih?"
"Ara juga mau foto!" Clara tak kalah ingin ikut berfoto, disusul Claudia, Kak Flara, Kak Ferio, Leo, sampai aku dihimpit oleh banyak sekali orang, tapi anehnya aku senang.
Franda yang ingin juga ikut dalam foto, akhirnya menaruh foto itu di meja yang lumayan tinggi. Dia lalu menyetel timer, lalu buru-buru berlari ke arah kami. Serentak kami mengeluarkan gaya berfoto masing-masing.
"Empat, tiga, dua, satu ... cekrek!"
TAMAT
A/n: Yeayyy makasih udah setia baca My Ex Father dari awal hingga akhir! Makasih juga yang udah meluangkan waktunya buat mencet vote, udah bersedia komen, atau membagikan cerita ini ke teman-teman kalian! Yang sider juga makasih yaaa udah mau baca!
Nantikan cerita selanjutnya berjudul: My Undeath Father wkwkwkwk.
Sinopsisnya: Om Aryo bangkit dari Kawah Putih ....
EH GA DENG BOONG! Om Aryo-Om Aryo ini cukup sampai di sini aja hehe.
Big thanks juga yang udah masukin ke Reading List wkwkwk (sampe lupa). Udah gitu aja ... sampai bertemu di ceritaku yang selanjutnya yaaaa!!! Dadah!
KAMU SEDANG MEMBACA
MY EX FATHER
Romance18+ Enam tahun sudah berlalu, kini ia kembali mengusik hidup kami. Seri kedua dari My Step Father. Hak cipta dilindungi undang-undang.