"CILAAA!!!"
Aku menjauhkan ponsel dari telinga kala mengangkat telepon tanpa membaca nama penelepon dahulu. Ternyata itu adalah Yasmin, aku kenal betul dari suaranya walau ia hanya memanggilku begitu. Suaranya tak pernah berubah.
Lagi pula hanya teman-temanku yang dulu yang bisa memanggilku dengan panggilan itu.
Ini masih pagi buta, untuk apa Yasmin meneleponku sepagi ini? Aku kucek-kucek mata, menguap sedikit karena masih mengantuk.
"Hoaaam kenapa, Yas?" tanyaku.
"Ih Cila kamu masih ngantuk, yaaa?"
"Iya lah, makanya liat sekarang jam berapa,"
"Hehehe." Yasmin cengengesan, "maaf ya. Soalnya ini acaranya juga mendadak banget,"
"Acara apaan?"
"Reuniiii! Kamu bakalan dateng, kan?"
"Wah?" Aku membulatkan mata antusias. "Kapan memangnya?"
"Nanti jam satu siang. Kamu berangkat dari Bandung jam delapan aja, nanti kita jemput di terminal,"
Yasmin berbicara panjang lebar perihal reuni, lama juga sih aku tidak bertemu dengan para alumni SD Selimut Lembut. Mereka apa kabar, ya? Apakah mereka banyak berubah? Aku tidak sabar ingin bertemu dengan mereka semua.
Aku mengiyakan tawaran Yasmin dengan semangat, aku bilang aku tidak perlu dijemput di terminal, sebab aku akan mengajak seseorang ke sana.
***
"Ini udah keempat kalinya kamu nguap," kataku ketika melihat dia menguap lagi.
"Ngantuk, Pris," Itu katanya.
Setelah mendapat telepon dari Yasmin pagi tadi, aku menelepon Rian, memintanya buat menemaniku ke Jakarta. Aku juga agak takut jika ke Jakarta sendirian, inginnya sih ditemani Mama, tapi dia kan sibuk bekerja. Mau bareng Clara dan Claudia, aku takut dia malah bosan di sana.
"Lagian kamu kenapa ajak aku sih?" Rian mengeluh. "Nanti aku kayak kambing yang dicocok hidungnya lagi di sana,"
Aku tertawa sedikit, "nggak lah, Yan. Mereka baik kok, nanti aku kenalin kamu sama temen-temen aku."
Perjalanan dalam bus memakan waktu tiga jam. Itu juga kalau tidak MACET. Sayangnya, kemacetan merayap dari jalan menuju tol sampai di tol. Dan dalam waktu lima jam setengah, kami pun sampai di Jakarta. Aku memekik senang.
Aku menurunkan barang-barang, sebagian dipanggul Rian, aku bilang tidak usah biar aku saja, tapi katanya dia nggak mau aku capek.
"Kamu ngapain bawa tas gede-gede gini? Kan kita gak bakal nginep."
"Ya emang, tapi itu bukan baju isinya, tapi oleh-oleh, Rian Sayang ...."
"O-oh."
Dari terminal bus, kami naik bajaj yang kebetulan lagi nongkrong. Rian nyengir karena dia baru pertama kali naik kendaraan ini.
Tak lama, kami sampai di SD Selimut Lembut, sekolah ini ternyata berubah total di luar dugaanku. Jadi tambah luas dan tambah bagus! Mungkin mereka membeli sawah di sebelah SD, jadi sekarang bisa dibangun lebih luas.
"Lucu ya nama SD kamu," kata Rian ketika membaca plang nama sekolahku.
"CILAAA!!!"
Yasmin langsung memelukku begitu aku masuk gerbang sekolah. Ia tak ada yang berubah, selain makin cantik dan makin tinggi. Malah tinggian dia daripada aku sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY EX FATHER
Romance18+ Enam tahun sudah berlalu, kini ia kembali mengusik hidup kami. Seri kedua dari My Step Father. Hak cipta dilindungi undang-undang.