eps. 5

5.6K 1.4K 50
                                    


Nabila bangun dengan keadaan lelah yang menggerogoti tubuhnya. Dirinya segera mematikan suara yang muncul dari ponselnya. Matanya sedikit kesusahan untuk membuka dan melihat dunia hari ini. Badannya lelah dan hanya ingin bercumbu dengan kasur.

Suara telponpun kembali membuat Nabila berurusan dengan handphonenya.

"Jam tujuh. Jangan lupa."

Nabila langsung membelalakan matanya dan loncat dari kasur untuk cepat membersihkan diri. Ia lupa bahwa hari ini adalah dimana hari terakhir ia magang dan juga dimana akhir tugas yang dikerjakan berakhir.

Ia hanya membutuhkan waktu dua puluh menit untuk bersiap-siap dan langsung berangkat ke pengadilan.

Pada saat ia turun, di ruang tamu terdapat Kai yang sedang meminum sesuatu di cangkir dengan Papanya.

"Nabila, sini!" Suruh Donghae yang membuat Nabila mau tidak mau mendatanginya. "Ada Kai."

Tanpa Donghae bilangpun dirinya sudah melihat dengan jelas siapa lelaki yang ada di depannya. Berkali-kali Nabila melihat jam dan merasakan kegelisahan, karena dirinya harus cepat segera pergi. Kai yang melihat pun mengerti mengapa Nabila seperti itu.

"Om, saya mau antar Nabila." Begitu saja Kai berbicara, Donghae dan Nabila segera melihat dirinya.

"Ayo Nab, nanti kamu telat jalanin sidang," kata Kai sambil berdiri dan pamit kepada calon mertuanya itu.

Nabila yang harus sadar dan cepat pergi pun langsung mengikuti Kai dan masuk ke dalam mobilnya. Di dalam mobil pun Nabila tidak mengucapkan satu katapun. Dia hanya mengecek dan membaca kembali berkas kasus yang ada di depannya.

"Gimana tidurnya?" 
"Udah makan?"
"Tidurnya nyenyak?"

Sudah beberapa rentetan pertanyaan Kai lontarkan tapi dia tetap tidak ditanggapi oleh calon istrinya itu.

"Kacang," ceplos Kai yang membuat Nabila menengok ke arah dirinya.

Pada saat wanita itu menengok dan sedikit memberi waktu untuk menanggapi Kai, Kai hanya diam. Melihat Kai diam dan tidak mencoba untuk berbicara lagi, Nabila kembali membaca kertas kasusnya.

Kai mungkin benar-benar kesal karena dia tidak ditanggapi dan akhirnya dia memilih diam juga.

Beberapa kali Kai menyadari pergerakan dari wanita di sampingnya yang mencoba untuk membuat keadaan lehernya lebih baik.

Beberapa kali juga wanita di sampingnya itu menguap dan memejamkan mata sebentar.

Nabila sebenarnya merasa gelisah, karena ini sudah lewat dari jam tujuh,  yang berarti ia harus siap mendapatkan semprotan dari Lay. Nabila juga mempunyai kebiasaan yang tidak pernah bisa dihilangkan. Jika dia gelisah, dia akan mengigiti kukunya dan dirinya tak sengaja menghela napas kasar.

"Sebentar lagi sampe," ucap Kai seakan ingin membuat Nabila berkurang kegelisahannya.

Benar saja, mereka sampai di tempat pengadilan jam 07:30. Nabila segera keluar agar dia tidak tambah di marahi oleh Lay. Ketika Nabila turun, Kai hanya kehilangan kata-kata. Tidak ada ucapan terimakasih, sama sekali.

Pada saat Kai baru saja ingin mengumpat, pintu mobilnya terbuka dan mendapati Nabila dengan napas tersenggal mengatakan

"Makasih." Lalu perempuan itu lari untuk masuk ke dalam tempat pengadilan.

Nabila segera berlari memasuki gedung pengadilan dengan berharap Lay tidak akan memarahinya.

"Darimana aja kamu?" Tanya Lay langsung ketika Nabila baru sampai di hadapannya. "Tau kan disuruh dateng jam berapa?" Tanya Lay lagi.

Nabean ; KaiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang