#51 - Finale (II)

2K 300 28
                                    



"Hai, Bean."

Satu sapaan seketika membuat Nabila terdiam termangu. Ia lihat dari atas sampai bahwa dan mengucak matanya. Kali saja ini hanya sebuah halusinasi di pagi hari. Tapi sayang, postur Kai masih berada di depannya meski ia berkali-kali sudah mengedipkan kedua matanya.

"Ayo check up. Aku anter."

Brak!

Pintu di depan Kai tertutup cepat dan juga keras. Kai pun sampai terkejut. Akan tetapi Kai memaklumi mengapa Nabila berlaku seperti itu. Pasti ia terkejut mendapati dirinya muncul dihadapannya.

Sedangkan oknum yang menutup pintu dengan keras itu masih tak percaya dengan siapa yang kini sedang berdiri di depan pintu rumahnya. Hatinya berdegup kencang, entah mengapa ia merasa ketakutan dan juga sedikit rasa senang.

Apakah doanya terkabul?

"Bean.. Bean! Buka pintunya. Ayo kita check up."

Suara Kai kembali membuat Nabila kembali ke dunia nyata.

Bean.

Hanya Kai yang memanggil dirinya dengan panggilan tersebut. Hal tersebut membuat Nabila yakin bahwa dirinya merindukan Kai. Tetapi gengsi dan kecemasan yang ia punya seakan menampik apa yang dirinya rasakan.

"Bean.."

Duk!

"Aduh!" Ringis Nabila manakala sang anak yang berada di dalam perutnya menendang dengan sering.

"Bean? Kamu gapapa?"

Duk!

"Aduh.. Dek.. Ibu sakit kalau kamu nendangnya begitu.." ringisnya.

"Bean! Kenapa? Kamu kenapa? Hey!"

Kai mendengar dengan jelas ringisan Nabila, maka dari itu ia merasa khawatir. Ia ketuk pintu rumah tersebut secara terus-terusan sampai akhirnya ia memutuskan untuk membuka pintu rumah tersebut secara perlahan.

Ternyata tak terkunci.

Ia segera masuk ketika Nabila terus meringis kesakitan. Hal pertama yang ia lihat adalah Nabila terduduk di lantai sambil memegang perutnya yang sudah besar tersebut.

"Bean kenapa?! Ada apa?! Kasih tau aku apa yang sakit?!"

Nabila hanya bereaksi dengan memberi gestur tangan "tak mengapa" terhadap Kai. Akan tetapi Kai sudah kepalang panik dan berusaha untuk menggendong Nabila.

"Kita ke rum—arrgh!"

Kai kesusahan untuk menggendong Nabila yang sedang mengandung anaknya.

"Bean bentar. Aku telfon ambulance."

Duk!

"Aduh Dik!" Ringisnya lagi.

"Kenapa?! Bean ada apa kasih tau!"

Duk!

"STOP PANGGIL AKU BEAN!" Akhirnya Nabila sedikit berteriak yang membuat Kai kebingungan.

"Ke—kenapa?"

"Kamu manggil aku Bean, Kana nendang terus! Nendangnya brutal!"

Kai terdiam. Ia bingung harus melakukan apa. Tetapi akhirnya ia memilih untuk membawa Nabila ke sofa agar ia bisa duduk dengan nyaman. Kini mereka berdua sudah duduk di sofa. Ada satu hal yang masih membuat Kai penasaran.

"Bean.."

Duk!

"Dibilang jangan manggil aku Bean!" Nabila kesal karena sang bayi kembali menendangnya secara brutal.

Nabean ; KaiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang