eps. 45

2.7K 661 31
                                    

Jangan lupa baca notes di akhir yaa!👋🏻
Janlup vomment juga!

"Jeno..," adalah kata pertama yang Nabila keluarkan.

Kai yang mendengar itu langsung mendongakkan kepala dan menampilkan wajah kebingungan. Dalam keadaan seperti ini ia tahu jelas bahwa istrinya tidak boleh memikirkan sesuatu hal yang berat. Memberitahu bagaimana keadaan Jeno sama saja menyuruh istrinya kembali sakit.

"Jeno dimana?" Nabila kembali bertanya dengan suara lemasnya. Ia bertanya karena Kai sama sekali tidak menjawabnya.

Sampai pada akhirnya Nabila mencoba untuk bangun dari tidurnya dan Kai segera menghadang Nabila untuk tetap merebahkan badannya.

"Bean.. kamu baru sadar. Kamu belum bisa turun dari sini," ucap Kai.

"Jeno, Kai. Jeno." Nabila tetap bersikukuh meminta kabar tentang adiknya.

"Jeno ada."

"Ya dimana?"

"Aku minta kamu untuk istirahat dulu, keadaan kamu belum terlalu baik."

"Terlalu baik? Hanya untuk tahu kabar adik aku harus tunggu aku sehat?" Nabila mengatakannya seperti sedang menantang Kai.

"Kamu harus pikirin kondisi kamu dulu Bean. Kamu baru bangun dari koma kamu."

"Terus aku nggak bisa pikirin adikku yang sama halnya mengalami kejadian yang sama dengan aku? Kai, aku cuma mau tahu gimana keadaan Jeno."

Nabila mengatakannya dengan hati yang dikerubungi rasa penasaran perihal keadaan adiknya. Melihat Kai yang seperti menutupi keadaan Jeno membuat Nabila merasa bahwa ada yang tidak beres dengan keadaan Jeno sekarang.

Kai menghela napas dan mencoba memilah kata yang setidaknya tidak memperlihatkan bahwa keadaan Jeno sekarang sangat memprihatinkan.

"Jeno ada. Dia di Rumah Sakit ini juga. Mama dan Papa kamu udah bersama Jeno."

"Dia gapapa kan? Gak lebih parah dari apa yang aku alamin kan?" Nabila menyecar Kai dengan pertanyaanya.

"Yang aku tau Jeno sudah ditindak lanjuti oleh Dokter yang bersangkutan. Kamu jangan khawatir, Dokter pasti akan mengusahakan yang terbaik untuk Jeno. Oke?"

"Aku mau ke Jeno," kata Nabila sambil mencoba bangun dari bangsalnya tetapi Kai kembali menahannya.

Namun kali ini Kai menahannya dengan memeluk perempuan itu. Sangat erat.

Awalannya Kai tidak mengatakan apapun. Ia hanya memeluk Nabila dalam diam. Nabila yang dipeluk pun juga melakukan hal yang sama. Sampai pada akhirnya bahu sebelah kirinya, dimana tempat kepala Kai bersandar merasakan basah. Bahu Kai juga sedikit naik turun. Dari situ ia tau, Kai menangis di bahunya.

Nabila hanya diam. Tak tahu harus bagaimana, kilatan dimana ia mengetahui tentang Harin adalah anak Kai masih terasa tidak nyata baginya. Masih terasa itu adalah sebuah bunga tidur siang bolong yang sayangnya sampai sekarang terasa nyata. Tetapi dengan Kai yang menangis di bahunya seakan menyadarkan dirinya bahwa itu bukan hanya bunga tidur saja. Melainkan hal nyata.

"Maafin aku, Bean." Untuk kesekian kalinya Nabila mendengar kata itu dari Kai, suaminya.

"Tolong kamu istirahat dulu. Aku bisa pastiin kalau Jeno sudah ditangani dengan cepat dan baik oleh dokter disana. Tolong. Aku gak mau lihat kamu terbaring seperti beberapa menit yang lalu."

Nabila perlahan mencairkan rasa egonya yang ingin bertemu dengan Jeno. Entah mengapa hatinya menyuruhnya untuk mengikuti apa kata Kai.

Kini perempuan itu berbaring dengan Kai yang jelas mengenggam tangannya.

Nabean ; KaiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang