Vomment!!
Anak.
Anak di hasilkan dari usaha seorang suami istri. Jika Kai ingin meminta anak terhadap Nabila mungkin waktunya sekarang tidak tepat.
Mengapa?
Karena Kai sendiri pun sedang merajuk dengan istrinya. Tidak mungkin bukan tiba-tiba Kai mengajak Nabila untuk membuat anak?
Apalagi serentetan memori tentang malam dimana mereka melakukannya pertama kali dengan indah membuat Kai semakin menginginkan istrinya sekarang juga.
Seketika Kai tambah kesal. Lagipula, Kai juga ingin memberi Nabila sedikit pelajaran untuk tidak seenaknya berbicara. Kai melarangnya bekerja karena wanita itu terkadang lupa akan dirinya sendiri. Bagaimana kerja?
Ingat ketika Nabila melakukan magang di salah satu Kantor Akuntan Pajak? Wanita itu pulang hingga larut malam bahkan jam dua pagi baru keluar dari kantor setelah menyiapkan data untuk peradilan yang parahnya di gelar jam 7 pagi kemudian. Membayangkan istrinya bekerja saja membuat Kai menggeleng kepalanya keras.
Tidak bekerja saja masih cuek, bagaimana bekerja? Mungkin Kai akan kalah dengan tumpukan kertas kasus yang dilakukan oleh istrinya. Atau lebih sedihnya suami Nabila berganti menjadi tumpukan kertas.
Pemiikiran yang berbeda kini dialami oleh wanita di sebelah Kai. Ia kesal, benar. Tapi bukan kesal karena sikap Kai terhadapnya. Ia kesal mengapa ia tidak mengetahui apa penyebab Kai merajuk dengan dirinya.
Berkali-kali mengulang memori pun wanita itu masih tidak menemukannya. Yang hanya ia ingat adalah bagaimana tadi malam mereka bermain hingga pagi dan bagaimana Kai mengucapkan kata manis yang bisa saja membuat wanita itu gila.
Omong-omong mengingat kejadian tadi malam kembali membuat Nabila tersipu malu dan menyunggingkan senyum sedikit.
"Ih gila. Ngapain senyum sendiri?" Suara Kai terdengar yang membuat Nabila melihatnya terkejut.
Wah, jadi Kai benar-benar ingin melakukan apa yang Nabila lakukan terhadapnya?
"Terserah aku lah," balas wanita itu tak mau kalah.
Selanjutnya mereka kembali diam pada saat Harin datang ke arah mereka.
"Onna! Omki! Harin mau balon!" Harin mengucapkannya dengan nada penuh semangat. Bahkan anak kecil itu sudah menarik ujung baju Kai untuk segera berdiri dan membelikan balon yang ia mau.
Alih-alih Kai yang berdiri, kini Nabila yang bergegas berdiri dan mengambil tangan Harin untuk segera pergi membeli balon.
"Saya aja," ucap Kai cepat.
"Diem. Duduk." Nabila mengucapkannya dengan nada jutek dan bena-benar terlihat kesal.
Kai heran, ini yang sedang merajuk dirinya atau istrinya?
Nabila meninggalkan Kai duduk sendirian dan pergi menemani Harin. Hari menggandeng tangan wanita itu, sesampainya mereka di tempat balon, Harin langsung memilih balonnya. Mata Nabila tertuju pada satu balon yang bertuliskan "Don't Mad at Me."
Wanita itu berpikir sejenak, apa ia harus membeli balon tersebut dan memberinya ke Kai? Tapi seketika bulu kuduknya merinding mengingat betapa menggelikan dan sangat cringe jika wanita itu lakukan. Lagipula, Nabila juga bukan tipe wanita yang bisa melakukan hal romantis. Tetapi ia bingung harus bagaimana mengembalikan mood Kai. Jujur saja wanita itu benar-benar tidak nyaman menghadapi sikap Kai yang pendiam.
"Onna ayo Harin mau main di Taman lagi."
Suara Harin mengembalikan Nabila dari pikirannya. Setelah membeli balon Harin kembali bermain, sedangkan Nabila kembali duduk. Situasi diantara mereka terasa dingin, keduanya lebih memilih diam karena masih pada gengsinya masing-masing.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nabean ; Kai
FanfictionIf there's bunch of reason people to leave me. I'll make you stay, for one reason.