When you love someone, and you love them with your heart, it never disappears.
– Forget Paris –
Sejak memasuki ballroom hotel, pandangan Maisa tak mampu berhenti menyapu seluruh bagian gedung yang modern ini. Ada puluhan meja bundar berselimut kain putih yang tertata rapi dengan hiasan bunga mawar biru di tengahnya. Dekorasinya sebagus pesta kalangan sosialita, dengan tata lampu yang memberikan rasa nyaman seperti kamar hotel berbintang.
Radik dan Rendra membantu Maisa menata gelas piala dan botol-botol soft drink di atas meja. Sambil menyenandungkan Scars To Your Beautiful-nya Alessia Cara, gadis berambut hitam ini menuang air mineral ke enam gelas tersebut. Sebagai sentuhan terakhir, ia menutupnya dengan kertas penutup berwarna senada dengan awan.
"Selesai, Bu Maisa?" tanya Radik.
"Beres."
Saat ini jam sudah hampir menunjukkan pukul tujuh malam. Sebentar lagi acara prom night party akan segera dimulai. Sesuai kesepakatan kemarin, setiap anggota mempunyai job desk masing-masing. Ada yang mengurus acara, ada yang mengurus konsumsi, ada yang mengurus keamanan, dan lain sebagainya.
Sesuai konsep, acara utama nanti berupa wisuda dan hiburan, seperti penampilan band, paduan suara, tari, dan drama. Maisa sendiri sudah dua kali dilibatkan dalam aktivitas tahunan OSIS ini.
"Ini acara terakhir untuk kakak kelas kita. Usahakan kita kasih kesan yang terbaik buat mereka. Semuanya harus stand by dan saling membantu, ya," ujar ketua panitia, Made, mengakhiri pengarahannya.
Begitu briefing selesai, para anggota membubarkan diri dengan serempak dan langsung menempatkan diri di pos masing-masing. Sebagai sie acara, Maisa menempatkan diri di tengah-tengah ruangan. Ia harus terus memantau jalannya acara dan menjaga komunikasi dengan anggota lain lewat handy talkie yang ada dalam genggamannya.
Namun seketika konsentrasi gadis itu hilang saat sosok Juna, mantan ketua OSIS yang sekarang menjadi kekasih hatinya, lewat begitu saja tanpa sepatah kata. Dari lagaknya, Juna kelihatan sangat terburu-buru. Ia menghindari berlari dan memilih berjalan cepat dari ujung ke ujung agar penampilannya tak terlalu berantakan. Kemudian ia segera berdiri di depan pintu masuk ballroom, bersama dengan guru-guru yang lain.
Tiba-tiba handy talkie yang ada di genggaman Maisa berbunyi.
"Semuanya stand by di tempat masing-masing. Walikota beserta Ibu, kepala sekolah, dan pejabat penting sudah masuk. Music on!"
Setelah komando itu, Nara sang operator segera membunyikan kaset yang berisi gending-gending Jawa sebagai pembuka. Dipimpin oleh seorang penari sebagai Cucuk Lampah, barisan yang terdiri dari orang-orang penting itu secara perlahan mulai melangkahkan kaki.
Butuh waktu sekitar lima belas menit untuk mengantarkan orang-orang itu ke tempat duduknya.
Begitu semua sudah berada di tempat, Maisa segera member kode kepada MC untuk membuka acara. Seperti wisuda kebanyakan, acara dibuka dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya, sambutan-sambutan, kemudian dilanjutkan dengan prosesi wisuda. Tiga orang dengan nilai terbaik dipersilakan untuk maju.
Oh God, ternyata Juna!
Ia dinobatkan sebagai peraih nilai tertinggi, tidak hanya nilai ujian nasional, namun juga nilai ujian sekolah dan nilai rapor. Gadis itu masih tak menyangka, Juna yang selalu sibuk dengan kegiatan organisasi dan ekstrakurikulernya, masih bisa mengatur waktu untuk belajar dengan baik dan menghasilkan prestasi seperti ini.
Tentu saja sebagai kekasih, Maisa merasa bangga. Ia bahkan tidak malu untuk memberinya dua jempol dari tempatnya berdiri sekarang.
Setelah prosesi wisuda selesai, acara kemudian dilanjutkan dengan hiburan. Ada penampilan band, tari, drama, dan bahkan pembacaan berbagai macam nominasi seperti halnya yang ada di televisi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rindu Komandan
Teen Fiction[UNPREDICTABLE UPDATE] "Seseorang yang benar-benar mencintaimu tidak akan pernah melepaskanmu. Bahkan jika ada ratusan kata untuk menyerah, dia punya satu alasan untuk bertahan." - Maisadipta Deepika Cadudasa "Terkadang dua orang harus berpisah unt...