BAGIAN 27 (PERTARUNGAN SENGIT)

1K 83 9
                                    

Be yourself; everyone else is already taken.

- Oscar Wilde -

Malam itu usai pelaksanaan apel, Mayor Indra memerintahkan kepada Juna agar mengumpulkan seluruh Mayor Dua keluarga asuh Angkasa di asrama tingkat IV dalam rangka kumpul keluarga asuh sebelum jam dua belas malam.

Sebelum bubar barisan, Juna segera bergerilya memberitahukan hal-hal tersebut kepada saudara asuhnya. Laki-laki bertali kor putih kuning itu tampak mondar-mandir menghampiri teman-temannya yang ada di barisan.

"Flat Danwingkorps, dua belas kurang satu."

Srek.. srek... srek...

Juna, Darwis, dan Dirga mengendap-endap menuju flat taruna tingkat IV lewat belakang, membelah rerumputan yang tumbuh cukup lebat. Sementara tiga tekan lainnya, Muzaki, Aldrich, dan Harshaqa menyusul lima menit kemudian melewati jalur yang sama. Hal ini dilakukan agar tidak ketahuan oleh pengasuh.

Rabu malam pukul 23.00 WIB.

Seluruh Mayor Dua keluarga asuh Angkasa sudah berkumpul di dalam kamar Mayor Indra. Di sana, para Mayor Satu, Niko, Alwi, Tama, Aditia, dan Kanawa juga ikut bergabung.

Dengan pakaian olahraga lengkap, para Mayor Dua mengambil sikap jongkok komando. Sembari dikelilingi Mayor Satu, kelima taruna tingkat III itupun bersiap mendengarkan arahan seniornya.

"Malam ini, saya mau sampaikan beberapa hal sama kalian," ujar Mayor Indra Tegas. Kelimanya nampak mendengarkan secara seksama.

"Pertama, sebentar lagi akan diadakan pemilihan Pokdo atau Kelompok Komando. Kami, Mayor Satu akan menyerahkan tongkat komando kepada kalian-kalian semua. Saya harap, salah satu dari kalian bisa jadi penerus saya. Saya mau yang jadi Danwingkorps nanti adalah dari keluarga asuh kita, Angkasa. Bisa?"

"Siap, bisa!"

"Kedua, ini teguran buat kalian. Sebagai senior tingkat III, kalian masih kurang tegas sama tingkat II. Banyak kurangnya adek-adek kalian itu. Masih banyak sersan tingkat II yang elek-elekan, apatis, jarang ngadep ke seniornya. Apa nggak malu kalian punya junior begitu?" tambahnya.

"Siap, salah!"

"Ketiga, kasih warning ke adik-adik kalian, harus ada yang ambil stick master atau penatarama di Gita Dirgantara. Di tingkat saya, ada Adit, dan di kalian udah ada Juna. Saya nggak mau nantinya tingkat II justru mengambil yang lain dan tidak mau menghadap Adit dan Juna yang memegang stick master. Angkasa harus punya penerus stick master. Paham?"

"Siap, paham!" jawab mereka serentak.

"Nah, sekarang biar kalian ingat, biar apa yang saya omongkan masuk ke telinga kalian, biar meresap ke hati kalian, ambil sikap push up sekarang. Kepal!" perintah Mayor Indra. "Lima puluh pertama. Itung bareng-bareng. Gerakan mulai!"

Semua pun mengikuti apa yang diperintahkan.

"Masih kuat?"

"Siap, kuat!"

Lima puluh kedua.

Lima puluh ketiga.

Lima puluh keempat.

Saat memasuki lima puluh keempat, pada hitungan ke tiga puluh, terlihat Aldrich dan Darwis mulai kelelahan. Mereka berdua tidak bisa mengimbangi gerakan teman-temannya. Dan Mayor Kanawa yang geram melihat mereka tidak bisa melakukan gerakan push up dengan benar langsung menyabetkan selang kecil ke paha dan punggung keduanya. Tak pelak bekas kemerahan langsung terlihat di tubuh mereka.

Selesai menyuruh push up, Mayor Indra kembali memberi pembinaan fisik lain kepada juniornya.

"Biar kalian lebih ingat lagi, berdiri kalian. Jumping jack lima puluh kali hitungan, delapan arah mata angin. Gerakan mulai!"

Rindu KomandanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang