BAGIAN 8 (IZIN BERMALAM)

2.4K 110 2
                                    

If you love somebody, let them go, for if they return, they were always yours. If they don't, they never were.

– Kahlil Gibran –

Maisa sama sekali tidak memerhatikan langkah seseorang yang menuju ke arahnya. Saat ujung high heels Maisa beradu dengan ujung sepatu orang itu, barulah gadis itu mendongak. Sesosok lelaki tegap berseragap lengkap tengah tersenyum ke arahnya dengan buket bunga jumbo di tangan, membuat mata Maisa terbelalak.

Mulut gadis itu menganga. Terlalu tak percaya dengan sosok yang tampak begitu nyata di hadapannya.

"Ju... Juna?"

"Iya, ini aku." Juna terkekeh pelan. "Kenapa, Mai? Kaget karena aku tiba-tiba nongol di sini?"

Tanpa komando Maisa langsung menubruk tubuh Juna, memeluk laki-laki itu erat dengan air mata yang tiba-tiba mengalir tanpa bisa dibendung. Awalnya Juna balas memeluk Maisa. Namun saat merasakan bahu Maisa bergetar, Juna segera melepas pelukannya.

Juna tersentak kaget mendapati air mata yang membasahi kedua pipi Maisa. Laki-laki berambut cepak itu menghapus jejak air mata di wajah gadisnya. Juna pun lantas bertanya, "Kamu kenapa? Kok malah nangis? Maaf kalau aku bikin kamu sedih."

Maisa menggeleng sembari mengusap air mata di pipinya.

"Aku nggak sedih. Aku cuma terlalu bahagia bisa ngelihat kamu tiba-tiba pulang. Mana mungkin aku bisa sedih ketemu sama orang yang aku sayang."

Maisa mundur selangkah saat pelukan mereka terurai. Tak peduli matanya yang memerah karena menangis, Maisa mendongak untuk menatap mata Juna. Sementara Juna balas menunduk dan mencium dahi kekasihnya itu. Senyum Maisa semakin merekah tatkala Juna memberikan buket bunga mawar biru berukuran besar. Aroma khas dari bunga-bunga yang bermekaran itu membuat hatinya menghangat.

"Bentar bentar. Inikan hari Kamis? Kok kamu bisa pulang? Bolos ya?" Raut wajah Maisa yang semula seperti 'seorang putri yang menunggu pangerannya kembali' berubah menjadi 'seorang detektif yang sedang menginterogasi tersangka kasus pencurian'.

"Kan Jumat tanggal merah, Mai. Sedangkan hari Sabtunya nggak terlalu ada kegiatan. Jadi dapat izin bermalam di luar alias IB. Sampai hari Minggu. Semua taruna-taruni dibolehin pulang ke rumah masing-masing deh," jelas Juna. "Oh iya, besok aku mau ajak kamu jalan-jalan. Kamu jangan lupa bawa baju ganti, agak banyakan. Soalnya aku mau ajak kamu nginep."

"Eh, nginep? Berdua doang?"

"Haiyah, ya nggak lah, Mai. Aku ngajak Mama aku juga kali. Kamu boleh ajak siapa aja. Mama kamu, tante kamu, tetangga kamu, siapa aja boleh deh."

"Beneran? Berangkat jam berapa?"

Juna tertawa kecil mendengar Maisa yang begitu antusias dan polos mirip anak kecil yang dijanjikan mainan oleh mamanya.

"Pagi jam 6 kamu udah harus siap. Harus udah mandi, harus udah wangi."

***

Benar saja. Keesokan harinya pukul 6 tepat, sebuah Fortuner putih sudah terparkir tepat di depan rumah Maisa. Dari dalam mobil keluarlah sosok Juna dan Mamanya serta seorang anak kecil berwajah Eropa yang kira-kira sepantaran dengan Jeany. Dia adalah Carsten, keponakan Juna yang berasal dari Denmark. Kebetulan anak itu sedang menikmati summer holiday-nya di Indonesia.

Juna membawa Mamanya dan Carsten masuk untuk menghampiri Maisa. Ternyata gadis itu sudah siap dengan sebuah koper besarnya.

"Kita mau ke mana sih, dek?" tanya Mama Maisa pada Juna.

"Mau ke taman hutan di daerah Karanganyar, Tante. Tempatnya bagus, adem juga."

Tempat yang dimaksud Juna adalah Taman Hutan Raya (Tahura) K.G.P.A.A. Mangkunagoro I yang berlokasi di Dusun Sukuh, Desa Berjo, Kecamatan Ngargoyoso, Kabupaten Karanganyar. Lokasinya berada sekitar 800 meter dari Candi Sukuh di lereng Gunung Lawu.

Rindu KomandanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang