BAGIAN 10 (PESTA KORPS)

2.1K 120 1
                                    

Sometimes people are beautiful. Not in looks. Not in what they say. Just in what they are.

– Markus Zusak

"Mama, pet putih aku di mana? Kemarin lupa naruh," tanya Juna pada Mamanya.

"Di atas meja deket ruang tamu, dek," jawab Mama separuh berteriak.

Juna berjalan berjalan menuju ruang tamu sambil mengancingkan seragam biru kebanggaannya. Hari ini ia tampil sangat rapi dan wangi. Dengan sevron roket di kedua lengan, Juna sangat siap bertemu dengan senior-seniornya.

Setelah menemukan apa yang dicari, Juna segera berpamitan. Pertama, ia akan menjemput Maisa. Setelah itu baru ia menjemput Tricia dan Abel.

***

"Kamu gugup, Mai?" gumam Juna. Anak matanya melirik Maisa yang sejak tadi diam. Tak berkata apapun, sepanjang mereka masuk kedalam gedung.

"Lumayan, ini pertama kalinya aku datang ke pestakor."

Juna membawa kekasihnya itu memasuki ballroom hotel. Di sana terlihat sudah banyak taruna dengan berbagai macam seragam bersama pasangannya. Ada yang memakai pakaian upacara warna biru, ada yang memakai pakaian cokelat panjang lengkap dengan dasi, ada pula yang memakai seragam harian.

"Kok beda-beda ya pakaiannya?" bisik Maisa.

"Dress code-nya emang udah ditentuin per tingkat. Tingkat I pakai PDU (pakaian dinas upacara). Tingkat II pakai PDPM (pakaian dinas pesiar malam). Tingkat III pakai PDPS (pakaian dinas pesiar siang). Tingkat IV pakai PDH (pakaian dinas harian)," jelas Juna. "Yuk, masuk!"

Juna berjalan paling depan. Tepat di belakangnya ada Maisa, Tricia, dan Abel. Setiap kali bertemu seniornya, laki-laki itu selalu memberi salam dan mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan.

Ia kemudian menemukan senior yang memberinya tugas aneh itu. Ia memberi hormat dan menjabat tangan seniornya itu. Tak lupa ia memperkenalkan Maisa yang berdiri di sampingnya. "Izin memperkenalkan Mayor, ini rekanita saya," ujar Juna penuh ketegasan.

"Oh, ini to," ujar senior itu. "Kenalin, saya Kusuma."

"Saya Maisa, rekanitanya Juna," kaya Maisa membalas uluran tangan Kusuma.

"Oke, lanjut aja deh. Mana yang lain?"

"Siap, Mayor." Juna kemudian memberi kode pada Tricia dan Abel untuk mendekat.

Setelah memastikan 'tugasnya' selesai, Juna segera menggandeng Maisa menuju ke meja bundar, meninggalkan Tricia dan Abel bersama seniornya. Ia mencari tempat duduk di dekat karpet merah. Kebetulan di situ sudah ada Arga, Rio, dan Pras. Mereka adalah teman Juna sejak tes pertama penerimaan taruna.

Maisa pun menemukan teman baru. Sama-sama wanita, sama-sama menanti pria di tempat yang sama. Mereka bangkit bercerita bagaimana letihnya menanti kabar 'si dia' saat pesiar, bagaimana khawatirnya jika tidak ada kabar sama sekali selama berminggu-minggu bahkan berbulan-bulan. Dari situ Maisa bisa mengambil kesimpulan bahwa yang ia butuhkan hanyalah dua hal, yakni percaya dan sabar.

"Kumpul, yuk!" bisik Juna pada Rio. Rio kemudian meneruskan pesan tersebut pada Arga dan Pras. Mereka bertiga kemudian beranjak ke pintu ballroom. Langkah mereka juga diikuti taruna tingkat I lainnya.

Sementara itu taruna tingkat II sedang bersiap membentuk sebuah barisan di sisi kanan dan kiri karpet merah: gordon. Ternyata mereka sedang bersiap-siap melakukan tradisi passing in parade.

Passing in parade adalah tradisi penyambutan bagi taruna tingkat I. Passing in parade menampilkan sersan taruna (taruna tingkat II) selaku senior membentuk sebuah gordon yang dilewati oleh prajurit taruna (taruna tingkat I) yang masing-masing membawa sebuah lilin sebagai simbolisasi pelita hidup.

Rindu KomandanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang