BAGIAN 23 (KELUARGA ASUH)

1.8K 120 14
                                    

Nobody feels any seniority, nobody feels like they're better than anybody else or anything like that. We're a team. A family. And we learn from one another and help each other out.

- Deon Butler -

"Perhatikan, para sersan! Sebelum masuk ke Handrawina, kalian wajib melakukan penghormatan dan izin masuk."

"Jangan sampai kalian masuk kemudian langsung duduk. Kalian harus menunggu perintah."

"Ketika makan, jangan sampai mulut yang menghampiri sendok. Tapi sendok yang menghampiri mulut."

"Saat makan, sebisa mungkin tanpa suara."

"Jangan sampai ada sebutir nasipun tersisa di piring kalian selesai makan."

Maisa dan kawan-kawannya sedang mengikuti kegiatan pengenalan tata cara makan di Handrawina. Handrawina yang berarti 'perjamuan agung' merupakan ruang makan kebanggaan taruna dan taruni Akademi Angkatan Udara. Makan di sini tidak hanya sekedar makan. Handrawina punya aturannya sendiri yang harus ditaati tanpa terkecuali.

"Diperhatikan untuk seluruh sersan taruna. Untuk setiap Rabu malam dan Jumat malan, kalian akan melaksanakan kegiatan makan malam bersama keluarga asuh kalian masing. Dari sinilah para senior akan menilai bagaimana sikap dan perilaku kalian. Apakah kalian bisa tanggap dengan senior atau tidak," jelas seorang senior bertali merah dan kuning dengan gondon bintang tiga yang merupakan Komandan Wings Korps Taruna AAU.

Pada kesempatan itu, diperdengarkan pula Hymne Taruna kepada seluruh sersan taruna.

Biar badan hancur lebur
Kita kan bertempur
Membela keadilan suci
Kebenaran nurani
Dibawah Dwi Warna Panji
Kita kan berbakti
Mengorbankan jiwa dan raga
Membela Ibu Pertiwi
Demi Allah Maha Esa
Kami nan bersumpah
Setia membela nusa dan bangsa
Tanah tumpah darah

***

Sore ini, dilaksanakan tradisi pemilihan keluarga asuh untuk para sersan taruna. Keluarga asuh sendiri merupakan tradisi yang ada di setiap Akademi. Pemilihan keluarga asuh ini dimaksudkan agar terjalinnya hubungan yang lebih erat di antara saudara asuh yang telah di bentuk agar setiap permasalahan yang timbul bisa diselesaikan secara kekeluargaan dengan musyawarah antara kakak asuh dan adik asuhnya.

Pada dasarnya, semua harus memegang teguh prinsip asah, asih, dan asuh.

Acara pemilihan keluarga asuh dimulai. Diawali dengan para kakak asuh setingkat di atas para sersan meletakkan helm yang tertutup kain secara acak dalam sebuah barisan. Kemudian setelah selesai, barulah para sersan dibawa menuju ke lapangan.

Dengan muka harap-harap cemas, para sersan ini menatap ratusan helm yang ada di depan mata. Sembari melihat-lihat, mereka menentukan target helm mana yang akan mereka ambil. Berharap keberuntungan akan menaungi mereka.

"Para sersan, di depan sudah ada ratusan helm yang berjejer rapi. Tugas kalian hanya berdiri di belakang helm tesebut. Jangan dulu dipakai, apalagi dibuka penutupnya. Paham?"

"Siap, paham!"

Begitu peluit dibunyikan, para sersan berlari memilih helm tersebut. Dalam hitungan sepuluh, mereka harus sudah bersiap di belakang helm yang mereka pilih.

"Satu!"

"Dua!"

"Tiga!"

Tanpa pikir panjang, Maisa langsung berlari lurus. Ia memilih helm nomor dua dari depan yang ia yakini senior yang dahulu memiliki baik hatinya.

"..."

"Sepuluh!"

Dan kini, giliran para senior yang berlari menuju nomor helm yang dipakai juniornya.

Rindu KomandanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang