BAGIAN 1

31.8K 1.4K 21
                                    

Bahasa apapun di dunia ini takkan mampu mewakili bahasa hati Orang tua kita. Maka, dengan cara apapun cobalah untuk terus berbicara dengan mereka.

* * *

BERTEMU LAGI

Ponsel itu sejak tadi sudah menempel di telinga Syifa. Diva sedang ingin berbicara lebih lama pada puteri kesayangannya itu.

"Iya Mi..., Syifa pasti akan jalani semua yang Ummi bilang. Syifa nggak akan melanggar, Insya Allah," ujar Syifa.

Mira - penjaga perpustakaan madrasah - memperhatikannya sambil tersenyum. Usai Syifa selesai menelepon, ia pun mendekat pada wanita itu.

"Subhanallah..., belum pernah satu kali pun saya melihatmu menolak telepon kalau telepon itu dari Ummi-mu. Ummi-mu pasti sangat bahagia karena memiliki anak penurut sepertimu," ujar Mira seraya merapihkan buku.

Syifa tersenyum di balik niqob-nya, ia memeluk pinggang Mira dengan hangat.

"Aku juga sangat bahagia punya tutor seperti Ukhti Mira. Ukhti Mira selalu membantuku jika aku sedang tidak punya ide dalam menyampaikan materi. Aku merasa terbantu," puji Syifa.

Tok..., tok..., tok...!!!

Seseorang mengetuk pintu.

"Assalamu'alaikum... ."

"Wa'alaikum salam..., masuk saja Akh Rahman...," jawab Syifa.

Mira mendekat pada Rahman dan mendata kartu perpustakaannya dalam buku pengunjung. Rahman melihat Syifa yang tengah sibuk membuka beberapa buku.

"Assalamu'alaikum Ukhti..., bisa saya minta waktu sebentar?," tanya Rahman.

Syifa tersenyum dari balik niqob-nya.

"Tentu, Akh Rahman ada perlu apa?," Syifa bertanya balik.

Rahman duduk di seberang meja tempat Syifa duduk. Ia membuka buku yang berisi catatannya sendiri.

"Saya belum mengerti tentang apa yang di sampaikan oleh Akh Rasya kemarin. Bisa Ukhti membantu saya untuk menjelaskan?," pinta Rahman sambil menyodorkan bukunya pada Syifa.

Syifa mengambil buku yang diberikan oleh Rahman. Ia membacanya sejenak.

"Tauhid..., ya saya akan coba menjelaskan yang saya tahu, tapi jika masih kurang dapat dipahami, Akh Rahman bisa bertanya langsung pada Abah," ujar Syifa.

Rahman mengangguk. Mira memperhatikan mereka berdua dari meja tempatnya bekerja.

"Tauhid secara bahasa arab merupakan bentuk masdar dari fi’il wahhada-yuwahhidu, dengan huruf ha di tasydid, yang artinya menjadikan sesuatu satu saja. Dalam kitab Syarh Tsalatsatil Ushul halaman tiga puluh sembilan, Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin berkata: “Makna ini tidak tepat kecuali diikuti dengan penafian. Yaitu menafikan segala sesuatu selain sesuatu yang kita jadikan satu saja, kemudian baru menetapkannya," jelas Syifa.

Rahman mendengarkan dengan baik.

"Secara istilah syar’i, makna tauhid adalah menjadikan Allah sebagai satu-satunya sesembahan yang benar dengan segala kekhususannya. Dari makna ini sesungguhnya dapat dipahami bahwa banyak hal yang dijadikan sesembahan oleh manusia, bisa jadi berupa Malaikat, para Nabi, orang-orang shaleh atau bahkan makhluk Allah yang lain, namun seseorang yang bertauhid hanya menjadikan Allah sebagai satu-satunya sesembahan saja."

Rahman menganggukan kepalanya, Syifa kemudian melihat catatan Rahman yang selanjutnya.

"Nah, masalah pembagian tauhid..., Dari hasil pengkajian terhadap dalil-dalil tauhid yang dilakukan para ulama sejak dahulu hingga sekarang, mereka menyimpulkan bahwa tauhid terbagi menjadi tiga, yaitu Tauhid Rububiyah, Tauhid Uluhiyah dan Tauhid Al Asma Was Shifat," ujar Syifa.

"Nah..., itu yang saya belum mengerti," ujar Rahman.

Syifa tersenyum dari balik niqob-nya.

"Jadi begini Akh Rahman, yang dimaksud dengan Tauhid Rububiyyah adalah mentauhidkan Allah dalam kejadian-kejadian yang hanya bisa dilakukan oleh Allah, serta menyatakan dengan tegas bahwa Allah Ta’ala adalah Rabb, Raja, dan Pencipta semua makhluk, dan Allah lah yang mengatur dan mengubah keadaan mereka. Meyakini rububiyah yaitu meyakini kekuasaan Allah dalam mencipta dan mengatur alam semesta, misalnya meyakini bumi dan langit serta isinya diciptakan oleh Allah, Allah lah yang memberikan rezeki, Allah yang mendatangkan badai dan hujan, Allah menggerakan bintang-bintang, dan lain sebagainya. Hal ini juga di nyatakan dalam Al-Qur'an surat Al-An'am ayat satu, al-hamdu lillaahilladzii kholaqos-samaawaati wal-ardho wa ja'alazh-zhulumaati wan-nuur..., artinya, segala puji bagi Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dan Mengadakan gelap dan terang...," jelas Syifa.

"Lalu, tauhid uluhiyyah?," tanya Rahman.

"Tauhid Uluhiyyah adalah mentauhidkan Allah dalam segala bentuk peribadahan baik yang zhahir maupun batin. Dalil yang menyertakan hal ini ada dalam surat Al- Fatihah ayat lima, iyya kana'budu wa iyya kanasta'iin, artinya 'hanya Engkaulah yang Kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah Kami meminta pertolongan'. Contoh Ibadah yang dimaksud oleh tauhid uluhiyyah ini adalah shalat, puasa, bershodaqoh, berqurban. Termasuk ibadah yang baik pula yaitu berdoa, bertawakkalistighotsah dan isti’anah."

Tok..., tok..., tok...!!!

Seseorang mengetuk pintu.

"Assalamu'alaikum..., Ukhti Syifa, dipanggil oleh Bu Nyai," ujar santriwati yang mengetuk pintu perpustakaan.

Syifa menatap ke arah Rahman, pria itu mengerti.

"Pergilah Ukhti, sisanya bisa Ukhti jelaskan lain waktu. Syukron karena telah membantu saya," uja Rahman.

"Afwan Akh Rahman..., saya pergi dulu, Assalamu'alaikum...," pamit Syifa.

"Wa'alaikum salam... ."

Rahman menatap kepergian wanita itu dengan sebuah senyuman di wajahnya.

'Allah begitu baik, sehingga menciptakan wanita yang memiliki hati sebaik hatimu, dan juga cerdas. Apakah suatu kesalahan jika aku menaruh harapan padamu?.'

* * *

Imam Pilihan Allah [PROSES PENERBITAN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang