BAGIAN 33

11.3K 772 5
                                    

Terkadang kita tak tahu, halangan apa yang akan datang ke dalam hidup kita. Namun tidak ada salahnya, jika kita membentengi diri dengan keimanan terhadap-Nya.

* * *

TAK SENGAJA

Tio menunjukkan beberapa peralatan rumah tangga yang bagus pada Mira, namun wanita itu terus saja menggelengkan kepalanya karena tidak setuju. Sesekali Tio hanya tertawa karena terus-menerus tak disetujui.

"Kita beneran mau belanja kan Mi?," tanya Tio.

"Iya Bi..., tapi nggak perlu yang mahal-mahal. Pemborosan...," jawab Mira.

"Lalu Ummi maunya yang bagaimana? Dari tadi kita sudah keliling dan tidak ada satupun yang Ummi suka," ujar Tio.

Mira tersenyum dari balik niqob-nya. Ia pun menggandeng tangan suaminya dan menuntunnya menuju sebuah toko yang tidak jauh dari tempat mereka berdiri.

"Permisi Pak..., ini harganya berapa?," tanya Mira pada si pemilik toko.

"Tiga puluh ribu Ibu...," jawabnya.

"Masih bisa kurang?."

"Bisa Bu..., Ibu minta berapa?," tanya si pemilik toko.

"Dua puluh ribu ya Pak...," pinta Mira.

"Mau ambil berapa Bu?."

"Satu lusin Pak."

Si pemilik toko itu pun segera membungkus barang yang Mira beli. Tio memperhatikannya lalu berbisik.

"Bukannya itu barang yang sama dengan yang tadi Abi tunjukkan?," tanya Tio.

Mira tersenyum.

"Iya..., tapi harganya lebih murah," jawab Mira, ikut berbisik.

Seseorang mendekat ke arah mereka.

"Akh Tio!!!."

Mira dan Tio menoleh bersamaan ke arah orang itu. Mereka pun sama terkejutnya ketika melihatnya.

Ria!!!

Dia menatap tak percaya pada apa yang ada di hadapannya. Tio dan Mira!!!

"Kalian..., kenapa berduaan di sini?," tanya Ria.

Hati kecilnya berharap tidak terjadi apa yang ia takutkan.

Tio menggenggam tangan Mira lebih erat dari sebelumnya.

"Ukhti Ria..., perkenalkan, ini isteriku. Mira," ujar Tio.

Deg!!!

Hancur sudah harapan dalam hati Ria. Hatinya benar-benar berharap ketika melihat sosok Tio hari itu. Namun semuanya pupus ketika ia melihat dan mendengar sendiri pengakuan dari Tio, bahwa Mira - wanita yang ada di sampingnya - adalah isterinya.

Ria menatap tajam ke arah Mira.

"Beraninya kamu merebut pria yang akan dijodohkan dengan saya!!!," teriak Ria.

Semua mata mulai menatap ke arah mereka. Tio merangkul Mira agar tak merasa malu akibat dari perbuatan Ria.

"Kamu sudah menolak perjodohan itu dan bahkan memaksa saya bicara pada Abah dan Bu Nyai. Sekarang kalau akhirnya saya menikah dengan Mira, itu bukan kesalahan siapapun, melainkan kesalahanmu sendiri!!!," bentak Tio.

Ria berbalik menatap tajam ke arah pria itu.

"Tidak!!! Kamu harusnya tahu kalau saya cuma berpura-pura meminta kamu untuk menolak!!!," sanggahnya.

Beberapa orang terdengar tertawa saat Ria mengatakan hal itu. Tio memasang wajah tak percaya.

"Kamu pikir perjodohan dan pernikahan itu permainan, sehingga kamu bisa berpura-pura??? Kamu mempermainkan pernikahan berarti kamu mempermainkan Allah!!!," tegas Tio.

Seorang Ibu-Ibu pun mendekat ke arah mereka.

"Eh Mbak..., udah nggak usah gangguin rumah tangga orang. Kualat loh nanti...," ujar Sang Ibu.

Ria menatap ke arah semua orang yang tengah menatapnya. Ia merasa sangat dipermalukan, sehingga wajahnya berubah merah padam karena emosi. Dia memutuskan pergi meninggalkan Tio dan Mira yang dibela oleh banyak orang.

"Udah Mbak..., nggak usah dipikirin. Perempuan begitu nggak perlu didengar," saran dari Ibu-Ibu lain.

Mira mengambil barang yang sudah dibelinya lalu mengajak Tio pulang secepat mungkin. Tio merasa begitu tidak enak karena Mira terus berdiam diri.

Ketika mereka tiba di rumah, Tio langsung memeluk Mira erat-erat agar wanita itu merasa tenang. Mira pun menangis dalam pelukan suaminya.

"Ummi nggak pernah merebut Abi dari Ukhti Ria..., Ummi nggak pernah merusak perjodohan siapapun. Kenapa dia tega menuduh Ummi seperti itu Bi??? Kenapa???," tanya Mira di tengah isak tangisnya.

Tio membelai punggung Mira dengan lembut dan mengecup keningnya.

"Ummi memang tidak pernah merebut Abi dari siapapun! Abi sendiri yang meminta Ummi untuk menikah dengan Abi sehingga sekarang kita hidup bersama sebagai suami-isteri. Ummi tidak salah, jadi Ummi tidak perlu merasa malu. Allah yang menyaksikan apa yang terjadi dalam hidup kita, Ummi nggak boleh ragu akan hal itu," tegas Tio.

Mira menatap Tio lekat-lekat. Ia sangat mencintai suaminya itu dengan sepenuh hati.

"Maaf karena Ummi sudah membuat Abi malu di depan orang banyak. Maaf Bi...," ujar Mira.

"Tidak Mi..., Ummi tidak membuat Abi malu sama sekali. Malahan Ukhti Ria yang mempermalukan kita di depan umum..., bukan Ummi," jelas Tio.

Tio menyeka airmata di wajah Mira setelah ia membuka niqob isterinya. Wajah cantik itu terlihat begitu pucat. Kedua matanya sayu, dan jika Tio tak salah lihat, Mira berkeringat dingin di sekujur tubuhnya.

"Mi..., Ummi baik-baik saja kan?," tanya Tio.

Mira tak lagi mendengar apapun, kepalanya terasa berat dan keseimbangannya tiba-tiba menghilang.

Tio segera menangkap tubuh isterinya yang limbung dan hampir jatuh ke lantai. Ia panik. Jantungnya berdebar keras tanpa henti.

'Ya Allah..., cobaan apa yang Engkau beri untuk kami?.'

* * *

Imam Pilihan Allah [PROSES PENERBITAN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang