BAGIAN 35

12.2K 788 3
                                    

Menyusun jalan kehidupan memang tak pernah semudah menyusun puzzle. Karena jalan kehidupan sudah tertulis dalam takdir yang Allah berikan.

* * *

MENGATASI

Setelah mendengar apa yang terjadi pada Mira dan Tio, Kiana tak pernah luput dari memperhatikan mereka. Bahkan Salman - suaminya - ikut merasa khawatir akan keselamatan mereka, terlebih karena mereka akan segera memiliki anak.

"Dulu Abi pikir hanya Almarhumah Sarah saja yang memiliki sifat buruk di antara para santriwati yang pernah kita kenal. Ternyata ada lagi satu orang yang sama buruknya seperti Sarah," ujar Salman, dengan ekspresi tak percaya.

Kiana menatap suaminya dari samping.

"Kami selalu dicegah oleh Diva untuk tak pernah mengungkit aib orang lain. Diva selalu mengatakan bahwa seburuk apapun seorang manusia, pasti akan ada celah di hatinya yang Allah beri hidayah suatu saat nanti. Hanya saja..., hal itu hanya berlaku dan berhasil pada Kak Salwa. Sementara yang lain tetap memelihara keburukan dalam hati mereka dan dibungkus dengan wajah yang palsu," jelas Kiana.

Salman menoleh dan merangkul isterinya dengan lembut.

"Sebenarnya sejak kapan kalian semua tahu kalau Ukhti Ria memiliki sifat buruk?," tanya Salman.

"Sejak awal kami mengenalnya. Dia santriwati termuda yang Bu Nyai titipkan di rumah pondok Ukhti Nilam. Sejak awal, dia sudah menunjukkan tingkahnya yang aneh. Mulai dari berbuat seenaknya, angkuh, keras kepala, dan satu hal yang paling Ummi benci dari Ukhti Ria adalah kebiasaannya memainkan drama di depan Bu Nyai," jawab Kiana.

"Lalu bagaimana Bu Nyai menyikapinya? Apakah Beliau tahu bahwa Ukhti Ria memang suka berpura-pura?."

Kiana duduk di sofa karena merasa lelah. Kehamilannya membuat ia agak sering merasa lelah akhir-akhir ini. Salman membantunya duduk agar lebih nyaman.

"Pada akhirnya, Bu Nyai tahu kalau Ukhti Ria sering berpura-pura tertindas oleh kami. Alasannya hanya satu, Bu Nyai tak mempercayainya lagi ketika dia mengatakan bahwa Diva sering menyuruhnya belajar secara berlebihan."

Salman tertawa.

"Diva??? Dia tuduh menindas??? Siapa yang mau percaya??? Diva itu bahkan tidak berani menyuruh orang lain, dia akan lebih memilih mengerjakan sendiri hal yang bisa ia kerjakan," ujar Salman.

Kiana ikut tertawa.

"Maka dari itu, Bu Nyai mulai tak mempercayainya. Kami pun diminta untuk membimbingnya agar dia tak lagi bertingkah seperti itu. Ukhti Nilam berhasil membuatnya berhenti sedikit demi sedikit dengan cara memberinya ketegasan. Diva pun berhasil membuatnya berubah dengan cara bersabar ketika membimbingnya," jelas Kiana.

Salman menarik nafasnya dalam-dalam lalu menghembuskannya perlahan.

"Menurut Ummi, apa yang menjadi penyebab sikap buruk Ukhti Ria muncul kembali?."

"Mungkin karena kami sudah tidak memperhatikannya lagi seperti dulu. Kami semua saat ini sudah fokus terhadap keluarga masing-masing sejak menikah. Kami jarang berkomunikasi dengannya, dan mungkin hal itulah pemicu sikap buruknya kembali muncul Bi... ."

"Apakah Ummi sudah dapat jawaban dari Diva mengenai masalah ini?."

"Diva sedang mencari cara Bi..., kita harus memberinya waktu. Bukan perkara mudah untuk menghentikan sikap buruk seseorang."

Salman menganggukan kepalanya, pertanda bahwa ia mengerti. Jam menunjukkan pukul sebelas siang ketika pintu ruang kerja Salman terbuka dari luar.

"Assalamu'alaikum Bi...," ujar Lia.

"Wa'alaikum salam...," balas Salman dan Kiana kompak.

Lia tersenyum ke arah mereka berdua dan mendekat.

"Ummi kok tumben ada di sini? Biasanya Ummi ada di rumah..., Ummi nggak capek?," tanya Lia, seraya mengambilkan segelas air untuk Kiana.

Kiana mengambil gelas itu dan tersenyum pada puteri kesayangannya.

"Ummi lagi bosan di rumah, makanya Ummi ke sini," jawab Kiana.

Lia duduk di antara mereka berdua dan mendekap bantal sofa di dadanya.

"Aryan bilang tadi pagi Bibi Diva marah besar pada seseorang. Aku sudah tanya siapa orangnya, tapi Aryan hanya mengatakan kalau itu bukan urusan anak-anak," ujar Lia, memberitahu.

Salman dan Kiana pun saling menatap beberapa saat.

"Aku sih menduga-duga..., orang itu pasti Bibi Ria, yang sudah membuat Bibi Mira masuk rumah sakit kemarin gara-gara shock berat. Soalnya, Kak Syifa dan Kak Rahman juga ada di rumah Bibi Diva tadi pagi, mereka tahu kalau ada keributan," Lia mengungkapkan apa yang ia pikirkan.

Salman merangkul Lia yang sebenarnya terlihat merasa kesal. Ia membelai wajah cantik puterinya itu dengan lembut.

"Lia nggak perlu terlalu memikirkan urusan orang dewasa ya..., Lia kan masih kecil, dan Aryan benar..., bahwa anak-anak tidak perlu ikut campur dengan urusan orang dewasa," jelas Salman.

"Aku tahu Bi..., aku cuma nggak mau aja kalau Bibi Mira dan calon adik bayinya kenapa-napa. Kasihan..., Bibi Mira itu orang baik, jadi nggak pantas untuk dizhalimi," balas Lia.

Kiana pun ikut memeluk Lia dengan hangat seperti yang Salman lakukan.

"Puteri Ummi ini sangat peka ya..., persis seperti Bibi Diva," puji Kiana.

Lia hanya tersenyum simpul. Salman sekali lagi menatap Kiana dan seakan berkata,

'Lia juga mirip sama Ummi kalau sedang marah.'

* * *

Imam Pilihan Allah [PROSES PENERBITAN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang