BAGIAN 6

14.4K 928 8
                                    

Terkadang Allah memberi cobaan kepada kita dengan cara yang tak terduga. Maka sebagai hamba-Nya yang beriman, kita harus menghadapinya dengan penuh ketenangan.

* * *

DUA KHITBAH

Rahman kembali pulang ke rumah, kali ini tanpa meminta di jemput oleh Ardi ataupun Risya. Ia disambut oleh Marni yang begitu bahagia melihat sosoknya.

"Kok kamu nggak minta jemput Dek?," tanya Ardi, kaget.

"Nggak apa-apa A'..., saya sekalian keluar bersama Akh Tio tadi," jawab Rahman.

"Kamu sudah makan Dek?," tanya Risya, khawatir.

"Sudah Teh..., tadi saya makan sama-sama Akh Tio sekalian," jawab Rahman seraya mengambil Zulfa dari gendongan Risya.

Ia mengajak Zulfa keluar dan bermain di teras. Risya mendekat pada Ardi.

"Coba Abi bicara sama Rahman, sepertinya ada yang dia sembunyikan...," pinta Risya.

Ardi tersenyum pada Risya dan mengecup kening isterinya dengan lembut. Ia sangat tahu kalau isterinya selalu memiliki perasaan yang peka terhadap siapapun.

Ardi segera keluar dan duduk bersama Rahman di teras.

"Kamu mau membicarakan sesuatu Dek?," tanya Ardi.

Rahman tersenyum.

"Saya merasa tidak enak A', pada kedua Orang tua Ukhti Syifa karena kejadian seminggu yang lalu. Akhir-akhir ini, saya jadi menghindari Ukhti Syifa di pesantren," jawab Rahman, jujur.

Ardi menatapnya dengan serius.

"Kenapa kamu harus bersikap begitu pada Syifa? Dia tidak salah Dek..., kamu pun begitu..., kalau kamu menjauh darinya, maka dia akan berpikir kalau kamu membencinya," ujar Ardi, menasehati.

"Saya tidak membencinya A'..., saya menyukainya...," Rahman segera menutup mulutnya yang keceplosan.

Ardi menatapnya dengan rasa tidak percaya, ia pun segera mengoda Rahman.

"Oh..., jadi wanita yang kamu suka itu Syifa??? Wah..., kenapa nggak bilang??? Ayo..., aku lamar dia buat kamu... ."

Ardi bergegas masuk ke dalam rumah untuk memberitahu Risya dan Marni. Rahman tersentak dan segera mengejar Ardi untuk menahannya agar tak mengatakan apapun.

Namun terlambat, Ardi telah memberitahu Ibu dan Kakaknya.

"Masya Allah Dek..., kenapa tidak bilang kalau kamu suka sama Syifa??? Aku bisa membantumu untuk bicara pada Ummi dan Abi-nya," ujar Risya seraya mengusap rambut Rahman dengan sayang.

"Kamu keterlaluan ya..., berani betul kamu tidak bilang apa-apa pada Ibu tentang perasaanmu. Ayo..., Ibu sendiri yang akan melamarnya untukmu," ajak Marni.

Rahman tak mampu mengatakan apapun, semua orang di rumah itu malah bersiap-siap mengantarnya ke rumah Orang tua Syifa. Ardi dan Risya pun bahkan tak memberinya kesempatan untuk protes dengan menjadikan Zulfa yang berada dalam gendongannya sebagai tameng.

Mereka bergegas ke rumah Diva dan Daniel. Perasaan Rahman sudah tak menentu sejak tadi, ia merasa menyesal karena telah keceplosan bicara pada Ardi.

Mobil keluarga mereka tiba di rumah Orang tua Syifa, Daniel sendiri yang menyambut kedatangan mereka.

"Assalamu'alaikum Akh Daniel...," ujar Ardi.

"Wa'alaikum salam Akh Ardi," balas Daniel seraya memeluk Ardi.

Imam Pilihan Allah [PROSES PENERBITAN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang