BAGIAN 32

11.6K 792 7
                                    

Kasih sayang tak terbatas hanya ada di antara Allah dan hamba-Nya. Karena Allah akan membalas cinta seorang hamba yang mencintai-Nya.

* * *

BEGITU DEKAT

Syifa sedang menjaga Aryan, Lia dan Syarif ketika Diva dan Salwa menyodorkan semangkuk salad buah yang dingin untuknya. Syifa menerimanya dengan wajah berbinar.

"Kamu sudah ke Dokter Nak?," tanya Diva.

"Sudah Mi..., kemarin Kak Rahman yang mengantarku," jawab Syifa sambil menyuapi Syarif yang ingin mencicipi salad buah miliknya.

"Kamu minum vitamin kan?," tanya Salwa.

"Iya Bi..., aku juga minum vitamin yang dikasih sama Dokter kemarin. Ngomong-ngomong, ada saran yang ingin kalian kasih untukku?," Syifa menagih.

Diva dan Salwa saling menatap beberapa saat sebelum tersenyum jahil. Syifa menangkap hal itu.

"Pertama..., kamu nggak boleh manja sama Rahman," ujar Salwa.

"Kedua..., kamu nggak boleh minta yang aneh-aneh," ujar Diva.

"Ketiga... ."

"STOP!!!," Syifa memotong ucapan Salwa.

Salwa dan Diva menatapnya.

"Aku ini minta saran..., bukan minta larangan..., kalau urusan aku manja dan minta yang aneh-aneh, kalian nggak usah khawatir..., aku nggak mungkin nyusahin Kak Rahman, kasihan dong suamiku," gerutu Syifa.

Diva dan Salwa terkekeh. Bel rumah berbunyi, sehingga Diva pun buru-buru membukakan pintu. Risya dan Marni masuk ke dalam bersama Diva lalu bergabung dengan Salwa dan Syifa.

"Zulfa!!!," panggil Syifa, senang.

Zulfa pun turun dari gendongan Risya dan berjalan tertatih-tatih ke arah Syifa. Syifa segera meraihnya dan menimang-nimang batita cantik itu. Marni duduk di samping Syifa dan mencium pipi menantunya dengan sayang.

"Ibu udah makan? Aku siapin makan siang buat Ibu ya...," ujar Syifa.

"Nggak usah..., kamu itu nggak ada berubahnya. Di rumahmu, di rumah Kakakmu, bahkan di rumah Ummi-mu pun pasti nawarin Ibu makan. Lama-lama Ibu bisa gendut karena kamu," gurau Marni.

Mereka semua tertawa, Syifa segera menyembunyikan wajahnya di pundak Marni karena malu. Risya meraih Syarif dan menggelitik perutnya karena gemas.

"Kemana Akh Ardi? Nggak ikut masuk?," tanya Salwa.

"Katanya dia mau berkumpul sama Abi-Abi yang lain di masjid. Akh Rasya mungkin akan datang sebentar lagi sambil mengantar Ukhti Nilam ke sini," jawab Risya.

Kiana keluar dari kamar Diva setelah shalat dzuhur.

"Wah..., akhirnya kita berkumpul lagi seperti dulu ya. Jadi kangen masa muda...," ujarnya.

Risya terkekeh.

"Ukhti sudah merasa tua sekarang?," tanya Risya.

"Ya nggak juga sih..., tapi karena Lia sudah kelas empat dan segera punya adik lagi, maka aku berkesimpulan bahwa kita sudah tua," jawab Kiana, sambil mengelus perutnya yang mulai membuncit.

"Wah!!! Kamu nambah anak nggak bilang-bilang ya...," Salwa mencubit pipi Kiana dengan gemas.

"Siapa yang nambah anak???," tanya Nilam yang sudah masuk ke dalam rumah bersama Diva.

"Kia..., lagi hamil anak kedua tapi baru bilang," jawab Salwa.

"Wah..., Syifa akan jaga dua anak sekaligus kalau Adiknya Lia lahir nanti," sindir Nilam.

Syifa tertawa tanpa ampun.

"Aku ini baby sitter sepanjang masa ya...," balas Syifa.

Aryan mendekat pada Syifa dan memberikan sekotak yoghurt rasa strawberry. Syifa meminumnya dan lagi-lagi harus berbagi dengan Zulfa yang ikut meminta.

"Apakah sudah ada tanda-tanda mengidam?," tanya Nilam pada Syifa.

Syifa menggelengkan kepalanya.

"Di rumah pun dia sama sekali tidak minta apa-apa, bahkan saat Ardi bertanya ingin apa, jawabannya cuma satu. Kak Rahman...," ujar Risya.

HAHAHAHAHAHA!!!

"Pasti Ardi dongkol sekali kan, waktu Syifa jawab begitu," tebak Nilam.

"Sudah jelas..., sampai-sampai Ardi berusaha sekali mengajak Rahman keluar rumah terus. Sayangnya, Rahman juga nggak mau jauh-jauh dari Syifa," jawab Marni.

Syifa hanya tersenyum malu-malu. Aris berjalan tertatih menuju ke arah Syifa, begitupula dengan Syarif. Syifa membiarkan mereka mengelilingi dirinya dengan santai.

"Intinya..., mengidam ataupun tidak, yang penting kamu harus selalu berdo'a untuk calon anakmu. Bacakan surat Yusuf, siapa tahu anakmu nanti laki-laki. Dan bacakan surat Maryam, siapa tahu anakmu perempuan," saran Kiana.

"Iya Bi..., Insya Allah aku akan selalu membacakan kedua surat itu untuk calon bayiku," ujar Syifa.

"Alhamdulillah..., berarti puteri Ummi ini memang sudah siap lahir dan batin untuk menjadi Orang tua," puji Diva.

Syifa pun segera memeluk Ummi-nya dengan erat. Salwa pun mengusap punggung Syifa dengan lembut agar dia merasa nyaman. Lia berlari dari halaman dan langsung duduk di pangkuan Syifa.

"Kakak Syifa yang baik hati..., nanti kasih aku Adik cowok ya..., kaya' Aryan dan Syarif," pinta Lia.

"Kenapa harus cowok?," tanya Kiana.

"Biar nggak ada yang menandingi kecantikanku dan Zulfa Mi...," jawab Lia, polos.

HAHAHAHAHAHA!!!

Mereka sudah tak mampu lagi menahan diri saat mendengar permintaan itu, Lia pun mendapat hujan kecupan di pipinya secara bertubi-tubi dari semua orang.

Hati Syifa terasa begitu bahagia melihat seluruh keluarganya berkumpul seperti itu. Hidupnya terasa penuh dengan cinta.

'Allah selalu tahu bagaimana memberikan kebahagiaan untuk hamba-Nya yang beriman.'

* * *

Imam Pilihan Allah [PROSES PENERBITAN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang