BAGIAN 39

6.7K 371 19
                                    

Serahkan segala keresahan yang ada di dalam hatimu kepada Allah, karena hanya Allah yang mampu menjadi pelipur lara terbaik untuk kehidupanmu.

* * *

HILANG

"Namanya Arfiansyah Sofyan," ujar Syifa, yang telah mendapat persetujuan dari Rahman - Suaminya.

"Alhamdulillah, jadi dedek bayi montok ini bisa kita panggil Arfi mulai dari sekarang," ujar Abah, bahagia.

Bu Nyai tersenyum saat menggendong Arfi. Diva membantu Syifa yang masih lemah setelah melahirkan untuk membersihkan diri ke kamar mandi.

Seorang suster masuk ke dalam ruangan itu tak lama kemudian.

"Permisi Bu, anaknya akan di beri imunisasi pertama oleh Dokter. Mari saya antar ke ruang khusus imunisasi," ujar suster tersebut.

"Baik suster," balas Bu Nyai.

Bu Nyai menatap Rahman, Daniel, dan Abah yang masih berbincang-bincang di sofa dalam ruangan itu.

"Saya bawa Arfi sebentar untuk imunisasi, beri tahu Diva dan Syifa kalau mereka sudah keluar dari kamar mandi," pinta Bu Nyai.

"Iya Mi..., nanti Abah sendiri yang beri tahu mereka," jawab Abah.

"Mau saya temani Bu?," Rahman menawarkan.

"Tidak perlu, hanya sebentar kok," Bu Nyai tersenyun hangat.

Arfi sangat tenang dalam gendongan Bu Nyai, bahkan saat di bawa keluar ruangan pun ia tetap tertidur lelap. Suster mendampingi Bu Nyai menuju ke ruang imunisasi, mereka berdua berjalan beriringan melalui koridor utama di Rumah Sakit itu.

Pengunjung Rumah Sakit tidak terlalu ramai malam itu, hanya ada beberapa orang yang menunggu di kursi sepanjang koridor. Arfi menggeliat pelan, Bu Nyai pun menepuk-nepuk punggungnya sepelan mungkin.

BRUAKKH!!!

Seseorang tiba-tiba mendorong tubuh Bu Nyai hingga terjatuh bersama Suster yang berada di sampingnya dan merebut Arfi dari gendongannya. Orang itu pun berlari secepat mungkin.

"Cucuku!!! Tolong cucuku!!!," teriak Bu Nyai, yang masih limbung akibat terjatuh.

"TOLONG..., ADA BAYI YANG DICULIK!!!," Suster berteriak pada Satpam yang berada di ujung koridor.

Tiga orang satpam mengejar orang yang berlari sambil membawa Arfi. Mendengar keributan di luar, Daniel dan Rahman pun segera keluar dari ruangan yang mereka tempati.

"Ada apa itu Mi?," tanya Syifa yang sedang memakai niqob-nya.

"Entahlah, Ummi keluar dulu menyusul Abi-mu," balas Diva.

Diva keluar dari ruangan itu dan melihat Abah tengah memeluk Bu Nyai dalam keadaan menangis. Daniel dan Rahman tak ada di sana.

"Ada apa ini Bah?," tanya Diva.

"Arfi..., Arfi di culik nak," jawab Bu Nyai, di tengah isak tangisnya.

Diva terpaku di tempatnya, dadanya bergemuruh hebat.

"TIDAK!!! TIDAK MUNGKIN!!!," teriak Syifa yang ternyata mengikuti langkah Diva sejak awal.

Diva pun meraih tubuh Syifa ke dalam pelukannya.

"Sabar sayang..., Rahman dan Abi-mu sedang mengejar pelakunya..., Istighfar anakku," Diva berusaha menenangkan perasaan Syifa.

"ANAKKU MI!!! ANAKKU!!!," jeritnya, histeris.

"Sabar nak..., sabar ya sayang," Diva memohon.

"Maafkan Ibu nak..., seharusnya Ibu tak membawanya keluar," Bu Nyai menyesali apa yang dilakukannya tadi.

"Tidak Bu..., Ibu nggak salah..., penculik itu yang salah Bu...," Diva pun berusaha menenangkan Bu Nyai.

Marni tiba bersama Ardi dan Risya, mereka pun terkejut melihat Bu Nyai dan Syifa yang sedang menangis hebat di koridor Rumah Sakit.

"Astaghfirullah..., ada apa ini??? Kenapa kalian menangis di depan umum seperti ini?," tanya Marni, yang langsung memeluk Syifa.

"ANAKKU BU..., ANAKKU DICULIK!!!," jawab Syifa, histeris.

"Innalillahi..., bagaimana bisa Ukhti?," tanya Risya kepada Diva.

"Saya tidak tahu persis Ukhti Risya..., yanga jelas saat ini Kak Daniel..., dan Rahman sedang mengejar penculik itu," jawabnya, dengan suara bergetar.

Ardi pun langsung menghubungi Polisi untuk melaporkan kejadian itu. Usai melapor, Firman dan Rasya adalah orang terdekat yang ia bisa mintai bantuan.

"APA??? DICULIK??? BAGAIMANA BISA??? KAMI AKAN KE SANA SEKARANG," Salwa panik.

Firman keluar dari kamar dan menatapnya penuh tanda tanya.

"Bi!!! Kita ke Rumah Sakit Sekarang!!!," paksa Salwa.

"Ada apa Mi?!!," tanya Firman, kaget.

"Bayinya Syifa diculik Bi!!! Ayo..., ke Rumah Sakit!!!," jawab Salwa.

Firman pun meraih kunci mobil, Salwa menggendong Syarif ke dalam pelukannya dengan terburu-buru. Mereka semua berada dalam lingkaran rasa kalut yang sama.

Tak henti-hentinya Salwa beristighfar hingga si kecil Syarif pun mengikuti ucapannya. Firman berusaha untuk tetap tenang, ia tetap harus mendinginkan kepalanya agar tidak terjadi kecerobohan.

Mobilnya ia parkirkan dengan asal-asalan saat tiba di Rumah Sakit. Rasya dan Nilam pun bertemu mereka di saat yang sama. Nilam dan Salwa segera berlari menuju lantai dua, sementara Firman dan Rasya mencari informasi di pos Satpam.

Ardi menghampiri mereka dari arah pagar Rumah Sakit.

"Polisi sudah melakukan pengejaran bersama Akh Daniel dan Rahman," ujar Ardi.

"Bagaimana dengan CCTV?," tanya Rasya.

"Kalian takkan percaya dengan apa yang CCTV dapatkan untuk kita semua," Ardi mengeluarkan selembar foto hasil print di ruang pengawas Rumah Sakit.

Firman dan Rasya menggeram hebat saat menatap wajah yang tertangkap kamera CCTV itu.

"Kurang ajar!!!," teriak Rasya.

Firman menutup kedua matanya dengan perasaan marah yang memuncak, Ardi mengerti akan hal itu. Ia pun menyimpan kembali foto yang ia bawa sejak tadi.

"Bukankah dia ada di penjara?," tanya Rasya.

"Ada yang memberikan uang jaminan untuk membebaskan dia dari penjara. Saya sudah menanyakan hal itu tadi kepada Polisi," jawab Ardi.

Firman membuka matanya.

"Maka mungkin seharusnya saya mencegah hal itu agar tak menjadi seperti ini," sesal Firman.

"Akh..., ini bukan saatnya menyalahkan diri sendiri. Kita tidak pernah tahu apa yang akan dilakukan oleh orang jahat," ujar Ardi, berusaha menenangkan.

"Tapi setidaknya, aku seharusnya mencegah Utsman agar tidak melakukan hal buruk lagi terhadap Rahman dan Syifa!!!," Firman kesal setengah mati.

Rasya merangkulnya.

"Mari kita ikut mencari," ajaknya.

* * *

Imam Pilihan Allah [PROSES PENERBITAN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang