BAGIAN 25

12K 820 14
                                    

Ketika Allah memberi cobaan terhadap hamba-Nya, maka percayalah Allah juga yang akan membukakan jalan bagi hamba tersebut.

* * *

MENCEGAH

Ria duduk di hadapan Abah dan Bu Nyai, kedua matanya sembab akibat tangisan yang tak kunjung berhenti. Zahra yang berdiri di ambang pintu kamarnya sudah menatap dengan jijik sejak awal pada wanita itu. Hanya karena ia masih menghormati kedua orang tuanya, maka ia tak mengatakan apapun.

Bu Nyai hanya bisa menatap keluar jendela, ia tak pernah sudi lagi menatap Ria sejak apa yang dilakukan oleh wanita itu terhadap Tio.

"Kamu pikir perjodohan itu mainan, sehingga dengan mudahnya kamu menarik ulur jawabanmu???," Abah murka.

Wajahnya yang sudah keriput pun begitu merah karena emosi. Tangisan Ria semakin menjadi, airmata itu mereka yakini sebagai kebohongan.

"Buat apa kamu menangis? Hati Akh Tio sudah terluka akibat kata-katamu!!! Dan sekarang berani-beraninya kamu meminta perjodohan itu kembali??? Sudah gila kamu!!!," tekan Bu Nyai.

"Apapun yang kamu perbuat sekarang, tidak akan merubah keputusan kami yang sudah memutuskan perjodohanmu dengan Akh Tio. Kamu tidak bisa menuntut apapun karena kamu sendiri yang meminta Akh Tio menolak perjodohan itu. Banyak saksi yang melihat bagaimana kamu mencaci maki dan bersumpah serapah di depan wajahnya!!! Dan sejak saat itulah, kamu sudah bukan calon jodohnya lagi!!!," tegas Abah.

Ria mengepalkan kedua tangannya kuat-kuat, dalam hati ia menggeram hebat. Ia merasa bahwa dirinya tak boleh kalah! Tio tetap harus menikahinya, meskipun kemarin ia yang memaksa Tio untuk menolak! Tapi bukan itu tujuannya, bukan membuat Tio benar-benar menolak.

Ya..., Ria hanya ingin terlihat jual mahal di depan pria itu. Namun perkiraan tentang Tio yang akan mengemis padanya pun musnah ketika pria itu benar-benar menolak perjodohan itu.

Dan Ria pun kalah!!!

Kini Tio entah berada di mana. Ia tak tahu sama sekali kemana jejak pria itu. Ia tak ingin kehilangan nama baik karena Tio benar-benar menolak perjodohan itu.

'Tunggu, aku akan dapatkan kemana pun jejakmu menghilang. Aku tidak akan kalah secepat ini.'

* * *

Rasya, Ardi, Firman, dan bahkan Salman menatap tak percaya pada Tio yang terus saja memasang wajah terbahagia sepanjang masa. Pria itu tak henti-hentinya tersenyum sekalipun sedang makan.

"Hei..., sambal goreng terongnya udah merah banget tuh..., malu karena kamu senyumin terus," sindir Ardi.

Tio menatap Ardi dengan tatapan tak mengerti. Rasya dan Firman menertawainya tanpa ampun.

"Di mana-mana yang namanya sambal pasti warnanya merah Akh Ardi..., nggak perlu disenyumin juga sudah merah," ujar Firman.

"Siapa bilang??? Lombok Ijo di rumah makan Padang warnanya nggak merah tuh..., tapi tetap disebut sambal," sanggah Ardi.

Kali ini Salman yang tertawa tanpa ampun.

"Hasilnya seri..., oke cukup, jangan dilanjutkan," cegah Salman.

Tio hanya bisa geleng-geleng kepala. Rasya menyodorkan satu album contoh undangan pernikahan ke hadapan Tio, pria itu pun bersemangat untuk melihatnya.

"Sudah tentukan tanggal?," tanya Rasya.

"Sudah..., tanggal enam belas bulan ini," jawab Tio.

"Ukhti Mira sudah setuju?," tanya Firman.

"Sudah..., dari awal dia sudah setuju," Tio masih terfokus pada contoh undangan.

"Sudah siap baju pengantin?," tanya Salman.

"Sudah..., Ukhti Syifa yang bantu kami soal urusan baju pengantin."

"Sudah ada persiapan untuk malam pertama?," tanya Ardi.

"Su...," Tio mengangkat wajahnya dan berpikir ulang.

HAHAHAHAHAHAHAHA!!!

Semua menertawai Tio yang hampir saja menjawab pertanyaan jebakan.

"Masya Allah..., kamu terlalu serius Akh Tio. Santai lah, kan kami juga ikut membantu," ujar Firman.

"Sudah jelas aku serius sekali lah, ini masalah pernikahan. Aku akan mengikat seseorang sampai akhir hayat. Mana mungkin aku bermain-main," ujar Tio.

"Maka dari itu, katakan pada kami apa yang kamu butuhkan. Sehingga kami bisa membantumu agar pikiranmu lebih jernih," saran Salman.

Tio merasa saran itu mungkin ada baiknya. Toh yang mau membantunya adalah orang-orang yang sudah menikah, jadi tentunya mereka lebih tahu perkara pernikahan.

Jam menunjukkan pukul setengah tiga sore ketika Bu Nyai menelepon Salman yang sudah tak bersama Tio hari itu. Ia memperingatkan sesuatu yang amat penting, sehingga Salman benar-benar berpikir cepat dan menghubungi yang lainnya.

Firasat Bu Nyai benar, bahwa Ria tengah mencari keberadaan Tio. Wanita itu ingin kembali menjalin perjodohan dengan pria itu, meskipun harus memaksa.

Rasya segera berlari ke ruangan bawah setelah mendapat peringatan dari Salman. Ia harus mencegah Nilam mengatakan di mana keberadaan Tio saat ini, karena Ria sedang berada di rumah mereka!

"Afwan Ukhti Ria, kami sungguh tidak tahu di mana keberadaan Akh Tio. Kamu tahu sendiri kalau kami tak begitu akrab dengannya," ujar Nilam, yang membuat Rasya lega setengah mati.

Entah Nilam memiliki firasat apa, sehingga lebih memilih berbohong dan menutupi apa yang dia tahu tentang Tio.

Rasya pun duduk di sampingnya dan bertingkah seperti biasanya.

"Memangnya kenapa Ukhti mencari Akh Tio lagi? Bukankah Ukhti sudah menolak perjodohan itu dan Akh Tio sudah mengabulkannya?," tanya Rasya.

Ria menatap Rasya dan Nilam bergantian.

"Saya hanya bermain-main ketika menolaknya. Saya tidak serius," jawab Ria.

"Kamu pikir perjodohan dan pernikahan itu mainan??? Kenapa sih sifat aslimu itu tak pernah berubah??? Aku pikir setelah bertahun-tahun ada di pesantren akan membuatmu berubah Ria..., ternyata tidak sama sekali!!!," Nilam marah besar.

Ria menitikkan airmatanya. Ia berharap Nilam akan luluh dan tak lagi marah padanya. Namun ia salah, sejak dulu, Nilam tetaplah Nilam. Wanita berhati batu yang tak mudah dikalahkan oleh airmata yang penuh kebohongan.

"Tidak usah menangis, airmatamu tidak akan merubah kenyataan bahwa kamu telah melukai hati seseorang. Sekarang kami tak bisa lagi membantumu, kami tidak tahu keberadaan Akh Tio!," tegas Nilam.

Dan ketika Ria benar-benar telah pergi dari rumah mereka, Rasya pun menatap Nilam seakan menginginkan penjelasan. Nilam pun mengerti akan hal itu.

"Ummi hanya tidak mau dia merusak kebahagiaan Akh Tio dan Ukhti Mira saat ini. Kita harus bekerja sama untuk melindungi mereka agar tak terjadi apapun sampai pernikahan mereka berlangsung," jelas Nilam.

Rasya tersenyum, ia benar-benar lega karena isterinya lebih pengertian dari wanita manapun.

'Insya Allah, pernikahan mereka akan berlangsung tanpa ada gangguan. Allah sendiri lah yang akan melindungi mereka. Amin.'

* * *

Imam Pilihan Allah [PROSES PENERBITAN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang