BAGIAN 15

14.3K 919 6
                                    

Kecantikan dan ketampanan seorang insan bukanlah yang terlihat dari paras, melainkan apa yang terlihat dari hati.

* * *

MUQID*

Risya dan Marni saling membantu memakaikan baju pengantin pada Rahman. Ardi sudah menyiapkan mobilnya yang akan dipakai untuk membawa pengantin pria.

Rasya dan Firman pun sudah siap dengan mobil mereka masing-masing, yang dipakai untuk membawa keluarga dan beberapa santri atau santriwati dari pesantren Al-Mu'min.

Abah dan Bu Nyai pun sudah menunggu selesainya pengantin pria sejak pukul delapan.

"Acaranya baru dimulai jam sepuluh, seharusnya kita sudah berangkat sekarang," ujar Rasya.

"Sabar saja dulu, Rahman akan selesai sebentar lagi Akh...," ujar Firman.

Ketika semuanya sudah siap, Rahman pun di bawa keluar oleh Marni. Wanita itu menatap puteranya dengan kedua mata yang berkaca-kaca.

"Anak Ibu sudah besar sekarang..., sudah akan memiliki keluarga sendiri..., dan sudah mampu untuk bertanggung jawab. Ibu pesankan satu hal untukmu Nak..., tolong..., jangan pernah ulangi kesalahan Almarhum Bapakmu..., jaga Syifa baik-baik. Isterimu adalah titipan yang sangat berharga dari Allah untukmu, jadi jangan sia-siakan kehadirannya," ujar Marni.

Rahman mengusap airmata yang akhirnya mengalir di wajah Marni.

"Insya Allah Bu..., Insya Allah aku akan menjalani apa yang Ibu katakan hari ini. Aku akan berusaha sekuat tenagaku untuk membahagiakan Isteriku dan aku tidak akan pernah menyia-nyiakannya," janji Rahman.

Ardi pun segera menuntunnya ke mobil. Risya sudah menggendong Zulfa dan duduk di pinggir sebelah kiri. Rahman berada di tengah-tengah karena di sebelah kanannya ada Marni.

Perjalanan menuju rumah pengantin wanita pun berlangsung lancar. Mereka tiba sebelum pukul sepuluh, sehingga masih ada waktu untuk mempersiapkan segala sesuatunya.

Syifa telah dirias dengan sangat cantik. Gaun pengantin berwarna broken white, hijab panjang berwarna senada dan niqob berwarna kuning emas menghiasi wajah cantiknya.

Ia terlihat sangat anggun meskipun terbalut dalam kesederhanaan. Diva menatapnya dengan penuh kasih sayang, begitupula dengan Daniel.

"Hari ini, Ummi dan Abi akan melepasmu Nak, agar kamu bisa menjalani babak baru dalam kehidupanmu. Ummi merasa sangat berat karena harus melepaskan puteri kesayangan Ummi satu-satunya. Ummi selalu takut kehilangan kamu. Tapi hari ini, Ummi akan mencoba mengikhlaskan kamu untuk pergi dari rumah ini dengan rasa bahagia karena kamu akan memenuhi separuh agamamu dengan ikatan pernikahan. Ummi sangat menyayangimu Nak..., kamu puteri kesayangan Ummi, dan akan selalu seperti itu sampai Ummi tua nanti," ujar Diva seraya terisak dalam pelukan Syifa.

Syifa pun tak kuasa menahan airmatanya. Hatinya merasa sedih karena melihat Ummi-nya menangis. Daniel pun mendekat setelah Diva melepas pelukannya.

"Syifa..., puteri kesayangan Abi. Maafin Abi karena pernah tak mengetahui tentang keberadaanmu selama hampir sepuluh tahun. Maafin abi yang tidak sempat menggendongmu saat kamu masih bayi. Maafin Abi karena pernah berusaha menyembunyikan kenyataan tentangmu dari Ummi. Maafin Abi kalau terkadang Abi keras padamu. Maafin Abi karena pernah membenci Ibu kandungmu. Maafin Abi karena terlalu sayang padamu dan merasa sangat berat melepasmu hari ini. Abi sayang kamu Nak..., Abi cinta sama Syifa..., dan Insya Allah perasaan Abi ini tidak akan pernah hilang sampai Abi tua nanti," ungkap Daniel.

Imam Pilihan Allah [PROSES PENERBITAN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang