BAGIAN 10

14.2K 931 4
                                    

Jika merasakan ujian sebesar kapal, maka yakinlah bahwa nikmat Allah sebesar lautan.

* * *

PANGGILAN

Rahman datang ke pesantren Al-Muttaqin -  yang di pimpin oleh Daniel - pagi-pagi sekali setelah calon mertuanya itu menelepon pada Abah.

Ia di sambut oleh Daniel secara langsung. Daniel pun segera mengajak Rahman untuk berkeliling di pesantren itu.

"Begini Nak, kamu akan segera menjadi suami dari puteri kami dan jujur saja, kami merasa tidak bisa terlalu berjauhan dengannya. Melepasnya untuk tinggal di pesantren selama hampir lima tahun ini sudah membuat kami sering merasa rindu padanya," ujar Daniel.

Rahman mendengarkan apa yang Daniel perbincangkan dengannya.

"Terutama Ummi-nya..., isteri pertama saya mungkin bukan Ummi kandungnya, tapi dia telah menganggap Syifa seakan dialah yang melahirkannya. Betapa berat perasaannya jika dia berjauhan dari puterinya, dan inilah yang ingin saya bicarakan dengan kamu."

Rahman menatap Daniel.

"Tinggallah di sini bersama Syifa jika kalian sudah menikah nanti, bawa serta Ibumu jika kamu tak ingin meninggalkannya. Dan belajarlah untuk memimpin pesantren ini, karena beberapa tahun ke depan, saya dan Ummi-nya Syifa akan menyerahkan pesantren ini pada menantu kami. Kami ingin punya banyak waktu luang untuk mendidik Aryan," pinta Daniel.

Rahman tertegun di tempatnya berdiri. Ia terkejut dengan permintaan itu, ia bahkan belum lama belajar di pesantren milik Abah. Ia belum memiliki ilmu apapun. Ia bahkan masih sering bertanya pada Syifa tentang hal-hal yang tak ia ketahui.

Lalu bagaimana bisa ia mewujudkan permintaan itu?

Daniel tahu apa yang ada di dalam pikiran Rahman. Maka ia pun segera membawanya menuju ke masjid, di mana Diva sedang memberikan materi untuk para santri dan santriwati baru.

"Tubuh manusia memiliki ratusan tulang yang masing-masing dihubungkan dengan persendian. Jumlah persendian dalam tubuh manusia adalah tiga ratus enam puluh, sebagaimana disebutkan oleh Rasulullah shalallahu 'alaihi wa salam dan dibenarkan oleh para Dokter. Kita tidak bisa membayangkan, bagaimana jika tulang-tulang yang ada dalam tubuh kita ini tidak dihubungkan dengan persendian atau salah satu persendian tersebut tidak bisa menjalankan fungsinya dengan baik. Maka, tidak ada yang mengetahui betapa besarnya nikmat ini kecuali orang yang telah kehilangan nikmat tersebut," ujar Diva.

Daniel dan Rahman bergabung dengan jama'ah pria.

"Setiap hari, persendian kita mempunyai kewajiban untuk bershadaqah sebagai realisasi syukur kita kepada Allah, Dzat yang telah menciptakannya. Caranya pun beragam sebagaimana yang disebutkan oleh Rasulullah shalallahu 'alaihi wa salam dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim, 'setiap persendian manusia diwajibkan untuk bershadaqah setiap harinya sejak matahari terbit. Memisahkan atau menyelesaikan perkara antara dua orang yang berselisih adalah shadaqah. Menolong seseorang naik ke atas kendaraannya atau mengangkat barang-barangnya ke atas kendaraannya adalah shadaqah. Berkata yang baik juga termasuk shadaqah. Begitu pula setiap langkah berjalan untuk menunaikan shalat adalah shadaqah. Serta menyingkirkan suatu rintangan dari jalan adalah shadaqah'," terang Diva.

Rahman mendengarkan bagaimana Diva menyampaikan materi, dan teringat tentang bagaimana cara Syifa menyampaikan materi. Mereka terlihat sama.

"Begitu berat dan lelahnya kita jika harus melakukan berbagai amal tersebut setiap harinya. Sehingga para sahabatpun bertanya, 'siapa yang sanggup melakukan, wahai Rasulullah?', maka beliau menjawab, 'jika ia tidak mampu, maka dua rakaat Dhuha sudah mencukupinya'. Hal ini dapat kalian lihat pada hadits yang diriwayatkan oleh Ahmad dan Abu Dawud. Rasulullah shalallahu 'alaihi wa salam memberikan kemudahan kepada umatnya, bahwa semua shadaqah yang dilakukan oleh anggota badan tersebut dapat diganti dengan dua rakaat shalat Dhuha, karena shalat merupakan amalan semua anggota badan. Jika seseorang mengerjakan shalat, maka setiap anggota badan menjalankan fungsinya masing-masing."

Diva melihat keberadaan Daniel dan Rahman di tengah jama'ah pria. Ia tersenyum dari balik niqob-nya diam-diam.

"Jumlah raka'at shalat Dhuha minimal adalah dua raka'at sedangkan maksimalnya adalah delapan raka'at. Dengan menjalankan dua raka'at shalat Dhuha, kita telah melaksanakan salah satu wasiat Rasulullah shalallahu 'alaihi wa salam. Abu Hurairah berkata, 'Rasulullah shalallahu 'alaihi wa salam berwasiat kepadaku dengan tiga perkara, yakni puasa selama tiga hari setiap bulannya, dua raka'at shalat Dhuha, dan mengerjakan shalat witir sebelum aku tidur'. Lalu apa keutamaan shalat ini??? Meskipun bernilai sunnah, shalat ini mengandung banyak fadhilah atau keutamaan, namun tidak banyak dari kita yang memperhatikannya. Diantaranya sebagaimana yang diriwayatkan oleh Abu Darda' radhiallahu anhu, bahwa Rasulullah shalallahu 'alaihi wa salam bersabda: 'Allah ta'ala berfirman, 'wahai anak Adam, shalatlah untuk-Ku empat rakaat pada permulaan hari, maka Aku akan mencukupi kebutuhanmu pada sore harinya'. Hadits yang diriwayatkan oleh At-Tirmidzi."

Semua santri dan santriwati sudah mencatat apa yang Diva sampaikan.

"Demikianlah penjelasan saya hari ini tentang shalat Dhuha, untuk praktek shalat Dhuha ini Insya Allah akan dilaksanakan pada hari Rabu. Sekian dari saya, wabillahi taufik wal hidayah, wassalamu'alaikum warrahmatullahi wabarakatuh," tutup Diva.

"Wa'alaikum salam warrahmatullahi wabarakatuh."

Para jama'ah pun membubarkan diri, Daniel dan Rahman mendekat pada Diva yang baru saja turun dari mimbar. Wanita itu tersenyum dari balik niqob-nya.

"Assalamu'alaikum Nak Rahman, sudah datang sejak tadi?," tanya Diva.

"Wa'alaikum salam..., Bu...," Rahman ragu-ragu menjawab.

"Panggil saja Ummi, sebentar lagi kami juga akan menjadi Orang tuamu. Jadi jangan segan-segan memanggil kami seperti yang Syifa lakukan," ujar Diva.

Rahman tersenyum malu, ia tak menyadari kalau wajahnya memerah.

"Bagaimana keputusanmu? Kalau belum ada keputusan, pikirkanlah dulu dan rundingkan dengan keluargamu," saran Daniel.

"Jika memang berat untukmu, jangan dipaksakan, kami tidak ingin membebanimu dengan permintaan kami," tambah Diva.

Rahman mengangguk, ia merasa harus merundingkan dulu semua hal dengan Ibu dan Kakaknya.

'Apa yang kau inginkan? Katakan padaku, dan kita putuskan bersama.'

* * *

Imam Pilihan Allah [PROSES PENERBITAN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang