BAGIAN 30

11.8K 818 8
                                    

Kekayaan yang hakiki bukanlah dari banyaknya harta. Tapi kekayaan yang hakiki adalah dari hati yang selalu merasa cukup.

(HR. Bukhari - Muslim)

* * *

RINDU

Syifa memangku Syarif di kursi belakang, Salwa terus memperhatikannya melalui kaca spion. Wanita itu terlihat sangat tak tenang sejak tadi.

"Kamu kenapa sayang? Kok sepertinya gelisah sekali?," tanya Salwa.

Syifa menatapnya seraya tersenyum, namun kentara sekali jika senyum itu terlihat dibuat-buat.

"Tidak apa-apa Bi..., aku cuma lagi merasa tidak nyaman saja," jawab Syifa.

"Nggak nyaman karena apa? Kamu sudah makan siang?," tanya Firman.

"Sudah Paman, tapi aku nggak terlalu berselera untuk makan banyak," jawab Syifa lagi.

"Mau minum?," tawar Salwa.

Syifa menggelengkan kepalanya.

"Atau AC-nya kurang dingin?," Firman mulai khawatir.

Syifa kembali menggelengkan kepalanya, hingga Salwa dan Firman pun saling menatap dalam kekhawatiran. Salwa berinisiatif menelepon Diva karena ikut merasa tak tenang.

Diva meraih ponselnya yang berdering dari atas meja.

"Assalamu'alaikum Kak Salwa...," sapa Diva, senang.

"Wa'alaikum salam Div..., ini Kakak dalam perjalanan menuju ke rumahmu sekalian mengantar Syifa. Rahman kan sedang ada di sana, jadi kami tidak bisa mengantarnya pulang karena dia hanya sendirian di rumah," jelas Salwa.

"Iya Kak, aku tunggu di depan ya...," ujar Diva.

"Boleh..., tapi aku mau tanya sesuatu. Syifa sedang gelisah sekali tapi tidak tahu alasannya kenapa. Kami tawari makan, dia tidak mau dan katanya tidak berselera. Ditawari minum pun tidak mau juga. Dia gelisah sekali Div..., kamu mungkin tahu dia kenapa?," tanya Salwa.

Syifa mulai tertidur di belakang bersama Syarif dalam pelukannya.

"Gelisah dan tidak berselera makan??? Dia lagi hamil???," tanya Diva.

"Hamil??? Kalau hamil kan seharusnya mengidam Div, bukan gelisah," bantah Salwa.

Diva tertawa.

"Seharusnya sih begitu, orang hamil normalnya akan mengidam. Masalahnya waktu awal aku mengandung Aryan, aku juga gelisah terus Kak, aku nggak mengidam," jelas Diva.

"Hah??? Kamu jangan mengada-ada deh Div...," Salwa terdengar tak percaya.

"Demi Allah Kak, aku gelisah terus dan nggak bisa jauh dari Abi-nya Syifa waktu mengandung Aryan. Nah, kalau sekarang Syifa gelisah terus berarti dia lagi mengandung dan nggak bisa jauh dari Rahman," balas Diva.

Salwa menepuk keningnya sementara Firman terkekeh sambil terus mengemudi. Mereka pun akhirnya tiba di depan rumah Diva. Syifa terbangun, begitupula dengan Syarif.

Diva menyambut kedatangan mereka dan segera mengambil Syarif dari gendongan Syifa.

"Kamu istirahat aja Nak, sebentar lagi Rahman pasti ke sini sama Abi," ujar Diva.

Wajah Syifa tiba-tiba berinar bahagia saat mendengar nama Rahman di sebut oleh Ummi-nya. Salwa dan Firman pun terheran-heran dibuatnya.

Diva membawa Syifa ke kamarnya setelah Syarif bermain-main dalam box mainan milik Aryan yang sedang pergi ke sekolah. Salwa dan Firman menemaninya bermain.

Daniel dan Rahman pun akhirnya datang, mereka segera bergabung dengan Firman dan Salwa yang sedang menemani Syarif. Diva keluar dari kamarnya tak lama kemudian.

"Rahman..., Syifa ada di kamar Ummi. Dia sedang tidur," ujar Diva.

Rahman tersenyum.

"Biar saya bangunkan dulu Mi, baru kami pulang," ujar Rahman.

"Jangan..., biar dia istirahat dulu. Ada yang mau Ummi bicarakan denganmu dan Abi-mu," cegah Diva.

Salwa dan Firman pun menatap ke arah Diva dengan serius, begitupula Daniel dan Rahman.

"Ada apa Mi?," tanya Daniel.

Diva menunjukkan test pack yang ada di tangannya pada Rahman.

"Syifa hamil Nak...," ujar Diva, memberitahu.

"Alhamdulillah..., ternyata dia betulan hamil. Lega banget aku Div...," Salwa yang heboh duluan.

Rahman masih terpaku di tempatnya.

"Jadi serius, dia gelisah terus dari tadi itu karena hamil???," Firman terlihat tak percaya.

"Iya..., makanya dia gelisah terus sejak tadi. Dulu Ummi juga begitu Nak, Ummi nggak mengidam waktu mengandung Aryan, tapi nggak bisa jauh-jaun dari Abi-mu. Gelisah itu tandanya dia kangen sama kamu," jelas Diva.

Wajah Rahman memerah luar biasa saat mendengar penjelasan dari Diva. Daniel tertawa dan memeluk Rahman dengan erat.

"Barrakallah..., akhirnya Allah memberimu kepercayaan dan rezeki yang luar biasa," ujar Daniel.

"Alhamdulillah...," lirih Rahman dengan senyuman paling bahagia di wajahnya.

"Sekarang kamu boleh temui Syifa, kasihan kalau dia gelisah terus," ujar Diva.

Rahman pun bergegas ke kamar dan menemui Syifa. Isterinya baru saja bangun ketika ia membuka pintu kamar. Rahman pun segera mendekat dan memeluknya dengan erat. Syifa pun membalasnya.

"Abi kok tahu kalau Ummi kangen???," tanya Syifa.

"Iya..., Abi tahu. Calon anak Abi juga kangen sama Abi, makanya Ummi gelisah...," jawab Rahman.

Syifa melepas pelukannya pada Rahman dan menatap suaminya dengan ekspresi heran. Rahman menunjukkan test pack yang diberikan oleh Diva tadi. Syifa tersenyum lebih bahagia dan memeluk Rahman lebih erat.

"Ummi cinta sama Abi!!!," teriak Syifa.

"Iya..., iya..., Abi juga cinta sama Ummi...," balas Rahman sambil berusaha menenangkan Syifa agar tak berteriak lagi.

Salwa dan Diva tertawa di depan pintu kamar. Mereka tak jadi masuk saat mendengar teriakan bahagia itu.

"Aku nggak segitunya hebohnya deh, waktu tahu kalau aku hamil," ujar Salwa.

"Waktu tahu kalau kamu hamil, kita kan lagi menjebak Ukhti Nilam dan Akh Rasya..., mana mungkin heboh Kak? Yang ada kita heboh gara-gara Akh Rasya melamar Ukhti Nilam!," balas Diva.

Salwa pun tertawa tanpa ampun.

'Cara mendeskripsikan bahagia itu berbeda-beda. Mereka dengan caranya, dan aku dengan caraku yang selalu berada di sampingmu.'

* * *

Imam Pilihan Allah [PROSES PENERBITAN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang