3

7.7K 414 9
                                        

Semenjak hari itu, Jungkook dan Taehyung menjadi semakin akrab saat di kampus maupun diluar kampus.
Sekarang, mereka sedang berada di sebuah restoran di daerah Gangnam.

"Gimana tugas kuliah yang kemarin bikin kamu pusing itu, kook?"
"Ah~ tugas itu udah beres kok, oppa. Aku dibantuin sama Yoongi eonni kemarin."
"Ooh, ya bagus deh, lain kali kamu jitak aja Choi-ssaem si tua itu hahaha.."
"Ish oppa, gasopan kalo kaya gitu, pantesnya ditendang aja hahaha."

Sedang asyik-asyiknya mereka mengobrol, tiba-tiba masuk seorang namja ke restoran itu, sepertinya aku mengenalnya batin Jungkook.
Setelah duduk di salah satu meja, namja itu melihat ke arah Jungkook, ia kaget melihat Jungkook begitupun Jungkook yang membelalakan matanya tak percaya siapa yang berada disana.

"Jungkook? Ada apa?" Tanya Taehyung sembari mengikuti kemana arah mata Jungkook.
"Oppa, kajja pergi dari sini."
"T-tapi kook kita bahkan belum pesen makanan-"
"Kajja oppa!" Jungkook menarik Taehyung untuk keluar dari restoran itu, tetapi sebelum keluar, tangan Jungkook ditahan oleh namja itu.

"Lepas." Ucap Jungkook dingin, tegas.
Taehyung sempat seram melihat sisi lain dari Jungkook yang dikenal periang.
"Tunggu, kook, aku mau jelasin sesuatu ke kamu."
"Gaada yang perlu lo jelasin, dan gue gamau denger apapun alesan lo. Sekarang lepasin tangan gue."
Taehyung bingung, tetapi ia bisa merasakan kalau sekarang Jungkook sedang menahan tangisannya, terdengar dari suaranya yang sedikit bergetar.
"T-tapi kook ak-"
"Kalo Jungkook bilang lepas ya lepas bego!" Potong Taehyung.
"Heh! Lo siapa? Berani-beraninya ngatain gue! Emangnya lo siapanya Jungkook hah?!!" Ucap namja itu sambil menarik kerah baju Taehyung.
"Santai bro, ngaca dong, emangnya lo juga siapanya Jungkook? Kalo Jungkook gamau dengerin lo ya jangan dipaksa!"
"Emangnya apa urusan lo?! Lo nyari mati?! Hah?!!" Namja itu mengepalkan tangannya dan mengangkatnya keatas, bersiap untuk melayangkan kepalannya pada wajah Taehyung.

"KANG DANIEL!!"

Mereka berdua kaget karena teriakan Jungkook. Beruntung, restoran itu tidak terlalu ramai.

"Sifat lo yang emosian ini yang bikin gue muak sama lo! Berapa kali gue harus bilang sama lo, hah? GUE GABUTUH PENJELASAN LO!! Udah cukup lo sakitin gue, udah cukup lo sakitin sahabat gue, udah cukup lo sakitin keluarga gue, dan sekarang lo mau ngehajar dia?.." Air mata Jungkook mengalir di pipinya, Taehyung gasuka liat Jungkook nangis. "..Dia ga salah! Dia emang bukan siapa siapanya gue, tapi gue lebih milih dia daripada lo sekalipun! Mulai sekarang, lo jangan pernah muncul lagi di hadapan gue, karena gue benci sama lo!!"
Jungkook lari keluar dari restoran, disusul oleh Taehyung. Meninggalkan Daniel yang terduduk lemas, menyesali perbuatannya dahulu.

Jungkook menghilang. Taehyung panik, ia takut terjadi hal-hal yang tidak diinginkan pada Jungkook. Ia berlari ke arah taman didekat situ, dugaannya benar, Jungkook ada disitu, sedang menangis.

Taehyung berlutut dihadapan Jungkook yang duduk di bangku taman.
"Hei, Jungkookie, jangan menangis~"
"Hiks, ke-kenapa aku harus ketemu d-dia oppa.. hiks."
Tanpa pikir panjang, Taehyung duduk disampingnya dan langsung memeluknya.
"Sstt, sudah, menangislah jika itu membuatmu tenang."
Jungkook membalas pelukannya, ia tidak memikirkan apa-apa selain rasa sakit yang kembali menghampirinya. Taehyung mengelus-elus kepala Jungkook, mencoba menenangkan hatinya. Taehyung merasa sedih, ia sangat tidak suka melihat Jungkook seperti ini. Entahlah, jika dipikir-pikir, mengapa ia merasa sedih saat Jungkook menangis?

~

"Bunda.."
Jungkook berlari sambil menangis lalu memeluk bundanya.
"Kookie?? Ada apa sayang?"
"Bundaa, k-kookie benci dia bun hiks,"
"Kamu benci Taehyung??"
"Ish, bukan bundaa bukan Tae oppa.. hiks."
"Tadi kita ketemu Daniel, ahjumma." Ucap Taehyung.
"Daniel? Si namja brengsek itu?? Kenapa bisa?"
Tiba-tiba Namjoon datang menghampiri.
"Ada apa ini? Kenapa Jungkookie menangis?" Tanya Namjoon.
"Ini loh yang, tadi mereka ketemu Daniel." Jawab Seokjin sembari mengelus punggung anaknya.
"Hah? Sini-sini duduk, ceritakan pada appa."
Mereka duduk di ruangan itu, Jungkook masih menangis.
"Jadi begini ahju-"
"Appa saja Tae, panggil saja seperti apa yang Jungkook panggil." Ucap Namjoon tersenyum.
"Eh hehe, iya appa. Jadi gini.."

Taehyung menceritakan semua kejadiannya dari awal. Namjoon dan Seokjin kaget dengan apa yang terjadi, sebenarnya Seokjin merasa sedikit senang kalau Jungkook sudah berani melawan Daniel, tidak seperti dulu.

"Astaga anak itu, masih saja mengejar Kookie ku, sudahlah sayang, jangan menangis lagi, kookie kan kuat." Ucap Namjoon menghibur Jungkook sambil mengelus kepalanya.

Seokjin mengantar Jungkook ke kamarnya. Tinggal Taehyung dan Namjoon di ruangan itu.
"Ah kalau begitu, Taehyung pamit pulang dulu appa."
"Oh iya iya Tae, hati-hati di jalan, salam untuk orang tuamu ne."
"Ne appa, annyeong." Ucap Taehyung lalu membukukkan badannya memberi hormat. Taehyung berbalik dan hendak pergi sebelum Namjoon memanggilnya.
"Ada apa appa?"
"Terimakasih sudah mengantar Jungkook dan mencoba menghiburnya tadi, appa tau, kamu pasti bingung dengan apa yang terjadi hari ini, nanti kamu akan tau Tae, tidak hari ini.." jelas Namjoon.
Taehyung melongo, "i-iya appa, sama sama, baiklah, Tae mengerti. Tae pamit, appa, annyeong." Ia membungkuk sekali lagi lalu bergegas keluar dari rumah itu.

~

Jimin frustasi.
Masalahnya, ia benar-benar dibuat pusing oleh clientnya ini.
"Pak masih ada yang harus di tand-"
"Nanti, nanti. Taruh saja dulu dimeja saya, kumpulkan semua yang harus saya tanda tangan, nanti saya kasih tahu lagi jika sudah selesai. Saya mau keluar dulu."

Jimin segera pergi menuju caffe didekat kantornya. Menenangkan diri dan bersantai-santai di caffe adalah pilihan yang tepat untuknya. Jimin benar-benar butuh me time.

Ia memesan green tea latte dan nachos. Setelah menunggu, akhirnya pesanannya sampai, tak berlama lagi ia langsung melahap makanannya.

Yoongi's POV

Astaga! Bagaimana bisa aku datang kesini tapi dompetku malah tertinggal? Bodoh kau Yoongi!

"Ah jebal~ biarkan saya pulang dulu, apartemen saya dekat sini kok, saya janji akan kembali lagi ke sini.."
"Tidak bisa, mba, ini sudah ketentuan di caffe ini, saya pun tidak bisa membantu."
"Ayolah, sekali ini saja, ah! Ini! Saya simpan handphone saya disini sebagai jaminan saya kembali, bagaimana?"
"Maaf mba, tidak bisa.."
"Ada apa ini??"
"Ini pak, mba ini tidak membayar pesanannya karena dompetnya tertinggal."
"Mba sebetulnya berniat makan disini atau tidak? Bagaimana bisa anda lupa membawa dompet anda?!

Oh ya ampun! Rasanya aku ingin menangis saja sekarang! Tuhan, tolong bantu aku!!

"Berapa totalnya?"

Suara siapa itu? Apa doaku sudah terkabul? Cepat sekali!

Yoongi's POV end.

Kepala pelayan itu membelalakan matanya kaget, melihat seseorang yang begitu dihormati di Seoul.
"A-ah t-tuan.."
"Saya tanya berapa totalnya?" Ucap namja itu tegas.
"Semuanya 5000 won, tuan."
"Ini, saya bayar semuanya sekalian dengan pesanan saya. Saya baru tahu ternyata pelayanan disini begitu buruk, apa salahnya membiarkan dia pulang dahulu untuk membawa dompetnya? Lagipula dia akan menjamin dengan handphonenya bukan?"
Kedua pelayan itu terlihat ketakutan.
"Maafkan kami, tuan."
"Pergi."
Pelayan pun pergi setelah menerima uang dari lelaki yang disebut 'tuan' itu.

"T-terimakasih ahjussi, akan saya ganti uangnya secepatnya." Ucap Yoongi sembari membungkuk.
"Yak! Ahjussi katamu? Aku tidak setua itu!"

"..."

"He-hei..? Kenapa menangis?"
Dengan cepat Yoongi mengusap pipinya yang basah.
"Ah, maaf, aku hanya sedikit kaget karena baru kali ini aku ceroboh, kalau saja kamu tidak menolong, mungkin aku sudah berakhir di dapur caffe, atau mungkin lebih parah dari itu, haha.."

"Sudahlah, jangan menangis, sini ikut denganku."

Yoongi mengikuti namja itu ke salah satu meja disana, lalu duduk berhadapan.

"Aku Jimin, Kim Jimin. Jadi siapa namamu?"

Tbc

Would You? (BTS GS) ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang