24

2.5K 169 4
                                        

Jungkook sudah memutuskan bahwa ia tidak akan menjalani kemoterapi. Jungkook sudah siap dengan segala kemungkinan, entah ia akan sembuh atau tidak, ia akan menerimanya.
Meski awalnya ia ditentang oleh appanya, ia bersikeras tidak ingin kemoterapi. Dan akhirnya Namjoon pun pasrah dengan keputusannya.

Ia sedikit bersyukur Taehyung belum selesai dari pelatihannya. Namun, saat selesai nanti, ia bingung harus bagaimana.
Akhir akhir ini, Jungkook juga sering terlihat melamun. Banyak sekali yang ia pikirkan, tapi yang sangat mengganggunya adalah, akankah ia sembuh dari penyakit ini?

Hari ini, Jungkook ditemani oleh Yoongi di rumah sakit.
"Kook? Kau baik baik saja?"
"Eoh? Iya, eonni."
"Kau melamun daritadi, memikirkan apa?"
Alih-alih menjawab pertanyaannya, Jungkook malah menggenggam tangan Yoongi.
"Eonni, maaf merahasiakan ini darimu. Aku tidak ingin membuat siapapun mengkhawatirkanku. Dan, maaf merepotkanmu.."
Yoongi menghela nafasnya, "sebenarnya, eonni kecewa karena kau tidak bilang apapun padaku. Tapi, eonni paham, eonni sudah lama mengenalmu. Jadi, tidak usah merasa bersalah, ya? Yang harus kau lakukan sekarang adalah bersabar, dan yakin kau akan sembuh, arra?"
Jungkook tidak merespon, ia hanya menunduk dari tadi.
"Hei, kau menangis?" Yoongi mengangkat kepala Jungkook.
Jungkook segera mengusap pipinya, "aniyo, aku tidak menangis kok, hehe."
Seokjin mengelus kepala Jungkook penuh sayang.

Setelah makan malam, Jungkook tidur ditemani oleh Seokjin. Yoongi sudah pulang sejak sore tadi karena ada tugas kuliah yang harus ia kerjakan.
Seokjin yang sedang tertidur tiba-tiba terbangun karena Jungkook.
"Adek? Kenapa?"
Jungkook tidak menjawab, kemudian ia menutup mulutnya lalu berlari ke toilet.

Jungkook mengeluarkan makanan yang ia makan hari ini. Setelah itu ia kembali berbaring di ranjangnya.
"Mau makan sesuatu? Eomma ambilkan."
Jungkook menggeleng, "gak usah, eomma. Adek gak lapar kok."
"Yasudah, tidur lagi." Ucap Seokjin sambil menyelimuti Jungkook.
"Eomma, tidurlah di sofa, nanti leher eomma sakit jika tidur seperti ini."
"Baiklah, adek juga tidur ya. Selamat malam." Seokjin mengecup kening Jungkook.
"Ne, malam juga eomma."

Pagi harinya saat Jungkook terbangun, hanya ada appanya di sofa sedang membaca buku.
"Appa.. dimana eomma?"
"Eoh? Sudah bangun ternyata," Namjoon berdiri lalu menghampiri Jungkook dan mengecup kepalanya.
"Selamat pagi sayang, eomma mu pulang dulu. Nanti sore kesini lagi."
"Pagi appa. Ah, apa aku bangun terlalu siang? Atau eomma yang pulang terlalu pagi?"
"Hmm, mungkin kau yang bangun terlalu siang, haha." Namjoon mengusak rambut Jungkook.
"Appa, aku lapar~"
"Aigoo tuan putri ingin sarapan apa, hm?"

.
.
.

3 hari kemudian..

"Wah, Tae, akhirnya ini hari terakhirmu pelatihan." Ucap Jimin.
"Ya, hyung. Aku senang karena bisa menyelesaikan ini dengan baik."
"Baguslah, appa pasti bangga padamu. Ngomong-ngomong, apa yang akan kau lakukan setelah ini?"
"Hmm, aku akan fokus pada kuliahku, lalu kerja, lalu menikahi Jungkook, ehe." Ucap Taehyung sambil terkekeh.
"Yak! Jangan mendahuluiku!"
"Hahaha, tidak akan hyung, kau dulu saja yang menikah."
"Ohiya, hyung, karena hari ini aku selesai dan pulang lebih awal, aku akan kerumah Jungkook dulu."
"Ah, baiklah kalau begitu. Hyung ke ruangan dulu ya."
"Ne, hyung."
Jimin pun berlalu ke ruangannya. Setelah itu ia langsung menelepon seseorang.
"Taehyung akan kerumah Jungkook sore ini, apa Jungkook di rumah?"
"Jinjja? Jungkook masih dirumah sakit, oppa. Kalau begitu, aku akan beritahu Jungkook sekarang."
"Ne, jangan sampai Jungkook telat pulang jika tidak ingin Taehyung tahu. Anak itu selalu datang tepat waktu."
"Ne, oppa."

Jimin duduk di sofanya, "maaf Tae, hyung belum bisa memberitahumu.."

.
.
.

Jungkook baru saja sampai dirumahnya. Siang ini ia kembali pulang karena Taehyung akan kerumahnya. Ia makin khawatir, Taehyung sudah selesai pelatihan, apa yang harus ia lakukan?
Ia masih belum mau memberi tahu Taehyung tentang penyakitnya.

Meski wajahnya terlihat sedikit pucat, tapi Jungkook tidak seperti sedang sakit. Ia nampak sehat dan bahagia. Mungkin karena ia dikelilingi orang-orang yang membuatnya bahagia.
Jungkook sedang menonton tv diruang keluarga saat ia mendengar bunyi bel. Ia bergegas membuka pintu rumahnya.
"Oh! Oppaa!" Jungkook memeluk orang yang ada dihadapannya, yang tak lain adalah Taehyung.
"Chagiyaaa! Oppa sangat merindukanmu!"
Taehyung melepas pelukannya dan melihat ke arah Jungkook.
"Eh? Kau menangis?" Taehyung mendadak panik karena melihat Jungkook yang menangis.
"Hiks, aku juga rindu oppa.."
"Sshh, tenanglah, kenapa menangis, hm? Oppa disini, harusnya senang dong."
"Aku takut tidak bisa bertemu dengan oppa lagi." Jungkook mengusap pipinya yang basah.
"Kita akan sering bertemu setelah ini, oppa janji, jangan menangis lagi, oke?"
Jungkook hanya mengangguk, "ayo oppa, masuk."

Kedatangan Taehyung langsung disambut oleh Seokjin dan Namjoon. Mereka membahas banyak sekali topik pembicaraan, mulai dari pelatihan Taehyung, kabar orang tua Taehyung, dan hal lainnya. Obrolan tetap berlangsung sampai selesai makan malam. Setelah itu, Taehyung pamit pada Seokjin dan Namjoon untuk membawa Jungkook jalan jalan.

Sekarang, mereka berdua sedang berjalan menuju ke arah taman favorit mereka.
"Eomma dan appamu sepertinya juga sangat merindukanku." Ucapnya sambil terkekeh.
"Iya, mereka seperti melupakanku dan hanya ingat pada oppa, huh." Jawaban Jungkook membuat Taehyung gemas.
"Aigoo, kau marah padaku?"
Jungkook langsung tersenyum sambil memeluk Taehyung dari pinggir.
"Tidak, hehe. Aku tidak bisa marah pada oppaku yang tampan ini."
Taehyung lalu merangkul Jungkook dan mengecup pipi gembulnya.
"Kau membuatku gemas, Jungkook."

Deep voice Taehyung membuat Jungkook sedikit meremang.
"Kenapa diam, hm?"
Taehyung mengangkat wajah Jungkook yang menunduk, mata mereka saling bertemu.
"Cantik sekali pacarku ini." Senyuman Taehyung membuat Jungkook tersipu.
"O-oppa, aku malu.."
Taehyung mengecup Jungkook lagi, kali ini bukan di pipinya, tapi di bibir Jungkook.
Jelas saja itu membuat Jungkook membelalakan matanya, terkejut oleh Taehyung yang tiba-tiba mengecup bibirnya.
"Oppa, hmmph.."
Taehyung menempelkan kembali bibirnya di bibir Jungkook, tangan kanannya menekan tengkuk Jungkook agar semakin mendekat, Taehyung memiringkan kepalanya lalu sedikit melumat bibir Jungkook.

Jungkook tidak menyangkal, ia pun menikmati ciuman itu, kedua tangannya melingkar di leher Taehyung dan ia mulai membalas ciuman Taehyung.

Setelah beberapa lama hanyut dalam ciuman, Taehyung akhirnya melepaskan ciuman itu karena Jungkook mulai kehabisan nafas.
"Maaf, oppa tidak bisa menahannya."
Jungkook malah memeluk Taehyung, "tidak apa-apa oppa, aku suka." Kalimat yang terakhir itu ia bisikkan pada Taehyung.
"Kau mau menggodaku, hm? Sudah berani ya sekarang.."
"Tidak, aku tidak menggodamu, aku hanya bilang kalau aku suka itu."
Mereka masih berpelukan, seperti enggan melepaskan.
"Oppa.."
"Hm?"
"Kau tau? Saat memikirkanmu, hidupku yang kosong ini menjadi penuh olehmu."
"Oh ya? Begitukah?"
Jungkook melihat wajah Taehyung, lalu mengangguk.

Jungkook dan Taehyung kembali berjalan menyusuri taman yang penuh dengan bunga itu.
"Ada hari hari yang berat bagiku, terkadang, aku merasa cemas dan takut. Dan sempat terpikir olehku, bagaimana aku bisa bertahan,"
Taehyung menjadi sedikit khawatir dengan Jungkook.
"lalu akhirnya aku sadar, bersama mereka yang berharga, aku bisa melakukan apapun yang kuinginkan. Disamping mereka, aku membagi hidupku dalam mencari kebahagiaan dan aku bisa bertahan melawan rasa takut itu. Bersama eomma appaku, bersama Yoongi eonni, dan.." Jungkook melihat kearah Taehyung, "..bersama oppa."
Taehyung tersenyum, jujur ia merasa tersipu dengan perkataan Jungkook.
"Kau sedang menggombal, hm?"
Jungkook hanya tertawa, "oppa, berjanjilah, jangan meninggalkanku..."
"Tentu," Taehyung memotong kata-kata Jungkook, "aku tidak akan pernah meninggalkanmu."
"Ung pacarku ini sangat romantis, salanghaeyo.." ucap Jungkook sembari menunjukkan aegyonya.
Taehyung merasa sangat gemas dengan pacarnya ini, ia lalu kembali melumat bibir Jungkook.

Yah, mari kita biarkan mereka hanyut dalam kegiatan itu.

.
.
.

Tbc

Would You? (BTS GS) ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang