Would You? (BTS GS) END

8

Malam yang sama dirumah Yoongi.
Yoongi sedang melamun diruang keluarga.
"Yoongi? Ada apa? Kok sedih begitu wajahnya? Mau cerita pada eomma?"
"Eommaa. Yoongi bingung." Ucap Yoongi sambil berhambur kepelukan eommanya.
"Cerita sayang, mungkin eomma bisa bantu."

Flashback
"Aku benar-benar  menyukaimu. Jadi, apakah Min Yoongi mau menjadi milik Kim Jimin?"
Yoongi terdiam. Ia bingung harus menjawab apa, bahkan ia bingung pada perasaannya.
"Oppa, terimakasih sudah suka padaku, tapi aku tidak bisa jawab sekarang."
Terlihat sedikit raut kecewa pada wajah tampan Jimin.
"Tidak apa apa, tidak usah terburu-buru. Aku menunggumu, Yoongi."
Mereka terdiam cukup lama, larut dalam pikiran masing-masing.
"Ayo, aku antar kamu pulang. Cafe sudah mulai ramai, kita tidak mungkin disini terus tetapi hanya saling diam."

Akhirnya, Yoongi pulang diantar oleh Jimin. Dari saat di cafe sampai di mobil, suasana canggung mengelilingi mereka. Tak lama, mereka sudah sampai di rumah Yoongi.
"Yoongi, jangan terlalu dipikirkan, aku tidak memaksa, dan aku tidak mendesak mu untuk cepat menjawab," Jimin tersenyum paksa, "dan apapun jawabanmu nanti, aku terima. Aku harap kita selalu dekat. Maaf aku tidak bisa antar sampai dalam, aku masih ada urusan di kantor." Ucap Jimin berbohong.
"Selamat malam oppa." Yoongi turun dari mobil Jimin dan bergegas masuk kerumahnya.

Flashback end.

Yoongi menunduk. Ia benar-benar bingung.
"Yoongi, jawab dengan jujur. Apa kamu suka sama Jimin?"
"...aku gatau eomma.."
Shiyoung menangkup pipi Yoongi, "lihat eomma, apa yang kamu rasakan jika bersama Jimin?"
"A-aku, jujur, aku emang senang eomma. Bahkan saat dirumah sakit, ia membawaku kesana, menungguku sadar, sangat perhatian padaku, dan aku.."
"Lalu apa yang kamu bingungkan sayang?"
Yoongi terdiam sejenak, "aku, hanya takut Jimin oppa tidak serius padaku, aku takut dia seperti yang sebelumnya, aku masih takut eomma.." Yoongi mulai menangis.
"Yoongi, dengarkan eomma. Eomma tau bagaimana kamu dengan yang sebelumnya, kamu pasti sedikit trauma, eomma mengerti. Tapi kamu pun harus memberi kesempatan pada yang lain, kamu harusnya sudah tau, dia perhatiin kamu, dia jagain kamu, untuk apa dia seperti itu jika tidak serius denganmu?" Ucap Shiyoung sambil mengelus kepala Yoongi.
"Kamu juga suka kan pada Jimin?"
"..iya eomma."
"Kalau begitu, kamu enggak boleh mengantung perasaannya. Bahkan kamu lihat sendiri bagaimana kecewanya Jimin, berarti dia serius denganmu. Jangan membuatnya menunggu terlalu lama, sayang." Yoongi terdiam.
"Kalau kamu mau, besok kamu suruh dia kesini. Biar eomma yang lihat seberapa seriusnya dia sama kamu."
"Baiklah eomma, besok aku suruh Jimin oppa kesini."
"Yasudah, senyum dong sayang, jangan menangis."
Yoongi tersenyum lalu kembali memeluk eommanya, "gomawo eomma."

-()-

Keesokan harinya, pagi pagi sekali Taehyung sudah pergi dari rumah Jungkook. Tentu saja membuat Jungkook bingung, Taehyung bahkan tidak bilang pada orangtuanya.
"Mungkin Taehyung hanya pergi sebentar, pasti dia kesini lagi nanti." Kata Namjoon.
"Iya, tenang lah Kookie. Ayo sarapan dulu."
"Iya eomma, appa."

Beberapa lama kemudian, tepat sekali saat mereka sudah selesai sarapan, Taehyung datang.
"Tae, darimana? Kok tidak bilang?" Tanya Namjoon.
"Maaf appa, Tae hanya beli sesuatu kedepan." Taehyung berjalan mendekat ke arah mereka.
"Eomma, appa, Taehyung ingin mengatakan sesuatu."
"Katakanlah, Tae, kami mendengarkan."
"Sebelumnya, Tae berterima kasih karena eomma dan appa memperlakukan Tae seperti anak kalian sendiri," Seokjin dan Namjoon mengangguk.
"Dan, Taehyung mau jujur," Taehyung terdiam sejenak, "Tae suka sama Jungkook. Jungkook baik, cantik, apa adanya, dan Tae suka, semakin deket sama Jungkook, rasa cinta Taehyung makin besar. Sebenarnya, Tae udah ada niat serius sama Jungkook, appa. Tapi, Tae harus kerja dulu, apakah eomma dan appa merestui?"