18

2.4K 172 4
                                    

Sudah dua hari Jungkook dirawat intensif. Selama dua hari itu pula Seokjin tidak pernah meninggalkan Jungkook walau sedetik.
"Eomma, pulanglah dulu, adek gak akan kenapa-napa disini, kan ada appa.."

Raut wajah Seokjin terlihat sangat lelah, kantung matanya sedikit menghitam.
"Eomma disini saja menunggumu, sayang."
Jungkook menggeleng, "jangan, nanti kalau eomma sakit, siapa yang akan jaga adek?"
Seokjin terdiam,
"Pulanglah eomma, kemari lagi jika eomma sudah merasa lebih baik."
"Baiklah, eomma akan beritahu appamu dulu lalu pulang, jaga dirimu ne."
Jungkook mengangguk lalu setelah itu Seokjin pergi menuju ruangan Namjoon.

Drrtdd.. drrtd
Handphone Jungkook bergetar, ia membelalakan matanya saat melihat nama Taehyung tertera disana, mengajaknya video call.
Jungkook menolak video call itu dan meneleponnya.
"Oppa, jangan video call-an, aku baru bangun tidur dan wajahku sedang jelek.."
Sebisa mungkin, Jungkook membuat suaranya agar terdengar normal, seperti biasanya.
"Wajahmu tetap cantik walaupun baru bangun tidur asal kau tahu,"

Jungkook mendudukkan badannya di ranjang dan menekan tombol loudspeaker di handphonenya.

"Aish! Oppa bilang begitu karena belum pernah melihat wajah bangun tidurku!"
"Ahaha, memang belum, tapi segera."
"Ish, ini masih pagi, jangan menggombal dulu."
"Baiklah, baiklah.. Kookie, oppa merindukanmu.. lelah sekali ternyata mengurus perusahaan, padahal ini baru pelatihan saja.."
"Kookie juga merindukan oppa, tapi oppa harus semangat! Ah! Kookie ada saran."
"Apa itu, sayang?"

Namjoon yang hendak masuk keruangan Jungkook terhenti saat mendengar suara Taehyung. Ia berdiri di ambang pintu dan memperhatikan putrinya itu.

"Anggap ini bukan pelatihan oppa, dan setiap kali oppa lelah, ingatlah untuk siapa oppa bekerja keras, dan ingatlah suatu saat nanti oppa akan menghidupi keluarga kecil oppa, kookie yakin itu akan membuat oppa semangat kembali!"
"Ya! Kau benar sayang, setiap kali oppa lelah, oppa akan mengingatmu, oppa akan ingat kalau oppa akan menghidupimu dan keluarga kecil kita.."
Jungkook tersenyum sendu mendengarnya, matanya sudah berkaca-kaca.
"Oppa terus saja menggombal! Ah, sudah dulu ya oppa, kookie mau mandi, hihi, byebye oppa."
"Hahaha, nee, byebye kookiekuu."

Tut. Jungkook segera menutup sambungannya. Ia menangis.
Jungkook menutup wajahnya dengan kedua tangannya. Tiba-tiba seseorang memeluknya.
"Jangan menangis sayang.."
"Hiks.. appa.."
"Adek harus yakin kalau adek akan sembuh dan membangun keluarga kecil bersama Taehyung.."
Jungkook mendongak melihat appanya.
"Appa mendengarnya?"
Namjoon mengangguk, "bagaimana appa tidak dengar, adek mengeraskan suaranya."
Jungkook menepuk keningnya dan disambut oleh gelak tawa Namjoon.

Namjoon duduk disamping Jungkook, menangkup wajah Jungkook lalu mengusap air matanya.
"Putri cantik appa harus sembuh, appa akan berusaha bagaimanapun caranya agar putri appa ini sehat kembali."
"Dan selama appa berusaha, putri appa ini tidak boleh menangis, putri appa harus kuat, ne?"
Jungkook tersenyum lalu memeluk Namjoon erat, "ne appa, terimakasih, adek gak tau apa yang akan terjadi kalau adek gak jujur tentang ini sama appa, mungkin adek akan lebih menderita.."
Namjoon mengusap dan mengecup penuh sayang kepala Jungkook.

.
.
.

"Oppa, apa Taehyung masih pelatihan?"
Jimin mengangguk, "dua minggu lagi baru selesai. Itupun jika dia mendapat nilai yang bagus dari appa dan koleganya, jika tidak, ia akan terus dilatih sampai ia mendapat nilai yang appa inginkan."
Wajah Yoongi menjadi murung.
"Ada apa? Jangan bilang kau malah merindukan si alien itu?" Jimin mengangkat sebelah alisnya, ia mulai emosi.
"Aish!" Tangan Yoongi sudah mengacung di udara, hendak menjitak kepala Jimin yang seenaknya bicara.
"Eh yak yak! Jangan pukul aku!"
Jimin lega saat melihat tangan Yoongi yang sudah turun.
"Aku hanya merasa kasihan pada Jungkook, oppa. Ia kesepian, walaupun aku sering melihat nya dan Taehyung berkomunikasi lewat telepon, tapi tetap saja setelah itu Jungkook selalu mengeluh bahwa ia merindukan Taehyung."
"Ya, begitupun dengan si alien. Dia juga sering mengeluh padaku, memang sulit jika sudah seperti ini. Appa itu orangnya lumayan keras, makanya tidak akan ada pilihan lain untuk Taehyung selain ia melakukan yang terbaik selama pelatihan."
Yoongi mengangguk-anggukan kepalanya mendengar penuturan Jimin.
"Oppa juga dulu pelatihan?"
Jimin mengangguk mengiyakan.
"Tiga bulan."
"Hah? Kau serius oppa?" Yoongi kaget, tiga bulan?!
Jimin tertawa mengingat dirinya dulu yang begitu bodoh.
"Dulu aku tidak ingin menjadi pebisnis seperti appa, aku lebih suka menari dan bernyanyi. Tapi appa menekanku agar menjadi pebisnis sepertinya dan menyuruhku agar menari dan menyanyi itu jadi hobi ku saja. Aku menentangnya, saat pelatihan aku tidak bersungguh-sungguh melakukannya," Jimin menyeruput minumannya, Yoongi masih diam menunggu Jimin.
"Tapi di akhir bulan kedua pelatihan, aku sadar bahwa menjadi pebisnis juga bukan hal yang buruk. Kau tau? Walaupun aku tidak serius saat itu, aku masih punya kompetensi di bidang bisnis, makanya appa masih mempertahankan pelatihan ku sampai bulan ke tiga."
"Dan akhirnya oppa berhasil mendapat nilai bagus di bulan ketiga?"
Jimin menggaruk kepalanya yang mendadak gatal, "ya, memang tidak terlalu memuaskan buat appa sih, tapi masih bisa dibilang nilaiku bagus bagi para kolega appaku."
"Ah~ rumit sekali ya, kuharap Taehyung bisa menyelesaikannya dengan baik."
Jimin mengangguk, "kalau kau bertemu dengan Jungkook, bilang padanya untuk sabar dan selalu semangati Taehyung."
"Ne oppa, oh iya, eomma mengundangmu kerumah malam ini."
"Ada apa? Apa aku disuruh segera melamarmu? Astaga! Aku belum beli cincin!" Yoongi tertawa melihat Jimin yang panik.
"Ahaha bukan oppa, appaku berulang tahun hari ini dan kami selalu merayakan nya dengan makan malam dirumah, jadi eomma mengundangmu untuk itu."
Jimin tersenyum malu, "ohhaha, aku kira appamu ingin segera aku menikahimu.."

.
.
.

Jungkook merasa sangat bosan berada di ranjang rumah sakit, ia ingin keluar, menghirup udara segar di taman rumah sakit.
"Appa.."
"Ya sayang? Kenapa? Lapar?"
Jungkook menggeleng, "adek bosan disini terus appa, adek ingin keluar, tapi adek takut bertemu dengan appanya Yoongi eonni.."
"Dia sedang libur hari ini, ayo, kita ke taman."
"Uwah! Benarkah?"
Wajah bahagia itu sangat Namjoon rindukan, sudah beberapa hari ini Jungkook selalu murung dan melamun, apalagi setelah Jungkook positif terkena kanker otak.
"Iya sayang, ayo."
Jungkook turun dari ranjangnya dibantu oleh Namjoon, lalu mereka pergi ke taman di rumah sakit itu.

Mereka duduk di taman yang penuh dengan tanaman hijau. Jungkook sangat senang, meski Namjoon masih bisa melihat raut wajah nya yang sedih.
Namjoon merangkul Jungkook agar Jungkook bersandar di bahunya.
"Ada sesuatu yang menganggumu?"
Jungkook terdiam, "adek, kangen Tae oppa.." Jungkook mati matian menahan air matanya, ia masih ingat kata kata Namjoon kemarin kalau ia tidak boleh menangis.
"Adek gak bisa ngebayangin kalau Tae oppa sampai tau adek sakit disini." Suaranya mulai bergetar.
"Apalagi Yoongi eonni, waktu itu adek mimisan pun dia nangis, dia pasti sedih kalau tau.."
"Adek sering mimisan?"
Jungkook mengangguk, "sering banget appa,"
"Dan adek gak bilang sama appa?"
Jungkook menggeleng, masih menahan air mata yang sudah menumpuk di matanya.
Namjoon memeluk dan mengelus kepalanya, "jangan seperti itu lagi ya, menangislah, jangan ditahan.."

Jungkook menangis di pelukan Namjoon. Ia sangat merindukan Taehyung.
Ia memikirkan, bagaimana kalau ia tidak bisa bersama Taehyung lagi?
Bagaimana jika ia tidak bisa bertemu Taehyung lagi?

.
.
.

Tbc

Would You? (BTS GS) ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang