15

2.6K 178 3
                                    

"Migrain? Sejak kapan?" Tanya Namjoon heran.

Jungkook sedang 'diintrogasi' oleh appanya. Ia sebenarnya tidak migrain, ia berbohong, ia bahkan tidak tahu kenapa kepalanya sering sakit akhir akhir ini. Dan obat yang ia minum tadi adalah obat pereda nyeri.

"Ne appa, sejak, um, awal tahun ini." Jungkook menunduk.
"Dapat obat darimana?"
"Um, aku membelinya di klinik, appa."
"Kenapa tidak pernah bilang pada appa? Kalau terjadi hal yang lebih parah akibat efek dari migrain ini bagaimana?" Namjoon bicara dengan nada yang lumayan tinggi, ia benar benar khawatir pada Jungkook.

Jungkook takut, ia takut karena ia berbohong pada appa nya, ia tahu pasti appanya sangat mengkhawatirkannya.

"Appa," suaranya bergetar menahan tangis, "m-maaf.. adek gamau bikin appa khawatir, adek gak bilang karena adek pikir adek masih bisa nanganin ini sendiri.."
Taehyung yang berada disitu mencoba menenangkan Jungkook.

Namjoon mengusap wajah nya kasar, "appa tidak tahu apa alasanmu yang sebenarnya, tapi dengan mengira bahwa kau bisa menahannya sendirian, itu sangat egois. Appa tidak pernah mengajarkanmu untuk berbuat egois seperti ini."
"Kau tahu? Kau ini anakku, appa mengkhawatirkanmu, appa tidak ingin anak appa satu satunya sakit," Namjoon menghela nafas, tidak mengerti dengan jalan pikiran anaknya.

Runtuh juga pertahanan Jungkook, ia menangis karena menyesal harus membohongi appanya.
"Appa-" baru saja ia akan berbicara, Namjoon sudah pergi meninggalkannya menuju kamar.
"Hiks, oppa bagaimana ini? Appa marah kepadaku, huwaaa.." Jungkook menangis keras dipelukan Taehyung.
"Tenanglah, sekarang appamu masih dalam mood yang buruk, biarkan saja dulu, nanti saat moodnya membaik, jelaskan pada appa dan minta maaf padanya, ya?"
Jungkook mengangguk, ia masih terisak di dada Taehyung.

Malam harinya, Jungkook mencoba untuk berbicara lagi pada appanya.
Ia mematung didepan ruang kerja appanya, takut dan ragu untuk sekedar mengetuk pintu itu.
"Sayang? Kenapa berdiri terus disana?"
"Eomma, appa ada di dalam kan?"
Seokjin mengangguk, "masuk lah, minta maaf padanya, appamu marah bukan tanpa alasan, ia marah karena ia sangat khawatir denganmu, ia sangat menyayangimu, jangan sedih, jangan takut, semua akan baik baik saja."
Senyuman eommanya membuat Jungkook sedikit lega, ia akhirnya memberanikan diri mengetuk pintu ruang kerja appanya.

Tok.. tok..

Terdengar suara appanya menyuruh Jungkook untuk masuk.
Perlahan Jungkook memasuki ruangan itu, ruangan itu terasa dingin dan menyeramkan baginya, dilihatnya appanya sedang duduk di meja kerjanya. Jungkook berlari lalu bersimpuh didepan Namjoon.
"Appa, maafin adek, adek bukannya egois, adek cuma gamau bikin appa khawatir, adek tahu adek salah, adek minta maaf, tolong jangan marah lagi sama adek, adek takut.." kata-kata terakhir diucap sangat pelan oleh Jungkook.
Namjoon menghela nafas beratnya, lalu meraih Jungkook ke pelukannya.
"Maafkan appa, appa malah memarahimu, harusnya appa tidak seperti ini, maaf membuatmu takut, maaf membuatmu menangis, appa khawatir padamu, appa tidak ingin hal buruk terjadi padamu.."
Ucapnya sambil mengelus kepala Jungkook.
Jungkook menggeleng, "adek yang salah, harusnya dari awal adek bilang sama appa, hiks, maaf.."
"Sudah, tidak apa apa, jangan menangis terus, nanti kepalamu sakit lagi, sayang."
"Hiks, appa.."
"Ssshh, tenanglah.." Namjoon mengecup pucuk kepala Jungkook penuh sayang.

.
.
.

Taehyung sedang menunggu Jungkook di gerbang kampusnya. Rencananya mereka akan kencan.
Sudah setengah jam Taehyung menunggu Jungkook, tapi Jungkook tak kunjung muncul. Ia pun memutuskan untuk menelepon Jungkook.

"Sayang, kau ada dimana?"
"Aku sedang diperpustakaan oppa, ada apa?"
"Kita akan kencan seusai kuliah, kau ingat?"
"Astaga! Aku baru ingat! Oppa ada dimana sekarang?"
"Oppa di gerbang, a-"
"AKU KESANA SEKARANG!"

Tut.
Jungkook mematikan sambungan nya. Beberapa saat kemudian, terlihat Jungkook berlari menghampiri Taehyung.
"Hah.. hah.. maaf oppa, aku keasyikan membaca buku di perpustakaan."
"Tidak apa apa, mau berangkat sekarang?"
"Ne, kajja!"

Mereka pergi ke mall di pusat kota. Jungkook sangat senang bisa ke mall bersama Taehyung.
"Wah, sudah lama sekali aku tidak pergi ke mall."
"Sayang, minggu lalu kita ke mall ini, lho, kau lupa?"
"Ah benarkah? Aku tidak ingat.."
"Hm, kau mau makan apa?"
"Aku ingin makan di restoran Jepang, oppa."
"Baiklah, ayo."

Mereka sudah selesai makan, sekarang mereka sedang mengelilingi mall dan melihat-lihat toko.
Jungkook memegangi perutnya, ia merasa mual. Ia pun berlari ke arah toilet disana.
"Kook? Jungkook!" Taehyung berlari mengejar Jungkook, dan terhenti saat Jungkook menutup pintu toilet itu.

Sekitar lima menit kemudian Jungkook keluar dari toilet.
"Kenapa kau lari begitu? Ada apa?" Tanya Taehyung panik.
"Perutku tiba-tiba mual, sepertinya aku terlalu banyak makan tadi."
"Banyak? Kau hanya makan satu porsi dan itupun tidak penuh, bagaimana bisa kau mual?" Taehyung heran pada Jungkook.
Jungkook terdiam, "entahlah oppa, aku lemas. Aku ingin pulang saja.."
"Baiklah, ayo."

Setelah mengantar Jungkook pulang, Taehyung terlihat melamun di kamarnya.
"Jungkook sangat aneh hari ini, tidak biasanya ia pelupa, bahkan biasanya aku yang selalu lupa. Ada apa dengannya?"
Taehyung benar-benar bingung pada Jungkook.

Jimin mengetuk pintu kamarnya, tetapi tidak ada tanda Taehyung akan membuka pintu itu, akhirnya ia pun masuk ke kamar Taehyung.
"Tae, ayo makan malam, eomma dan appa sudah menunggu."
Jimin mengerutkan alisnya,
"Tae?" Tidak ada respon dari Taehyung,
"KIM TAEHYUNG!"
"ASTAGA!" Hampir saja Taehyung terjatuh dari kursinya, "Hyung! Kenapa berteriak begitu?!"
"Akhirnya kau menyaut, aku sudah memanggilmu beberapa kali, kau tahu?!"
"Benarkah? Aku tidak mendengarnya, ada apa?"
"Makan malam sudah siap, eomma dan appa sudah menunggu, cepatlah turun dan berhenti melamun."
Jimin pun pergi ke ruang makan disusul oleh Taehyung.

Saat makan malam, Jimin masih penasaran dengan sikap Taehyung di kamarnya tadi.
"Tae, sebenarnya kau ini kenapa?"
Taehyung bingung dengan ucapan Jimin, "maksudmu, hyung?"
"Tadi kau melamun, apa yang kau pikirkan, huh? Hutang?"
"Aish, ck, enak saja! Aku tidak punya hutang!"
"Terus?"
Taehyung menghela nafas, "aku bingung pada Jungkook, hyung."
Kedua orang tua mereka yang asalnya hanya memperhatikan kini mulai tertarik saat Taehyung menyebut Jungkook.
"Ada apa dengan Jungkook?" Tanya BomIn.
"Jungkook menjadi pelupa, eomma. Siang tadi ia melupakan kencan kami, lalu saat di mall ia bilang sudah lama tidak ke mall itu padahal seminggu yang lalu kami pergi ke mall itu, dan setelah makan ia tiba-tiba mual dengan alasan makan terlalu banyak, padahal ia hanya makan sedikit. Tidak biasanya Jungkook seperti itu eomma, aku jadi bingung."
"Ah, jadi itu yang kau pikirkan sampai tidak meresponku." Kata Jimin.
Taehyung mengangguk, "itu sangat mengganggu pikiranku, hyung."
"Mungkin Jungkook sedang datang bulan?"
"Aku tidak tahu itu, eomma."
"Ya, mungkin saja Jungkook sedang datang bulan, dan itu membuatnya jadi sedikit pelupa dan mual." Timpal JongIn.
"Hm, semoga saja begitu, appa."

.
.
.

Tbc

Would You? (BTS GS) ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang