23

2.4K 171 4
                                    

Tiga hari setelahnya, Jimin akhirnya memiliki waktu luang, dan sekarang Jimin sudah berada di rumah Yoongi. Bahkan Yoongi sudah ada disebelahnya, tetapi mereka masih terdiam, tidak ada yang memulai percakapan.

Wajah Yoongi, terlihat sembap dan kantung matanya yang sedikit menghitam menarik perhatian Jimin.
"Ada apa? Wajahmu sembap, sedang ada masalah?" Jimin akhirnya membuka percakapan.
Yoongi hanya diam, ia masih menunduk.
"Yasudah kalau tidak ingin ce-"
"Ini tentang Jungkook." Yoongi memotong kata-kata Jimin.
"Jungkook? Ada apa dengannya?" Jimin mulai panik, terdengar oleh Jimin dari nada bicara Yoongi yang serius.
Mulut Yoongi bergetar, mencoba mengatakan sesuatu tapi ia pun mencoba menahan isakannya.
"Jangan memaksakan diri-"
"Jungkook," lagi, Yoongi memotong kalimatnya.
"Dia.. uhm.."
"Dia..? Kenapa?" Tanya Jimin yang penasaran.
"Dia.." Yoongi menghela nafasnya, "Terkena kanker otak." Yoongi akhirnya mengatakan itu seiring dengan air matanya yang menetes.
Jimin terdiam. Ia masih mencerna setiap kata yang ia dengar dari Yoongi.
"Huh? A-apa? Apa yang kau bilang barusan?"
"Hiks.." Yoongi menangis kencang, "adikku sakit, oppa.."
"Lalu, a-apa yang terjadi padanya sekarang? Taehyung tidak mendapat kabar darinya selama berhari-hari."
Yoongi menangis semakin kencang karena mengingat keadaan Jungkook yang belum siuman.
"Ia, koma... Sampai hari ini ia belum siuman."
Jimin memeluk Yoongi, sungguh, ia belum percaya dengan apa yang Yoongi katakan.
"Jungkook melarang orang tuanya untuk memberitahu siapapun tentang penyakitnya. Dan aku tidak sengaja mengetahuinya saat aku dan appaku di rumah sakit.."
Jimin hanya mendengarkan, ia masih shock.
"Aku menghindarimu agar Taehyung tidak bertanya tentang Jungkook padamu, dan berakhir oppa menanyakan itu padaku.."
"Aku memutuskan untuk memberitahu ini padamu, karena aku tidak ingin oppa salah paham padaku.. hanya ini yang bisa aku lakukan, maaf oppa.."
Apa yang harus Jimin lakukan sekarang?
Ia benar-benar tidak bisa membayangkan bagaimana reaksi Taehyung jika tahu hal ini.
"Sejak kapan? Sejak kapan Jungkook memiliki penyakit ini?"
"Aku tidak tahu pasti, tapi sejak satu bulan yang lalu ia selalu mimisan, bahkan ia menjadi sangat pelupa.. dan, seminggu setelah itu ia dinyatakan positif kanker otak stadium tiga.."
Jimin merasa pening setelah mendengar penuturan Yoongi.
"Oppa, tolong jangan beritahu tentang ini pada Taehyung.."
"Lalu apa yang harus aku lakukan?" Tanya Jimin sembari melihat pada Yoongi.
"Ia menyuruhku kerumah Jungkook untuk melihat keadaannya, aku harus bagaimana sekarang?"

.
.
.

Seminggu, Jungkook masih tak sadarkan diri di ranjang itu. Namjoon dan Ga Ram berusaha sebisa mungkin melakukan yang terbaik untuk Jungkook.

Namjoon menatap Jungkook dengan tatapan sendu.
"Ada apa?" Tanya Ga Ram.
"Anakku, peluang untuk dia siuman tidak banyak. Jika ia berhasil sadar pun, ada kemungkinnan ia akan lupa ingatan. Sel kanker itu tak henti menyerang tubuh Jungkook." Air matanya menetes, lalu ia melihat ke arah Ga Ram.
"Apa yang harus aku lakukan sekarang?"
"Apa kau tidak akan melakukan kemoterapi untuknya?"
"Apa itu tidak akan sia sia?"
Ga Ram merangkul Namjoon, "Setidaknya kita sudah berusaha, berhasil atau tidaknya ada pada Tuhan, dan," ia melihat ke arah Jungkook, "keinginan Jungkook untuk tetap hidup dan berjuang melawan penyakitnya."

Sore harinya, seperti biasa Seokjin menunggu Jungkook di rumah sakit. Ia sudah lebih kuat sekarang, ia sadar jika ia menangis akan membuat suaminya khawatir.

Ia sedang membaca buku di sofa ruangan itu. Fokusnya pada buku tiba tiba teralihkan oleh jari yang bergerak.
"Jungkook?" Seokjin bergegas menghampiri Jungkook.
Bola mata Jungkook bergerak walau matanya masih menutup.
Seokjin menggenggam tangan Jungkook dan mengelus kepala Jungkook yang bergerak-gerak.
"Bangunlah.."
Seokjin tersenyum saat melihat mata Jungkook yang mulai membuka, dan kemudian mata itu saling bertatapan.
"Ini eomma sayang, akhirnya kau siuman.."
Jungkook mencoba untuk bicara, "..eomma..?"
"Iya, sayang, iya. Ini eomma, kau ingat?"
Jungkook tersenyum, "ne, adek ingat.."
"Syukurlah, eomma senang kau sudah siuman. Eomma panggilkan dulu appamu, ne."

Setelah Namjoon memeriksa keadaan Jungkook, ia langsung memeluk anaknya itu. Posisi Jungkook sedang duduk di ranjangnya sehingga memudahkan Namjoon saat memeluknya.
"Appa senang sekali kau siuman, jangan seperti ini lagi, appa mohon.."
"Ne, appa, mian membuat kalian semua khawatir."

Tiba-tiba semua melihat ke arah pintu yang terbuka, menampilkan Yoongi dan Jimin yang masuk keruangan itu. Kedatangan mereka membuat Jungkook terkejut, ia refleks melihat ke arah appanya dengan raut wajah seakan berkata appa, bagaimana ini?  Dan Namjoon mengangguk seolah berkata tidak apa apa.
Jungkook menunduk dan tangannya meremas selimutnya.

Yoongi menghampiri Jungkook dan langsung memeluknya.
"Jungkook kau tidak apa apa? Eonni merindukanmu, kau tertidur lama sekali.."
"Eonni, maaf membuatmu khawatir.."
Yoongi melepas pelukannya, "yang terpenting sekarang kau sudah siuman, dan itu membuat eonni sangat bahagia."
Jungkook hanya tersenyum.
"Bagaimana keadaanmu sekarang?" Tanya Jimin.
"Ah, aku sekarang baik baik saja oppa."
"Baguslah, kalau begitu, kau telepon Taehyung, ia sangat mencemaskanmu karena berhari-hari tidak mendapat kabar."
Jungkook mengangguk, "eomma, boleh adek minta tolong?"
"Tentu sayang, adek butuh apa?"
"Handphone ku eomma, dan tolong bawakan jaketku.."
"Baiklah, tunggu ya.."
"Appa, boleh minta tolong juga?"
"Apa yang tuan putriku ini butuhkan, hm?"
"Ish appa, aku malu," wajah Jungkook tiba tiba memerah, membuat orang-orang yang ada disana tertawa gemas.
"Appa, adek mau kesana." Jungkook menunjuk ke arah balkon ruangannya.
"Mau apa disana?" Tanya Namjoon.
"Adek mau video call Tae oppa, adek gamau Tae oppa tahu adek lagi dirumah sakit."
"Baiklah," Namjoon mengambil kursi roda lalu menempatkannya di sebelah ranjang Jungkook, lalu ia menggendong Jungkook dan mendudukkannya di kursi roda.

Setelah di balkon, Seokjin memakaikan jaket yang ia bawa pada Jungkook, dan memberikan handphone milik Jungkook.
Jungkook memastikan agar Taehyung tidak curiga. Untung saja, rumah sakit itu benar-benar terlihat seperti rumah.

Seokjin, Namjoon, Yoongi dan Jimin memperhatikan Jungkook dari dalam ruangan. Antara sedih dan bahagia, entah yang mana yang harus mereka pilih.
Melihat senyum Jungkook sangat membuat mereka bahagia, tapi mengingat penyakit yang dideritanya membuat mereka semakin sedih.

.
.
.

Taehyung terus menampilkan senyum manisnya sambil membereskan barang barang di mejanya. Ia merasa senang karena akhirnya Jungkook memberinya kabar. Rasa khawatirnya hilang seketika.

Taehyung tengah bersiap untuk pulang saat tiba-tiba hyungnya datang menghampirinya.
"Bahagia sekali kau Tae, seperti habis menang lotre saja."
Taehyung terkekeh, "ini lebih membahagiakan daripada memenangkan lotre hyung."
"Habis bertemu Jungkook?" Jimin pura-pura tidak tahu apapun.
"Tidak, tapi kita baru saja video call-an, ah aku sangat senang ia baik-baik saja. Walau katanya ia sempat sakit, tapi aku lega ia sudah sembuh sekarang. Kukira ia sudah lupa padaku, haha."
"Syukurlah, akhirnya kau dapat kabar darinya." Jimin tersenyum.
"Oh, ngomong-ngomong, kau dari mana saja hyung? Aku baru melihatmu hari ini."
"Ah kau tau kan, dari kemarin aku sibuk lembur. Dan sejak siang tadi aku bersama Yoongi." Ucap Jimin mencoba tetap tenang agar tidak terlihat mencurigakan.
Wajah Taehyung mendadak merengut, "aku iri padamu hyung, sesibuk apapun pekerjaanmu, kau masih bisa bertemu Yoongi noona."
Jimin mengusak rambut Taehyung, "tidak usah iri, sebentar lagi kau selesai pelatihan. Setelah itu, kencanlah sepuasmu. Sudah, ayo pulang." Jimin berlalu meninggalkan Taehyung.
"Yak! Hyung tunggu aku!"

Di mobil pun, Taehyung masih saja tersenyum.
"Sebahagia itukah Tae?"
"Eung!"
Jimin juga menjadi ikut senang melihat Taehyung.
"Memangnya, Jungkook sakit apa, Tae?" Masih berlagak tidak tahu apa-apa.
"Katanya ia demam dan dua hari dirawat di rumah sakit. Orang tuanya tidak memperbolehkan ia menggunakan handphone, atau alat komunikasi apapun, makanya ia tidak memberiku kabar."
"Ah~, begitu."
Taehyung tersenyum sebagai respon. Lalu Jimin kembali fokus menyetir.

Tae, maafkan hyung ya. Hyung tidak bisa memberitahumu. Hyung tidak tahu, apakah hyung harus senang atau sedih melihat senyummu itu. Kuharap, kau bisa menerima takdir ini jika kau tahu suatu saat nanti..

.
.
.

Tbc

Would You? (BTS GS) ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang