PROLOG

1.2K 39 0
                                    

Sore itu, seorang gadis berumur 7 tahun sedang bermain masak-masakan di halaman rumahnya yang luas. Sebut saja dia Asyilaa, Asyilaa Nadira. Bermain dengan ditemani Kakak laki-lakinya, 2 tahun lebih muda darinya yang sedang bermain bola. Sebut saja dia Angga, Angga Viantoro.

"Abang, mau?" tanya Asyilaa membawa sepiring nasi mainan dan ayam goreng mainan dan menghampiri Angga yang sedang bermain bola.

Angga menghentikan acara bermain bolanya dan menggandeng tangan Asyilaa lalu duduk di tikar yang tadi Asyilaa gunakan untuk alas.

"Abang, mau?" tanya Asyilaa yang kedua kalinya.

Angga tersenyum kecil dan mengambil sepiring nasi mainan dan ayam goreng mainan yang Asyilaa berikan. Dan pura-pura menghabiskan makanan itu agar adiknya senang.

"Enak." kata Angga yang saat ini tersenyum ke arah adiknya. Asyilaa tersenyum dan bertepuk tangan senang.

"Abang, mau ke dalem dulu ya? Mau main game dulu." ujar Angga dan seketika ekspresi Asyilaa menjadi cemberut, lucu.

"Abang, temenin aku main dulu." rengek Asyilaa kecil.

"Abang mau main game, bentar aja. Ya?" bujuk Angga. Asyilaa hanya mengangguk kecil.

"Abang, jangan lama ya?" tanya Asyilaa memastikan. Angga hanya menganggukkan kepalanya dan tersenyum tipis. Asyilaa tau kalo Angga sudah main game, pasti bakalan lama dan gak inget waktu.

"Abang masuk ya, Syilaa jangan kemana-mana. Disini aja ya." ujar Angga. Asyilaa hanya menganggukkan kepalanya. Dan Angga langsung masuk ke dalam rumah.

Asyilaa terus bermain sendiri. Bosan. Satu kata yang mewakili perasaannya saat ini. Sebenarnya dia dari tadi menunggu temannya. Temannya bilang mereka akan bermain sore ini.

Setelah beberapa saat menunggu, suara anak kecil memanggil nama Asyilaa dan membuat ia merasa sebal dengan panggilan itu.

"Ira!" teriak anak laki-laki yang saat ini berada di depan gerbang rumah Asyilaa dan berlari menghampiri Asyilaa.

Asyilaa menatap anak laki-laki itu sambil melipatkan kedua tangannya di depan dada, sebal.

"Ih, nama aku itu Syilaa. Bukan Ira! Dasar Adi!" omel Asyilaa kepada anak laki-laki itu.

"Nama aku Farro, bukan Adi!" protes anak laki-laki itu. Anak laki-laki yang diketahui namanya Alfarro Aditama itu menatap Asyilaa dengan tatapan tidak terimanya.

"Gak peduli! Suruh siapa manggil aku Ira!" ujar Asyilaa yang saat ini menggembungkan pipinya.

"Terserah aku dong," cibir Alfarro. "Abang, kamu mana?" tanya Alfarro.

"Kamu mau main sama aku, atau sama Abang aku sih? Sebel banget dari tadi ditungguin!" omel Asyilaa.

"Terserah," ujar Alfarro mengalah. "Nih, buat kamu." ujar Alfarro tersenyum jahil dan menyerahkan rambutan yang sedari tadi ia sembunyikan dibalik punggungnya.

Asyilaa yang awalnya membuang muka akhirnya menoleh dan mendapati rambutan ada di depannya. Sontak ia langsung menjerit ketakutan dan berlari. Asyilaa takut dengan buah yang bernama rambutan. Alfarro yang melihat Asyilaa berlari langsung mengejar Asyilaa.

"Ini enak loh. Hahaha." Alfarro tertawa sambil berlari mengejar Asyilaa.

"Aaaa, Adi singkirin rambutannyaaa." teriak Asyilaa sambil terus berlari.

"Namaku bukan Adi, namaku Farro." ujar Alfarro yang terus berlari mengejar Asyilaa.

"Aku gak peduli." ujar Asyilaa menoleh kebelakang. Dan tiba-tiba Asyilaa tersandung batu yang ada di depannya.

Duk...

"Aw..." ringis Asyilaa yang melihat lututnya berdarah. Alfarro menghentikan langkahnya dan menghampiri Asyilaa dan membuang rambutannya asal.

"Ira, gak pa-pa?" tanya Alfarro yang melihat lutut Ira berdarah. Eh, maksudnya Asyilaa.

"Ih, Adi jahil banget sih!" ujar Asyilaa menatap Alfarro tajam.

"Ya, maaf. Gak sengaja. Lagian sama rambutan aja takut." cibir Alfarro.

"Ih, benci banget sama Adi!" ujar Asyilaa kesal.

"Ya udah, sih. Kan udah minta maaf." sewot Alfarro.

"Gak, aku gak mau maafin. Benci banget pokoknya sama Adi!" ujar Asyilaa menggebu-gebu.

"Ya udah. Aku juga benci sama Ira!"

"Kita gak usah temenan! Aku benciiiii banget sama Adi!" kata Asyilaa menggebu-gebu.

"Aku juga benci sama Ira! penakut!"

"Ih! Dasar Adi!!!"

Asyilaa langsung melangkahkan kakinya pelan dan sesekali meringis kesakitan, lalu memasuki rumah. Sementara Alfarro pergi meninggalkan halaman rumah Asyilaa.

*****

Votement nya ditunggu!
Makasih udah baca!

Tertanda,
Nikma💙

-Surabaya 2718

ADIRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang