Meskipun lo bohong, yang namanya kangen. Tetep gak bisa bohong.
-Asyilaa Nadira
Hari ini adalah hari Senin. Dan sudah satu Minggu Alfarro tidak masuk tanpa keterangan. Tapi, Andre sudah masuk. Dia hanya ijin satu hari. Lalu, saat masuk sekolah, dia membawa surat ijin yang ditandatangani orangtuanya, dengan keterangan ada acara keluarga. Berbeda dengan Alfarro yang ijin tanpa keterangan. Tidak biasanya Alfarro seperti ini. Asyilaa yang menjabat sebagai sekertaris kelas, selalu ditanyai oleh guru-guru yang sedang mengajar. Asyilaa juga bingung sendiri dia harus menjawab apa jika ditanyai tentang Alfarro.
Asyilaa melamun. Apa Alfarro marah dengan Asyilaa gara-gara pas di mini market itu? Ah, tidak mungkin. Biasanya juga dia tidak seperti itu. Mungkin baru besoknya ia mengajak Asyilaa debat, saling nyolot. Lalu membuat Asyilaa mencak-mencak karena Alfarro selalu menjahili Asyilaa dengan rambutan.
Ah, Asyilaa ingat rambutan. Biasanya Alfarro selalu menaruhnya di kolong meja Asyilaa. Karena Asyilaa selalu menaruh barang-barangnya di kolong meja. Tapi setelah itu, Anaya yang baik hati berkenan membuang rambutan itu. Karena takut Asyilaa sampai nangis. Kalo nangis, susah didiemin.
Asyilaa sedikit menunduk, memiringkan kepalanya. Memberanikan dirinya melihat kolong mejanya apakah ada rambutan disana. Tidak peduli meskipun ada guru matematika yang sedang mengajar. Tidak peduli juga kalau nanti dia berteriak. Toh, mulut mulut Asyilaa.
Asyilaa menutup matanya. Perlahan dia membuka matanya dan....
"Aaaa!" membuka matanya dan menjerit.
Semua mata melihat ke arah Asyilaa dengan tatapan aneh. Mereka sudah tahu kalau Asyilaa menjerit saat melihat kolong mejanya. Berarti ada rambutan yang diselipkan Alfarro.
"Syilaa, lo kenapa?" tanya Anaya yang saat ini mencoba menenangkan Asyilaa yang menutupi mukanya dengan tangan.
"Ada rambutan." kata Asyilaa dengan suara bergetar.
Anaya yang mendengar itu langsung melihat kolong meja Asyilaa. Anaya tidak melihat satupun buah rambutan. Anaya menatap Asyilaa yang gemetar. Asyilaa ini mengigau ya? Jelas tidak ada rambutan disana.
"Ada rambutannya?" tanya Bu Merlis–guru matematika. Semua orang juga tau kalau Asyilaa takut rambutan. Dan Alfarro yang selalu menjahilinya dengan rambutan.
"Gak ada, Bu." jawab Anaya.
Asyilaa yang mendengar itu langsung membuka tangan yang menutupi wajahnya. "Ada, Nay." kata Asyilaa.
"Gak ada, Syilaa. Coba lo liat sendiri." kata Anaya.
Sontak Asyilaa menggeleng tidak mau, "ah gak, gak berani gue."
"Coba kamu liat, Asyilaa." kata Bu Merlis.
"Ibu aja deh, yang liat." kata Asyilaa polos.
Si bego! Malah nyuruh guru. Umpat Anaya dalam hati.
"Asyilaa." geram Bu Merlis.
Mau tidak mau, Asyilaa kembali melihat kolong mejanya dengan mata tertutup. Perlahan ia membuka matanya dan...
Tidak ada rambutan disana.
Asyilaa kembali duduk tegak. Menyengir polos, sepolos polosnya orang polos.
"Ada rambutannya?" tanya Bu Merlis.
"Hehe, gak ada Bu." jawab Asyilaa. Bu Merlis menggelengkan kepalanya. Heran dengan tingkah Asyilaa.
KAMU SEDANG MEMBACA
ADIRA
Teen FictionSemua berawal dari panggilan nama. Alfarro Aditama yang tidak suka bila dirinya dipanggil 'Adi' Asyilaa Nadira yang tidak suka bila dirinya dipanggil 'Ira' Setiap hari, ada saja yang mereka ributkan. Hal-hal kecil yang dibesar besarkan. Intinya, Asy...