SEPULUH

326 18 2
                                    

Pagi ini, Alfarro sudah nangkring di depan rumah Asyilaa. Duduk di atas motor matic bewarna hitam miliknya. Tunggu, matic? Motor gedenya mana? Ada di rumah.

Alfarro melihat kaca spionnya sambil tersenyum, kemudian jari jempol dan telunjuknya ia tempelkan ke dagu menunjukkan huruf V. Lalu dia mengedipkan sebelah matanya. Sok ganteng.

Dan itulah Alfarro dengan segala tingkah anehnya.

Tak lama Alfarro menunggu, Asyilaa keluar dengan memakai seragam yang sama seperti Alfarro. Asyilaa kaget setengah gila melihat Alfarro yang ada di depan rumahnya. Dengan senyum paling ganteng, tapi tidak membuat Asyilaa terpesona sedikit pun.

"Pagi pacar." sapa Alfarro sambil tersenyum.

Asyilaa melongo, "gue bukan pacar lo."

Alfarro menyerahkan helm bogo bekarakter minions kesukaan Asyilaa, "gak usah banyak omong, pake."

"Gak mau. Gue dijemput sama Kak Agil." tolak Asyilaa. Sebenarnya, Asyilaa tak rela menolak helm itu. Itu lucu sekali.

"Dibilangin jangan deket-deket Agil." geram Alfarro. Asyilaa ini susah diberi tahu.

"Kenapa?"

"Dibilangin batu banget sih? Kalo jangan, ya jangan. Nurut lah sama pacar." ujar Alfarro.

"Sayangnya gue bukan pacar lo." kata Asyilaa meremehkan.

Seringaian mucul di bibir Alfarro, "ciee.. manggil sayang." goda Alfarro.

Asyilaa membulatkan matanya dan mencubit lengan Alfarro, "apaan, ish!"

Alfarro tersenyum bego, "hem, main cubit-cubitan."

"Bodo ah, Kambing." pasrah Asyilaa.

"Ck, udah ayok. Telat nanti." Alfarro menyerahkan helm kepada Asyilaa, lagi.

"Gue bareng Kak Agil." ujar Asyilaa penuh penekanan.

"Lo dibilangin batu banget ya? Agil itu gak baik buat lo. Sakit hati tau rasa!" kata Alfarro.

"Ya makanya. Lo kasih tau gue kenapa?"

"Ck, lo gak bakalan percaya."

"Kenapa?"

"Soalnya, orang yang lagi kasmaran. Gak bakalan percaya sama cerita buruk orang di sukai meski itu benar sekalipun. Terlebih yang cerita kayak gue. Musuh lo." kata Alfarro memandang lurus ke depan.

"Tapi kan. Lo pacar gue." kata Asyilaa dengan polosnya.

Alfarro menoleh ke arah Asyilaa. Dengan cepat Asyilaa menutup mulutnya dengan tangan dan membulatkan matanya.

"Gue udah dianggep pacar?" goda Alfarro.

Sontak Asyilaa menggeleng tegas, "gak."

"Itu tadi apa?"

"A-anggep, anggep aja. Lo, lo salah denger."

"Gue gak budek kayak lo." cibir Alfarro.

"Lo ngatain gue budek?"

ADIRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang