TUJUH BELAS

280 14 1
                                    

"Pak bukain gerbangnya please!"

Gadis itu menempelkan pipi chubby nya pada gerbang yang sudah terkunci rapat itu. Memasang muka imut agar penjaga sekolah mau membuka gerbang untuknya.

Lain dengan pemuda yang masih setia duduk di atas motor. Menatap datar tingkah gadis menyebalkan di depannya ini. Ngapain dia merengek minta di bukain gerbang? Gak bakal di buka lah sama pak satpam.

"Nanti ya tunggu Bu Maya datang."

Berurusan sama guru killer itu lagi?

Asyilaa berdecak. Gadis itu menghampiri Alfarro yang duduk tenang di atas motor sembari melipat tangannya di depan dada.

"Ini gara-gara lo tau gak!"

Berantem lagi.

"Lo yang telat bangunnya. Gue yang disalahin?"

Asyilaa tadi bangun pukul enam lewat lima belas menit. Sudah dibangunin sama Amel tapi dia masih molor terus. Sampai di tinggal Ajie berangkat kerja. Untung saja Alfarro belum berangkat. Ajie yang berpapasan dengan Alfarro di depan meminta tolong Alfarro untuk berangkat bareng Asyilaa.

Alfarro memang tidak selalu berangkat dengan Asyilaa. Itu semua tergantung mood dia. Kalau dia mood, ya dia jemput Asyilaa. Kalo nggak ya males, mending dia berangkat sendiri. Toh yang di jemput juga sering nolak. Ya, walau akhirnya ikut juga.

Tapi kalau gitu kan jadi males. Hadehhh.

"Ya kalau lo tadi ngebut kita gak bakal telat!"

"Enak aja ngebut. Ini cicilannya belum lunas!"

Asyilaa mencibir saja. Tidak mau tenaganya habis hanya karena cowok tengil di depannya ini. Kaki Asyilaa melangkah, duduk di belakang Alfarro.

"Lo-"

Gadis itu menyandarkan pipinya di punggung Alfarro, "shhtt gue ngantuk. Diem bentar gak bisa huh?" Katanya lemah.

Asyilaa sedikit bergerak, memposisikan dirinya senyaman mungkin.

Alfarro berdehem. Dia mencoba membuat dirinya biasa saja. Ya memang harus biasa saja. Tapi ini tidak biasa. Alfarro merasa kaku sekarang.

Lama keduanya menunggu guru killer itu datang, akhirnya Bu Maya datang juga. Dengan buku tatib di tangannya. Juga penggaris kayu panjang.

Satpam sekolah membuka gerbang untuk guru itu. Bu Maya melangkah menuju keduanya. Alfarro merasa gadis itu tertidur lelap sekarang.

"Bagus ya ka-"

"Shhttt," Alfarro menempelkan telunjuknya di depan bibir. "Ira lagi tidur jangan berisik ya buibu." Katanya.

Lantas Bu Maya mendelik mendengar itu. Alfarro ini tidak sadar apa diucapkannya huh? Bu Maya melirik Asyilaa yang bersandar di punggung Alfarro, kemudian berjalan melihat Asyilaa yang tengah tertidur pulas.

"Ekhem."

"Ibu jangan berisik." Cicit Alfarro.

"Diam kamu."

Alfarro mengatupkan bibir diam, menurut.

"Asyilaa."

Asyilaa masih setia tidur di punggung Alfarro yang nyaman. Bahkan gadis itu tak sadar memeluk Alfarro dari belakang sekarang.

"Asyilaa!"

Krik krik...

"Asyilaa Nadira!!!"

"Ah iya?!"

Gadis itu latah. Hingga dia refleks turun dari motor saat itu juga. Alfarro saja hampir oleng. Asyilaa yang masih kaget dan belum sadar sepenuhnya, merasa kepalanya pusing sekarang.

ADIRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang