ENAM

384 26 1
                                    

Kalo kangen itu samperin. Gak guna kalo cuma omong doang.

-Alfarro Aditama

Adi–nya, elo. Kata orang itu.

Asyilaa mengerutkan dahinya. Adi–nya Asyilaa? Siapa Adi–nya Asyilaa? Jangan-jangan, yang nelfon Asyilaa ini Om-om tukang teror? Ah tidak mungkin.

"Maaf, Om siapa ya?" tanya Asyilaa hati-hati.

Njir! Gue dibilang Om-om!

"Om, jangan macem-macem ya!"

Woy! Umur gue masih 17 tahun woy! Belom jadi Om-om! Gue gak punya ponakan!

"Siapapun, lo! Jangan coba-coba neror, gue!"

Ck! Ira lo bego banget sih!

Ira?

"Adi!" teriak Asyilaa.

Duh! Telinga gue dengung nih! Cempreng banget mulut, lo!

"Lo, lo beneran Adi kan?"

Gak! Gue Om-om! Bye!

Tuttt tuttt.

Sambungan telepon diputus sepihak oleh Om-om tadi, eh maksudnya Alfarro. Apa iya itu Alfarro? Dari gaya bicaranya sih sama kayak Alfarro. Nyolot.

Tapi, syukur deh kalo itu beneran Alfarro. Allah sudah mengabulkan doa Asyilaa. Tapi, darimana Alfarro tahu nomor Asyilaa? Dan, kenapa Alfarro bisa tahu kalau tadi Asyilaa khawatir sama dia?

Tok tok.

Terdengar suara jendela kamar Asyilaa yang diketuk oleh seseorang. Siapa yang datang malam-malam begini? Lewat jendela pula. Lagipula kamar Asyilaa ada di lantai dua. Siapa yang berani manjat sampe atas?

Asyilaa berjalan mendekati sumber suara. Perlahan ia membuka gorden kamarnya, lalu ia membuka jendela kamarnya. Asyilaa nyelinguk ke kiri. Tidak ada siapa-siapa. Lalu ia alihkan pandangannya ke kanan dan...

"Baaa!"

"Aaaa! Rambutan, ram–hmffttpp." orang itu membekap mulut Asyilaa.

"Toak banget sih?" cicit orang itu dan melepaskan tangannya dari mulut Asyilaa.

Asyilaa melihat orang itu. Rambut acak-acakan seperti baru mandi, kaos putih polos, celana hitam selutut dan sendal gunung. Juga rambutan yang tinggal kulitnya. Dia, Alfarro Aditama.

"Aaaaaa–hmffttpp." Asyilaa teriak lagi dan dengan segera Alfarro membekap mulutnya.

"Lo, teriak mulu. Kenapa sih?" geram Alfarro.

"Rambutannya singkirin!" suruh Asyilaa. Alfarro menyengir dan membuang rambutan yang tinggal kulitnya itu ke bawah.

"Ngapain, lo kesini?" tanya Asyilaa.

"Katanya lo, kangen sama gue?" tanya Alfarro dengan menaikkan sebelah alisnya.

"Si–siapa yang bilang? Gr lo jadi cowok!" bantah Asyilaa.

Alfarro menyeringai, "masih mau bohong?"

"Ya–yang bohong si–siapa?"

"Lo." jawab Alfarro enteng.

ADIRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang