LIMA BELAS

284 17 1
                                    

"Syilaa ikut Ayah sama Bunda aja." Kata gadis itu merengek.

"Udah ada Alfarro tuh. Masa disuruh pulang?" Amel merapikan anak rambut Asyilaa yang jatuh.

Gadis dengan rambut yang dikuncir kuda itu memajukan bibir bawahnya, "yaudah suruh pulang."

"Gak sopan, Asyilaa." Tegur ayahnya.

"Yaudah, Om. Saya gak papa. Saya pergi sama teman saya aja." Kata cowok itu sopan.

'Teman? Siapa? Selingkuhannya gitu maksudnya?' Batin Asyilaa.

"Nggak. Asyilaa gak boleh gitu ya. Ayah gak suka. Kamu harus menghargai Alfarro dong udah mau meluangkan waktunya buat kamu."

"Syilaa gak minta."

"Yaudah Alfarro. Pacar kamu pasti nungguin kan? Udah gak usah bilang teman, gak usah sungkan." Kata Amel tersenyum penuh arti.

'Apasih bunda ini.' Batin Syilaa.

Alfarro hanya tersenyum malu.

Dih.

"Yaudah ayo. Jangan bilang bosan dan ngerengek pulang ya di sana. Sana ganti baju dulu." Ucap Ajie.

"Yaudah, Om, Tante. Saya permisi dulu." Alfarro menyalami tangan keduanya. Alfarro melangkah pergi.

Tapi.

"Aku ke pasar malam aja."

Alfarro menghentikan langkahnya, mendadak semua mata tertuju pada Asyilaa.

"Aku lagi pengen main sama beli arumanis sama es krim." Kata cewek itu dengan cepat.

"Udah ikut ayah aja. Alfarro mau pergi sama pacarnya." Ucap Ajie.

"Pacar apa? Dia jones, mana ada pacar." Cibir Asyilaa.

"Sok tau."

"Emang iya. Siapa pacar lo coba?"

"Lo kan pa–"

"Ah ayo berangkat keburu malam. Ayah, Bunda Asyilaa berangkat ya. Assalamu'alaikum." Gadis yang memakai sweater kuning dan celana jeans panjang itu menyalami tangan kedua orangtuanya.

Ajie dan Amel sedikit bingung dengan tingkah putrinya yang tiba-tiba. Asyilaa berjalan cepat mendahului Alfarro yang masih setia diam melihatnya bingung.

"He ayo!" Asyilaa kembali datang, menyeret Alfarro paksa.

"Eh awas jatuh!" Kata Amel refleks, putrinya ini barbar sekali.

"Duluan, Om, Tante. Assalamu'akaikum." Pamit Alfarro yang sudah terseret paksa.

"Iya hati-hati. Wa'alaikum salam."

*****

Alfarro dan Asyilaa turun dari motor. Langsung di sambut oleh kang parkir yang menyodorkan nomor parkiran kepada Alfarro. Lalu keduanya berjalan memasuki pasar malam.

Mata Asyilaa berbinar melihat banyak wahana permainan. Ah, Asyilaa jadi tidak sabar untuk mencoba semuanya. Mata Asyilaa berhenti pada satu wahana.

ADIRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang