DUA PULUH TUJUH

209 12 3
                                    

Asyilaa menutup pintu kamar mandi sembari melepas ikatan rambutnya. Setelah berganti pakaian tidur, gadis itupun segera merebahkan dirinya di atas kasur. Jam masih menunjukkan pukul sembilan malam, tapi rasanya ia sudah mengantuk.

Sudah dua hari Asyilaa tidak masuk sekolah. Gadis itu sakit. Dan sekarang dia sudah merasa lebih baik. Maka dari itu lebih baik dia istirahat sekarang, supaya besok dirinya benar-benar pulih dan bisa ke sekolah lagi.

Drrttt... Drrttt...

Gadis itu membuka kembali matanya yang sayu. Saat dering itu berhenti, dia kembali terlelap dalam tidurnya.

Drrttt... Drrttt...

"Eungg, siapa sih?" Katanya dengan suara serak. Tangannya terlulur menjawab panggilan itu.

"Hallo?" Katanya dengan mata terpejam.

"Udah tidur? Gue di depan rumah lo. Bisa turun sebentar?"

Asyilaa langsung membuka matanya saat mendengar suara itu. Gadis itupun refleks bangkit dan itu membuat kepalanya pusing, pandangannya gelap.

Biasa, team darah rendah pasti tahu.

Asyilaa kemudian kembali duduk sembari memejamkan matanya, "aduh ngefly." katanya sembari memegang kepalanya.

"Kenapa?"

"Ah, gak papa."

Setelah berdiam beberapa beberapa detik, Asyilaa pun bangkit dari tempatnya. Gadis itu keluar dengan terburu-buru.

"Mau kemana, Dek?" Tanya Amel yang tengah duduk di sofa.

"Ke depan sebentar, Bun." Jawab gadis itu.

Saat membuka pintu, ia tak menemukan satu orang pun di hadapannya. Kemudian gadis itu menuju gerbang rumahnya.

"Pak, kunci dong." Pinta Asyilaa.

"Mau kemana, Neng?"

"Ke depan aja kok."

Setelah mendapat apa yang ia mau, gadis itupun membuka gerbang rumahnya.

Sepi, tidak ada orang.

"Hallo?"

"Lo masih dengar gue kan?"

"Syilaa, hallo?"

Gadis itu tersadar, kemudian ia tempelkan kembali hape yang ada di genggamannya pada telinga sebelah kirinya.

"Kak Agil di mananya? Gak ada Kakak di depan rumah aku." Kata gadis itu, menolehkan kepala ke kanan kiri.

"Ha? Lo dimana?"

"Di luar rumah."

"L–lo percaya?"

Alis Asyilaa mengerut, tak paham.

"Gue becanda hahaha." Kata Agil dengan diiringi tawanya.

"Becanda gimana?" Tanyanya dengan suara pelan.

"Gue gak ke rumah lo. Cuma becanda doang, Syilaa... Masa lo percaya sih?"

Asyilaa diam, sembari mengerjapkan matanya. Ia kemudian bersandar lemah, terduduk begitu saja di depan gerbang.

"Hallo?"

"Syilaa lo masih di sana kan?"

"Hallo?"

"Asyilaa?"

Asyilaa menjauhkan hapenya dari telinga. Tangannya melemas begitu saja.

Bercanda katanya?

ADIRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang