Gak usah nangis. Jelek lo cungkring.
-Adi ganteng sepanjang masa.
Asyilaa menguap saat mendengar alarm HP-nya yang berdering cukup keras. Dia menyesuaikan cahaya lampu yang masuk ke matanya. Dilihatnya jam yang sudah menunjukkan pukul setengah 5 pagi. Saatnya sholat subuh.
Asyilaa masih belum beranjak dari tempat tidurnya. Dia masih setengah sadar. Ah, dia ingat. Kemarin bukannya dia tidur di meja rias dan Alfarro yang tidur di tempat tidurnya? Apa dia mimpi? Asyilaa memiringkan kepalanya. Dia mengendus bantal yang kemarin ditiduri Alfarro. Masih terasa aroma khas Alfarro. Berarti dia tidak sedang bemimpi.
Crek.
Terdengar suara pintu dibuka. Asyilaa melihat Amel yang sedang mengucek matanya. Seperti baru bangun tidur, sama seperti Asyilaa.
"Syilaa, bangun nak." kata Amel yang masih setengah sadar.
"Udah dari tadi, Bun." Asyilaa memposisikan dirinya menjadi duduk.
"Eh? Dari tadi ya? Ya udah, sana mandi. Terus siap-siap solat subuh."
Asyilaa menganggukkan kepalanya dan turun dari tempat tidur. Asyilaa merapikan tempat tidurnya.
Selesai. Asyilaa berjalan ke arah cermin, ia melihat cermin apakah ada belek atau iler di wajahnya. Amel akan menunggu Asyilaa sampai putrinya itu masuk ke kamar mandi. Jika tidak, Asyilaa pasti akan tidur lagi.
Amel mengalihkan pandangannya ke arah nakas. Dilihatnya 2 gelas jus alpukat, yang 1 diantaranya tinggal setengah dan kue nastar yang masih tersisa banyak. Amel mengerutkan dahinya. Asyilaa makan sebanyak ini? Apakah Anaya datang tadi malam? Karena Amel tahu, kalau Anaya main ke rumah. Asyilaa pasti mengajaknya ke kamar.
"Anaya, tadi malem main ke rumah?" tanya Amel.
Asyilaa menoleh, "nggak."
"Trus ini?" Amel menunjuk ke arah nakas dengan dagunya.
Mampus! Batin Asyilaa.
"Ta-tadi malem Syilaa, Syilaa laper. Itu, itu buat nge-mil." alibi Asyilaa.
"Gak kebanyakan jusnya?"
"I-iya kebanyakan, hehe." Asyilaa tidak tahu harus berkata apalagi.
Amel menganggukkan kepalanya, "ya udah. Sana mandi, terus sholat."
Amel percaya begitu saja? Tumben.
"Iya, Bun."
Asyilaa mengghela nafas lega saat Amel keluar dari kamarnya. Tumben sekali dia tidak mengintrogasi Asyilaa. Mungkin Amel masih setengah sadar kali ya. Ah, sudahlah. Syukur Amel tidak menanyakan hal aneh-aneh kepada Asyilaa.
*****
Asyilaa berjalan pelan menuju kelasnya. Sesekali dia tersenyum kecil saat ada yang menyapanya. Asyilaa masih teringat akan Alfarro tadi malam. Tapi, apakah itu benar Alfarro? Atau dia hanya mimpi? Jika mimpi, kenapa rasanya seperti nyata?
Asyilaa sampai di depan kelasnya. Dia memasuki kelas dengan pandangan melihat ke arah sepatunya. Sampai di depan bangkunya dia tidak melihat sepatunya lagi.
Asyilaa duduk dan meletakkan tasnya di kursi. Lalu dialihkan pandangannya ke kiri, tempat duduk Anaya yang masih kosong. Lalu pandangannya ia alihkan ke kanan dan.
Demi bapaknya khong guan yang kerja gak pulang-pulang. Alfarro sekolah!
Asyilaa melototkan matanya saat melihat Alfarro. Lain dengan Alfarro yang menopang dagunya dan tersenyum imut ke arah Asyilaa.
KAMU SEDANG MEMBACA
ADIRA
Novela JuvenilSemua berawal dari panggilan nama. Alfarro Aditama yang tidak suka bila dirinya dipanggil 'Adi' Asyilaa Nadira yang tidak suka bila dirinya dipanggil 'Ira' Setiap hari, ada saja yang mereka ributkan. Hal-hal kecil yang dibesar besarkan. Intinya, Asy...