DUA PULUH SATU

203 11 2
                                    

Anaya saat ini tengah berada di kamar Asyilaa. Duduk di karpet sembari makan cemilan dan nonton televisi. Juga terkadang dia bermain hape untuk sekedar mengusir rasa bosan. Padahal hapenya gak ada apa-apa. Cuma buka tutup aplikasi aja dia.

Anaya melihat Asyilaa yang masih tertidur pulas di kasur. Selimut tebal menutup tubuh gadis itu hingga ke perut. Tangannya memeluk boneka kuning kesayangannya.

Anaya mengerutkan kening. Merasa asing dengan boneka itu.

'Asyilaa beli boneka baru?' Batin Anaya.

Anaya kemudian mengendikkan bahu sembari memasukkan keripik kentang ke dalam mulutnya. Heran dengan sahabatnya yang sangat suka dengan boneka kuning itu.

Sudah setengah jam Anaya di sini. Menunggu Asyilaa yang belum bangun juga. Rasa bosan tentu menghampirinya. Dia kemudian berjalan ke kasur Asyilaa. Anaya duduk di tepi kasur. Melihat Asyilaa yang masih terlihat lemas.

Anaya jadi semakin takut kalau Asyilaa semakin dekat dengan Agil.

Asyilaa mengeliat. Mengucek matanya sembari menguap. Samar dia melihat Anaya yang tengah memerhatikannya.

"Kapan datang, Nay?" Tanya Asyilaa yang memposisikan dirinya menjadi duduk.

"Setengah jam yang lalu sih. Kebo banget lo." Cibir Anaya.

"Ye," Asyilaa menusuk pipi Anaya dengan telunjuknya. "Badan gue gak enak tau."

"Gimana? Enak makan kepitingnya?" Tanya Anaya sarkas.

Asyilaa merenyit tak suka, "apa sih Nay."

"Lagian. Udah tau gak bisa makan kepiting sok mau makan."

"Ih lo itu gak tau. Kapan lagi coba gue disuapin sama kak Agil?" Ucap gadis itu jadi senyum sendiri.

Kini gantian Anaya yang menusuk pipi chubby Asyilaa, "lo itu gak jadi diri sendiri kemarin. Gak sadar lo?"

Bibir Asyilaa bergerak ke kanan kemudian ke kiri. Jika dipikir memang iya. Kemarin dia memakai baju selutut yang membuatnya merasa aneh. Karena Asyilaa memang tidak terbiasa memakai baju yang menurutnya minim. Adi aja kemarin nyinyir. Juga, dia rela memotong poninya agar terlihat imut di mata Agil. Rela makan makanan yang tidak bisa dia makan. Dia juga lebih banyak diam. Saat nonton film horror pun dia menahan diri agar tidak teriak kencang.

Asyilaa menjaga image sebaik mungkin.

"Lo," Anaya menunjuk Asyilaa, "kalo suka sama orang tuh. Jadi diri sendiri. Biar kalo lo nunjukin diri lo yang sebenarnya, dia gak pergi. Gak perlu lo jaga image. Gak perlu lo jaim. Kalo emang dia sayang sama lo, dia akan terima sifat lo apapun itu."

"Gue kan cuma pengen terlihat baik di mata kak Agil." Cicit Asyilaa.

"Ya itu wajar sih. Namanya juga suka. Tapi tunjukin diri lo yang sebenarnya aja sih menurut gue. Dan liat siapa yang bertahan."

"Sisi buruk lo kan banyak tuh. Hahaha."

Dengan kesal Asyilaa melempar bantal, "ih Anaya!"

"Becanda kali. Dasar baperan!" Cibir Anaya yang kemudian meraih hapenya yang berada di karpet.

"Gue besok masih libur dong, Nay. Senin baru sekolah."

Anaya menyolokkan charger ke hapenya, "hem, besok Alfarro juga gak masuk. Dia di skors satu Minggu." Katanya bercerita.

"Di skors?"

"Berantem sama Kak Agil."

Asyilaa melongo, "Kak Agil di skors juga gak?"

ADIRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang