SATU

628 28 1
                                    

Seorang gadis cantik yang memakai seragam sekolah SMA dan memakai sebuah tas punggung bewarna abu-abu berdiri di depan rumah mewahnya yang bercat biru. Gadis berambut keriting gantung alami itu nampak sangat senang hari ini.

Sebuah senyuman manis tercetak di wajahnya yang terkesan imut itu. Dia menyambut matahari pagi dengan perasaan gembira. Senyumnya semakin mengembang saat ia menatap matahari pagi yang seolah-olah tersenyum ke arahnya.

Hari ini adalah hari Senin. Hari yang sangat di sukai Asyilaa. Disaat semua orang membenci hari ini, berbeda dengan Asyilaa yang sangat menunggu hari ini tiba.

Senyumnya seketika luntur saat melihat sosok laki-laki keluar dari depan rumahnya yang memakai seragam sekolah persis dengan dia. Tatapan mata tajam dan sengit terjadi selama 8 detik lamanya. Seketika mood Asyilaa pagi ini berubah menjadi buruk saat melihat laki-laki itu.

"Apa lo liat-liat!" ketus Asyilaa dengan menyilangkan tangannya di depan dada.

"Gr banget lo jadi cewek, yang ada lo yang ngeliatin gue. Senyum-senyum lagi." sewot Alfarro.

Ya, siapa lagi laki-laki itu kalo bukan Alfarro Aditama. Sejak kejadian 10 tahun yang lalu mereka berdua memutuskan untuk tidak berteman lagi. Setiap hari, baik disekolah maupun dirumah, eh maksudnya di depan rumah. Selalu ada perdebatan sengit antara keduanya.

"Sok kegantengan banget, lo. Masih pagi juga, dasar Adi." cibir Asyilaa.

"Gue tekanin sekali lagi ya. Nama gue Alfarro Aditama. Bukan Adi! Gak mudeng-mudeng lo." heran Alfarro.

"Bodo amat sih, Alfarro Adi-tama." ujar Asyilaa menekan kata-kata Adi.

"Dasar Ira." cibir Alfarro pelan.

"Lo, ngomong apa! Gue gak budek ya!" sengit Asyilaa.

"Bagus deh kalo lo gak budek."

"Ih, nama gue Asyilaa, Asyilaa Nadira. Bukan Ira, Adi!"

"Iya Asyilaa Nad-Ira."

"Ih, lo nyebelin banget sih Kambing!"

"Dasar anaknya Marmut. Untung masih gue panggil Ira. Dari pada gue panggil–." Alfarro menggantungkan kalimatnya.

"Panggil apa?!"

"Mbak Sum."

Mbak Sum adalah penjual cireng, batagor, dan sejenisnya di kantin sekolah mereka

"Ih, pergi gak lo!"

Asyilaa sudah siap membuka sepatunya dan akan melemparnya kepada Alfarro. Alfarro tertawa dan langsung berbalik arah, menaiki motor ninjanya dan melesat pergi ke sekolah meninggalkan Asyilaa yang mencak-mencak di tempat.

*****

Asyilaa sedikit berlari menyusuri koridor sekolah. Dilihatnya beberapa siswa sudah berbaris di lapangan untuk melaksanakan upacara hari Senin.

Untung saja hari ini ia tidak terlambat akibat macet tadi. Asyilaa terus berlari hingga tubuhnya menabrak seseorang dan membuatnya terjatuh ke lantai.

"Aw..." ringis Asyilaa saat bokongnya berhasil mencium lantai.

"Syilaa lo gak pa-pa?" tanya Anaya, sahabat dekat Asyilaa. Anaya membantu Asyilaa berdiri dan membersihkan rok Asyilaa yang kotor terkena debu.

"Gak pa-pa." ujar Asyilaa.

"Ya udah gue temenin ke kelas ya." tawar Anaya.

"Eh, gak usah lo duluan aja. Gue bisa sendiri. Daaah." Asyilaa kembali berlari meninggalkan Anaya yang melongo di tempat.

ADIRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang