32

11.9K 549 17
                                    

Dua Minggu Iqbaal dan (Nk) menjalani kehidupannya yang kembali tenang setelah hari dimana Karel resmi menjadi pacar Cacha. Kini mereka sedang berada di mobil menuju kafe milik Aldi, karena mereka sudah mempunyai janji untuk berkumpul bersama dengan pemilik kafe yang tentu saja adalah Aldi, Babas, Bang Kiki, Karel dan Caitlin

Sesampainya di sana mereka langsung turun dari mobil dan menghampiri segerombolan sahabatnya yang sudah berkumpul dan sedang menunggu kedatangan mereka karena memang mereka yang datang paling telat

"Assalamualaikum" Iqbaal dan (Nk) mengucap salam

"Walaikumsalam" jawab semuanya serempak

"Abis ena-ena dulu ya Lo? Lama banget" Ketus Aldi merasa kesal pada sahabat tersayangnya itu

"Gue juga tau waktu kali di kalo mau gituan mah. Makanya nikah sana, supaya tahu kapan aja waktu yang tepat buat beribadah ala suami istri" Jawab Iqbaal sambil mendaratkan bokongnya di kursi samping Aldi yang kosong dan (Nk) yang duduk di depannya di samping Caitlin

"Salshanya belum siap baal. Tenang aja, secepatnya nanti gue bakal sebarin undangan. Tapi bujuk Salsha dulu supaya mau di percepat"

"Cih. Kaya Salsha mau aja sama Lo" Ejek Iqbaal

"Baal. Menurut Lo, kalo ada yang balikan nih ya sama mantannya, itu harus gimana baal? Traktir kan? Iya ga? Apalagi dia pemilik kafe, kasih makan gratis pasti ga bakal rugi iya ga sih?" Ucap Bang Kiki bertanya pada Iqbaal lebih tepatnya menyindir Aldi

Iqbaal mengerutkan dahinya karena bingung "Emang siapa yang balikan bang?"

"Noh, curut sebelah Lo" Ucap Babas menunjuk Aldi dengan dagunya

"Serius Lo? Balikan? Sama siapa? Salsha? Yakin Lo? Mimpi kali Lo, masa si Salsha hilaf lagi" Ucap Iqbaal tak percaya

"Cepet-cepet di resmikan di. Daripada pacaran, ga baik. Pacaran itu dosa. Kalo mau ta'aruf aja. Tapi kalo kamu udah mampu, udah siap lahir batin buat ngehidupin Salsha ya lebih baik segera di nikahi" Ucap (Nk) mulai bersuara dengan lembut dan tenang

"Eh iya (Nam)" Jawab Aldi kikuk sambil menggaruk tengkuknya yang tiba-tiba terasa gatal karena malu dengan ucapan yang di lontarkan (Nk) "Ah. Gimana kalo Lo aja yang ngomong sama Salsha?" Lanjut Aldi

"Ngomong? Ngomong apa?" Tanya (Nk) heran

"Ya ngomong sama Salsha buat nikah sama gue"

"Loh? Kok aku? Kan kamu yang mau nikahin dia? Kok aku yang ngomong?"

"Gini loh maksudnya. Lo yang jelasin ke Salsha, kalo pacaran itu ga baik, mending langsung nikah aja. Kan Lo lebih ngerti (Nam). Lagian kalo gue yang ngomong nanti malah di kirain modus, cuma buat ngibulin dia doang supaya dia mau nikah sama gue.. yaa walaupun emang iyaa sih"

"Yeeehhh tolol" Babas menoyor kepala Aldi sebab sedari tadi ia memperhatikan dan menyimak Aldi dengan sangat serius, tapi ujung ujungnya malah membuatnya menyesal telah mendengarkan ocehan Aldi yang tidak bermutu itu

Sedangkan Iqbaal yang ada di samping Aldi langsung menjewer telinga Aldi membuat si sang empunya meringis kesakitan

"Aww... Aww.. baal, sakit bego. Lepasin Iqbaal" Ringis Aldi

"Siapa suruh Lo manfaatin istri gue?" Jawab Iqbaal yang gemas sendiri dengan sahabatnya itu

"Aduh aduhh. Lepasin dong, sakit baal. Lo ga kasian apa sama gue? Kuping gue cuma ada dua baal, kalo copot satu kasian kuping yang satunya lagi, nanti dia ngerasa kesepian. Walaupun mereka berjauhan, tapi mereka saling terhubung dan saling melengkapi baal. Kaya gue sama Salsha yang... Aaargghtt" Jerit Aldi karena Iqbaal yang semakin menekankan kupingnya

"Usaha sendiri dong. Masa seorang Aldi ga bisa naklukin Salsha?" Ucap Iqbaal setelah melepaskan tangannya dari kuping Aldi

"Jadi sekarang Lo mengakui baal? Kalo semua wanita pasti bisa di taklukan oleh seorang Aldi Maldini?" Tanyanya sok cool sambil menyisir rambutnya dengan jari tangannya ke belakang

"Cih. Cuma Salsha yang mau sama Lo" Ledek Iqbaal

"Itu juga karena gue temenan sama Lo tae. Gue jadi ketularan Gila. Ya alhasil cewek cewek yang nyatanya suka sama gue, cuma bisa mengagumi dalam diam" Ucap Aldi dengan PD nya

"Gausah kebanyakan mimpi. Jatoh dari ranjang baru tau rasa" Sindir Kiki dengan memandang ke arah yang bertentangan dengan arah Aldi

"Sirik turutin" Sindir Aldi tak mau kalah

"Di" Seseorang memanggil Aldi

Aldi menengok ke asal suara "Kenapa bel?" Tanya Aldi pada orang itu -Bela

"Bahan bahannya hampir habis. Harus belanja sekarang" Ucap Bela menghampiri Aldi dan berbicara sedikit pelan agar pelanggan yang datang ke kafe Aldi tidak mendengar

"Yaudah beli aja. Lo hapal ga apa aja yang harus di beli?"

"Hapal. Pulusnya aja yang ga ada"

"Oh yaudah bentar" Aldi merogoh saku celananya dan mengeluarkan dompet "Nih" Ia memberikan uang seratus ribu beberapa lembar ke Bela yang ia ambil dari dompetnya

"Yaudah gue belanja dulu"

"Iya hati-hati" Pesan Aldi

"Bel, Lo pergi naik apa?" Ketika Bela akan pergi ia malah di tahan oleh pertanyaan Babas

"Angkutan umum. Kalo engga ojek di depan kan ada pangkalan" Jawab Bela

"Gue anterin" Putus Babas lalu berdiri dari duduknya

"Gausah. Gue bisa sendiri" Tolak Bela

"Udahlah Bel. Biarin aja, kan hemat uang gue jadinya" Usul Aldi

"Yaudahlah. Daripada di pecat kan gue" Ucap Bela lalu tangannya langsung di tarik oleh Babas ke luar kafe

"(Nam)" Iqbaal memanggil (Nk). Namun tak di gubris oleh istrinya yang sedang asyik dengan pikirannya sendiri, sampai Iqbaal mengibaskan tangannya di depan wajah (Nk)

"(Nam)" Panggil Iqbaal lagi dengan lembut

(Nk) terperanjat saat sebuah tangan menyentuh pipinya dan mengusapnya dengan lembut. Itu tangan Iqbaal "Ngelamunin apa si? Hmm?" Tanya Iqbaal

"Mmm eng-engga kok mas" jawabnya sedikit gugup

"Ga mau cerita?" Pancing Iqbaal

"Aku beneran gapapa kok mas"

"Dosa loh kalo bohong. Apalagi sama suami sendiri"

"Mmm..."

"Kenapa? Kok kamu keliatan takut gitu sih? Maaf kalo nakutin kamu, aku cuma khawatir sama kamu sayang" Ucap Iqbaal seraya mengelus kepala (Nk) dan menatapnya penuh kelembutan

(Nk) menelan Saliva nya susah payah. Mengapa hal itu harus terpikirkan di saat seperti ini? Ia tidak ingin mengingatnya lagi, tapi ia juga takut itu akan terulang lagi. Itu sangat mengerikan, ancaman yang tidak main main. Tapi ia juga ragu ingin menceritakannya pada Iqbaal, itu terlalu mengerikan untuk di ceritakan. Ia tak mau membahasnya, namun itu terus terbayang bayang olehnya

Flashback
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Udah dulu yaa😴
Ciee di gantung lagi. Gimana rasanya? Butuh kepastian ya???

Istri Solehah [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang