Chapter 3

24.3K 2.3K 37
                                    

Keesokan harinya, Taehyung bergegas bangun lebih pagi dibanding istrinya. Dia tersenyum sambil membuatkan sarapan dibantu oleh Choi Ahjumma yang hanya bisa terkekeh melihat tuannya masuk ke dapur untuk pertama kali.
"Seumur-umur aku tidak akan menyangka seorang Taehyungie akan masuk ke dapur untuk memasak.", kemudian wanita paruh baya yang sudah bekerja untuk keluarga Kim dari usianya belia itu tertawa geli lagi.
Seperti itulah di keluarga Kim, mereka sangat akrab dengan asisten rumah tangga mereka yang tidak bisa dibilang sedikit. Bahkan untuk asisten rumah tangga yang sudah mengabdi lama seperti Choi Ahjumma sudah tidak sungkan untuk memanggil anak sulung dari keluarga Kim itu dengan hanya sebutan nama.
Taehyung pun sedari kecil sudah diasuh oleh Choi Ahjumma seperti anaknya sendiri dan menganggapnya sebagai Eomma keduanya.
Taehyung memutar bola matanya, cukup sudah dia diejek sepagian ini oleh wanita yang kini sibuk membereskan kekacauan yang ia buat untuk membuat sepiring nasi goreng dan telor dadar.
"Aku ingin membuatkan sarapan terenak untuk Jeonggukie, Ahjumma. Ini pagi pertamanya di rumah kami, aku ingin dia mengingatnya.", Tae tersenyum simpul.
"Oh pasti dia ingat Tae. Semalam kan kalian sudah menandai wilayah kalian.", wanita paruh baya itu menaikturunkan alisnya, mengisyaratkan sesuatu tapi dengan bodohnya Tae hanya menatapnya bingung.
"Huh?"
"Aiisssh. Kau ini, pura-pura polos. Itu lho.. itu..", kemudian saat Ahjumma memonyongkan mulutnya seperti berciuman barulah saat itu Tae sadar apa yang dia maksudkan.
Kupingnya memerah dan dia langsung menunduk malu.
"Sudah kuduga. Melihat staminamu, aku yakin Jeonggukie sangat lelah sampai dia belum bangun.", sambil menggeleng dia membalik telur dadar membelakangi Tae.
'Bahkan satu kamar pun tidak. Suami macam apa aku ini.', Tae berbisik dalam hatinya malu. Ia menata piring di meja makan dan memikirkan percakapannya dengan istrinya semalam.
Tae tidak akan menceritakan apa yang terjadi antara dia dan Jeongguk kepada siapapun. Ia tidak ingin keluarganya khawatir dan istrinya mendapat tekanan karenanya.
"Sudah jangan dibayangkan terus. Cepat bangunkan istrimu, Taehyungie. Sarapan sudah siap."
Tae tersadar dari lamunannya dan mengangguk. Dia bergegas untuk membangunkan istrinya. Saat sampai di tangga, dia terhenti. Dia bahkan tidak tahu di kamar mana istrinya tidur.
Tanpa ingin membuat Ahjumma curiga, Tae melanjutkan langkah kakinya mantap ke kamar utama.
Disana dia mengambil laptop dan menyambungkan ke koneksi utama untuk melihat vidio cctv yang terpasang di seantero rumahnya. Setelah tau istrinya masuk ke kamar yang mana, dia bergegas ke sana dengan hati-hati karena tidak ingin Choi Ahjumma tau mereka tidak tidur sekamar.
Sesampainya di depan kamar tamu, dia mengetuk pelan dan membuka pintu kamar.
Istrinya tertidur lelap dengan mulut yang sedikit terbuka, dua gigi kelincinya menyembul dibalik bibir merah muda.
'Saat tidur seperti ini kau tidak ada bedanya dengan Ggukie kecilku.', Tae tersenyum simpul. Tangannya terulur ingin menyibak rambut yang menutup mata istrinya namun ia mengurungkan niatnya di saat terakhir.
Dengan hati-hati dia menyentuh pundak istrinya pelan.
"Jeonggukie. Bangunlah."
"Ggukie."
"Jeongguk-ah."
Namja berkulit pucat itu bergerak dari tidurnya dan membuka matanya. Saat memfokuskan matanya, ada kebencian lagi disana namun dia tidak berkata apa-apa.
"Ayo kita sarapan.", suaminya berkata riang.
Jeongguk hanya membuang muka.
"Aku tidak sarapan."
Senyum itu pudar. Tae terdiam dan menunduk mengalihkan pandangannya.
Tapi sedetik kemudian, dia kembali tersenyum.
"Aku tau kau tidak suka dengan semua ini. Tapi aku mohon padamu, berpura-puralah kita berhubungan baik sebagai suami istri di depan ayah, ibu dan Choi Ahjumma. Mereka adalah tiga orang paling berarti di hidupku.", Taehyung memohon. Melihat Taehyung memohon seperti ini, Jeongguk bertanya-tanya apakah pernikahan palsu ini sepenting itu untuknya sampai ia tidak ingin orangtuanya tau hal sebenarnya.

Perlahan Jeongguk mengangguk dan Tae kembali tersenyum.
"Dengan satu syarat. Kau tidak akan sekalipun mencampuri urusanku."
"Deal.", Taehyung menjawab dan berdiri.
"Jika kau tidak ingin sarapan, setidaknya sapalah Choi Ahjumma di bawah. Dia.. tidak sabar bertemu denganmu.", Tae berkata lembut sambil berjalan keluar dari kamar.



Setelah berpakaian rapi untuk ke kampus, Jeongguk turun dan melihat suami sahnya sudah duduk di meja makan. Taehyung memang sangat tampan.
Dia mengenakan pakaian santai hari ini. Tapi dia tidak kalah tampan dengan penampilannya semalam menggunakan setelan formal.
Saat melihatnya turun, Taehyung tersedak roti yang sedang dikunyahnya. Seorang wanita paruh baya buru-buru menghampirinya dan menepuk-nepuk punggungnya.
"Aigoo. Masih terpesona dengan kecantikan istrimu ya, Taehyungie.", wanita paruh baya yang nampak keibuan itu berkata lembut. Sepasang mata teduhnya kini memandang Jeongguk kemudian dia menunduk untuk memberi salam.
"Hello, Choi Ahjumma. Aku Jeongguk.", dia memperkenalkan dirinya.
Beberapa saat kemudian, wanita itu memeluknya.
"Selamat datang, Jeongguk-ah. Kau tidak perlu formal seperti itu. Mana mungkin aku tidak tau istrinya Taehyungie. Dia juga tidak berhenti menceritakanmu sepagian ini.", suara Choi Ahjumma begitu lembut hingga Jeongguk hanya mampu menuruti semua kata-katanya saat dia dipaksa duduk dan diambilkan sarapan. Dan tanpa protes, Jeongguk menyendok makanan itu dan memasukan ke mulutnya.
'Ini enak.'
Dia menyendok lagi dan mengunyah dengan penuh kenikmatan.
"Taehyungie semangat sekali memasakan ini untukmu. Ini kali pertama dia masuk dapur, jadi maklumi saja kalau rasanya aneh ya."
Jeongguk tersedak.
"Aigoo. Kalian suami istri bahkan sampai tersedak saja sampai bergantian.", Choi Ahjumma seketika berdiri di sebelahnya dan membawakannya air.
Matanya langsung melayang ke arah Taehyung yang saat itu juga sedang menatapnya. Mereka berdua mengalihkan pandangan bersamaan.
'Dia memasak untukku.', ujar Jeongguk dalam hati. Cincin pernikahannya terasa berat di jari manisnya.
Taehyung membangunkannya, menyiapkannya sarapan bahkan memohon padanya. Apa semua sikap buruknya ini pantas membalas semua yang telah semua Taehyung lakukan?
Jeongguk tidak mau berpikir terlalu dalam. Ia membenci Kim Taehyung dan itu tidak akan berubah.
Ia berdiri dan pamit dengan sopan untuk pergi ke kampus. Lalu dengan kaku dia pamit pada suaminya dan bergegas pergi. Dia tidak ingin perasaan bencinya pada Taehyung berubah menjadi perasaan yang lain.

tbc.

Note: wae Ggukie waee

Arranged Marriage? Hell No!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang