Jeongguk terbangun pagi itu dengan sebelah bagian ranjang yang sudah kosong. Hatinya mencelos saat sadar Taehyung tidak ada di sampingnya saat ia bangun.
Ia bertanya dalam hati apakah semalam hanya mimpi, tapi sakit di lubang anusnya masih berdenyut yang menandakan kalau semalam benar-benar terjadi.
'Apa Hyung tidak mengingikanku?'
'Apa semalam ia hanya semata-mata menolongku?'
'Apa semalam tidak ada arti apa-apa untuknya?'
'Apa aku tidak ada artinya untukmu, Hyung?'Semua pertanyaan itu berkelebat di pikirannya. Ia menggigit bibir, menekuk kedua kaki dan memeluknya dengan kedua tangan.
Membenamkan wajahnya di lututnya, sambil membayangkan apa yang terjadi padanya semalam dan betapa hal itu sangat berarti untuknya.
Taehyung memperlakukannya dengan sangat gentle, selalu mempertimbangkan apa Jeongguk merasa nyaman dan mata itu sangat lembut saat memandangnya.
'Jadi semua itu hanya untuk menolongku? Benarkah itu, Hyung?'
Saat ia tenggelam di pikirannya, pintu perlahan terbuka. Taehyung masuk dengan tray makanan di tangannya. Jeongguk mendongak dan terkejut mendapati Taehyung membawakan sarapan untuknya.
"Pagi, Gukkie. Um.. aku membuatkan sarapan untukmu. Aku tidak tahu ini akan enak atau tidak tapi Choi Ahjumma sedang pulang ke rumahnya di Busan. Jadi... Gukkie, apakah kau masih sakit? Kenapa kau menangis?", Taehyung dengan cepat meletakkan tray ke meja dan menghampiri Jeongguk yang menangis sendirian di ranjang.
Ia duduk di tepi ranjang, menjaga jarak antara mereka karena tidak ingin membuat istrinya tidak nyaman.
Jeongguk terisak, ia tidak sadar kalau air matanya sudah mengalir saat Taehyung masuk sambil membawakan sarapan untuknya.
Bagaimana mungkin ia bisa berpikir suaminya akan sampai hati meninggalkannya di saat terendahnya.
Tangan besar Taehyung menghapus air mata di pipinya perlahan. Tangan itu begitu hangat dan lembut tapi tangisannya seperti tidak mau berhenti.
"Oh, Gukkie. Ada apa? Apa ada yang salah? Kau mau aku pergi?"
Jeongguk tidak sanggup berkata apa-apa tapi dia menggeleng dengan cepat.
"J-jangan p-pergi.", tangan Taehyung terhenti sesaat, senyuman kecil terukir di bibirnya.
"Aku disini.", Taehyung berbisik, tangannya kembali menghapus air mata istrinya yang masih mengalir.
Untuk sesaat di ruangan itu hanya terdengar suara isakan kecil Jeongguk dan selebihnya adalah keheningan nyaman yang menyelimuti pasangan suami istri itu.
Mereka saling pandang untuk pertama kali setelah pernikahan mereka tanpa ada amarah atau benci di antara keduanya.
Setelah beberapa saat, tangis Jeongguk mereda.
"Um.. aku punya hadiah untukmu. Sebentar, aku segera kembali.", Taehyung beranjak pergi.Sebenarnya Jeongguk masih tidak rela membiarkan suaminya pergi tapi ia penasaran hadiah apa yang Tae ingin berikan.
Seperti janjinya, Taehyung kembali setelah beberapa menit. Tangan kanannya menyembunyikan sesuatu di balik tubuhnya.
Saat hanya berjarak beberapa langkah dari Jeongguk, Taehyung tampak ragu dan malu-malu. Alis Jeongguk berkerut, baru kali ini ia melihat sisi Taehyung yang seperti ini di luar sosok top businessman yang selalu ia perlihatkan.
Ia bertanya-tanya sisi lain apalagi yang suaminya ini miliki yang belum ia lihat. Dadanya berdebar menyenangkan saat memikirkannya.
"Aku tidak sengaja melihat buku sketsamu. Aku minta maaf! Aku bersumpah itu hanya satu halaman dan sangat keren! Jadi, saat Jiminie bilang ada pameran lukisan aku langsung terpikir kau, Gukkie. Jadi, kalau kau mau..", dengan perlahan Taehyung menunjukkan benda yang ia sembunyikan, dua tiket masuk.
![](https://img.wattpad.com/cover/150450343-288-k888092.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Arranged Marriage? Hell No!
Fanfiction[COMPLETED] "Kau boleh memiliki tubuhku tapi aku tidak akan pernah memberikan hatiku padamu. Aku tidak akan pernah jatuh cinta padamu, Kim Taehyung.", Jeongguk berkata di malam pernikahan mereka. "Belum. Kau belum jatuh cinta padaku, Jeonggukie. Tap...