Chapter 23 - Growing Pains

21.8K 1.8K 26
                                    

"Gukkie, kau lihat kacamataku?", Tae bertanya pagi itu, buru-buru mencari kaca mata karena ia ada meeting pagi itu dengan Mr. Han dari Han Corp., dan Mr. Han tidak suka dengan keterlambatan. 

"Di laci kedua, hyung.", Guk menjawab dengan mata terpejam setengah tertidur, sudah hapal dengan kebiasaan suaminya yang pelupa.

Dan benar saja kacamata Tae ada disana. Ia bergegas memakainya karena sudah tidak sempat lagi memasang lens.

"Thanks, sayang.", dia berkata sebelum kembali ke kamar mandi untuk memasang dasi. Beberapa menit kemudian suara rusuh Tae kembali, ia berlari ke arah istrinya yang masih memejamkan mata di tempat tidur, mengecup kening, hidung dan bibirnya, yang direspon oleh senyuman oleh Guk, matanya yang terpejam sekarang terbuka menatap teduh suaminya yang seperti biasa terlihat tampan.

Guk membenarkan dasi Tae yang menceng dan merapikan rambut Tae yang mencuat, sentuhan tangannya membuat suami tampannya itu terlihat semakin sempurna.

"Aku berangkat ya, baby. Nanti siang, Kang ahjussi akan menjemputmu untuk cek kandungan rutin, oke? Aku akan menemuimu disana?", Tae berkata, kalau tidak ada meeting penting mungkin ia akan kembali ke kasur, memeluk istrinya dan menghujani istrinya dengan kecupan karena Guk terlihat sangat lembut dan cantik bahkan saat bangun tidur meskipun sedikit pucat.

Guk mengangguk. "Hati-hati di jalan, hyung."

"Telepon aku kalau ada apa-apa. Love you, baby."

"Love you, too.", Guk membalas sambil tersenyum lembut.

Kemudian, Tae beranjak bangkit dan berjalan keluar. Beberapa menit kemudian ia kembali menerobos pintu kamar mereka

"Dompet?", Tae menggaruk kepala sambil bertanya malu.

"Di laci kamar mandi, baris pertama.", Guk menjawab sambil terkekeh melihat kelakuan suaminya.

"Bye bye, Gukkie!", Tae berteriak sambil bergegas berlari.





-Di rumah sakit-

"Oh, Jeonggukie! Kau sudah datang? Kemarilah.", Hoseok menyambut Guk ke pelukannya saat Guk masuk ke ruang periksa sendirian

"Taehyung-ah mana?"

"Um, dia bilang akan menyusul, karena meetingnya molor, Hyung.", Guk menjawab sambil duduk perlahan di kursi di hadapan Hobi.

"Oke, kau mau mulai sekarang atau akan tunggu sampai Tae datang?"

"Sekarang juga tidak apa-apa, Tae bilang beberapa menit lagi ia sampai. Umm.. hyung, ada yang ingin aku tanyakan."

"Oke, shoot.", Hobi menjawab ramah, senyum lebar bak matahari masih terpasang di wajah tampannya.

"Hyung, umm..usia kandunganku sudah 4 bulan lebih, tapi aku masih merasakan morning sickness. Bahkan terkadang aku sampai harus bolos kuliah karena aku pusing dan muntah-muntah hebat. Kadang pandanganku juga mengabur. Apa.. apa ada yang salah, Hyung? Hyung, bayiku baik-baik saja kan?", Jeongguk bertanya khawatir, tangan kanannya memegang perutnya yang sudah agak membesar, mengelusnya lembut.

Senyuman Hoseok sedikit memudar, tapi karena profesionalismenya ia menutup kecemasannya dengan tetap tersenyum. "Morning sickness memang biasanya hanya terjadi pada trimester pertama, tapi itu juga normal terjadi di sepanjang kehamilan, Jeonggukie. Hyung akan cek tekanan darahmu dulu, oke?", Hoseok mengeluarkan tensimeter, dengan tenang mengukur tekanan darah Jeongguk yang masih mengigit bibirnya khawatir.

"Kau sudah membicarakan ini dengan Taehyung-ah?", Hoseok bertanya setelah selesai.

Guk menggeleng. "Aku berpikir semua akan hilang saat usia kandunganku semakin tua, Hyung. Aku tidak ingin ia khawatir."

Hoseok mengangguk, lalu mengecek telapak tangan dan kaki Guk.

"Tekanan darahmu tinggi, Guk-ah. Kakimu sedikit bengkak juga. Positif gejala pre eklampsia."

Jeongguk tercekat. Ia pernah membaca tentang pre eklampsia dan eklampsia, dan ia tahu hal itu buruk untuk bayi di kandungannya. Tanpa terasa air mata sudah mengaburkan pandangannya.

"Hyung...apa.. apa yang harus aku lakukan?", Guk bertanya cemas.

Hoseok menggenggam tangan Guk yang sudah hampir menangis. "Pre eklampsia belum berbahaya sampai statusnya berubah menjadi eklampsia, Guk-ah. Banyak yang bisa kau lakukan untuk mencegahnya sepanjang kau hamil sampai melahirkan. Hyung akan membantumu dan memantau terus keadaanmu. Kau harus bilang ke Taehyung-ah juga, kalian berdua harus bersama-sama menghadapi ini. Semua akan baik-baik saja, oke? Kau percaya kan pada Hyung mu ini?"

Guk mengangguk cepat hingga sebutir air mata menetes dari ujung mata yang cepat-cepat ia usap. "Aku akan melakukan apapun untuk bayi kami, Hyung."

Hoseok kembali tersenyum. "Kau mau cek USG?"

Guk mengiyakan lalu, perlahan berdiri menuju ranjang di ruangan itu. Hoseok membantunya untuk berbaring bersamaan dengan pintu ruangan yang berdebam terbuka.

"TaeTae!", Guk tidak pernah selega ini melihat suaminya.

Tae berdiri terengah tapi senyumnya lebar dan senyuman itu mengobati rasa cemas dan khawatir Guk akan bayi mereka.

"Maafkan aku, Gukkie. Mr. Han sangat detail dan sangat merepotkan. Hyung, aku tidak ketinggalan untuk melihat Taehyung junior, kan?", Tae berkata sambil menutup pintu dan berjalan ke arah ranjang, lalu segera meraih tangan Guk yang terulur ke arahnya.

"On time, Taehyung-ah." Hoseok memberi jempol. "Guk-ah, tolong angkat bajumu sebatas dada.",

Guk dengan patuh mengikuti instruksi Hoseok. Menaikkan pakaiannya sampai perutnya yang sudah agak membuncit itu terlihat, wajahnya merona malu karena senyuman bangga Tae yang pecah saat melihat perutnya yang sudah membesar. Senyuman bangga dan penuh kasih sayang yang selalu ia tunjukkan setiap kali ia melihat perut Guk.

"Ini akan sedikit dingin.", Hoseok mengusapkan gel di perut Guk. Guk bergetar sedikit karena sensasi dingin di perutnya, genggaman tangannya mengerat yang dibalas oleh senyuman oleh Tae.

Lalu Hoseok mulai menggunakan alat berbentuk tongkat kecil di sekitar perut Guk. Matanya terfokus pada mesin USG di samping tempat tidur Guk. Tidak lama terdengar detak jantung kecil di seluruh ruangan pemeriksaan.

"Itu dia! Itu dia Taehyung junior.", Hoseok tersenyum menunjuk pada malaikat kecil yang masih tertidur di dalam lindungan rahim ibunya.

"Hyung, itu bayi kita! Ya Tuhan, hyung dia sangat kecil.. Hyung..", Guk berseru senang melihat monitor yang menampakkan bayinya, ia tersenyum sampai gigi kelincinya terlihat dan kerutan di sekitar matanya muncul, matanya sudah basah karena air mata.

Saat tidak ada respon dari Tae, ia menoleh untuk mendapati suaminya yang terisak dalam diam. Air mata sudah membasahi pipinya. Guk meraih sebelah tangan untuk menghapus air mata suaminya. Hoseok perlahan keluar dari ruangan setelah membersihkan perut Guk dan menyimpan hasil USG, membiarkan pasangan muda itu merasakan kebahagiaan mereka berdua.

"Hyung..."

Tae kemudian melihat ke arah Guk, air matanya masih mengalir, tapi senyuman di bibirnya penuh kebahagiaan. Ia mencium tangan Guk di genggamannya, lalu menunduk untuk mencium kening Guk yang kemudian menutup matanya.

"A-aku.. terima kasih, Jeonggukie.. Terimakasih. Aku sangat bahagia kita akan punya anak, Gukkie.", Taehyung berkata terharu, kemudian kembali mencium kening dan bibir Jeongguk. Jeongguk terharu melihat suaminya yang begitu bahagia dengan keberadaan bayi di kandungannya.

Jeongguk berjanji akan melakukan apapun untuk menjaga kebahagiaan Tae meskipun dengan nyawanya sendiri.




tbc





AN1: double update hr ini (semoga) karena udah sampe 1000 reader yeay!!

AN2: terimakasih yang udah vote.. tapi comment juga berharga lho...ngomel sama author juga boleh (tp jangan galak2, plis) anw, makasih udah baca ^^

btw, ini happy ending kok.. janji deh.. author benci jg sama sad atau bad ending.

Arranged Marriage? Hell No!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang