"Uncle TaeTae dataaaangggg!! Uwaaaa!!" Taehyung membesarkan suaranya seperti auman singa dan menangkap bocah perempuan yang tertawa tanpa henti ke pelukannya. Kemudian mereka berdua berguling di lantai ruang keluarga kediaman keluarga Kim, tertawa berdua layaknya seperti ayah dan anak.
Dua pasang mata memperhatikan interaksi itu dengan senyuman.
"Awww...lihat itu.. rasanya Taehyungie bahkan lebih baik dari Min Yoongi. Dia sangat cocok menjadi seorang ayah. Aku tidak sabar melihatnya bermain dengan anak kalian. Iya kan, Gukkie?", Jimin memperhatikan anak perempuan dan sahabat baiknya itu bermain, ia tidak habis pikir bagaimana Jihye yang selalu tertutup selain dengan Appa dan Eomma nya begitu menempel lekat dengan Uncle TaeTae nya.
Jeongguk memandang pemandangan di hadapannya dengan senyuman dan kedua mata yang berkaca-kaca. Pilihannya untuk mengundang Jimin dan anak perempuannya untuk main ke rumah mereka adalah pilihan yang tepat. Taehyungie hyung nya memang seorang natural kalau urusan anak kecil. Setiap anak kecil pasti langsung dekat dan melekat dengannya.
Ia mengusap perut besarnya, membayangkan kalau suatu saat Tae akan bermain dengan anak di kandungannya ketika ia sudah besar. Betapa ia ingin menyaksikan momen itu dengan kedua matanya. Membesarkannya bersama, bermain dengannya dan mengajarkannya bermacam-macam hal.
Setitik air mata jatuh dari mata bulatnya, yang buru-buru ia hapus, tidak ingin merusak momen-momen bahagia Tae dengan Jihye.
'TaeTae hyungie.. aku tau dalam hati kau sangat menginginkan bayi ini seperti aku menginginkannya. Melihat senyum itu lagi di wajahmu selalu sudah cukup untukku, hyung.'
"Ya Jiminie hyung, siapa dulu istrinya.. Hehe", Jeongguk berusaha bercanda karena tidak ingin Jimin khawatir melihatnya yang daritadi hanya terdiam memandang.
Jimin tersenyum lebar dan mengusap perut buncit Jeongguk lembut. Kemudian ia kembali bersantai di sofa karena untuk sekejap pekerjaan mengurus anak diambil alih oleh Taehyung yang masih asyik bermain dengan Jihye.
Jeongguk kemudian berdiri untuk ke kamar mandi karena lagi-lagi Areum menendang kandung kemihnya. Ia pipis hampir satu jam sekali sekarang, dan dengan perut besarnya berjalan ke kamar mandi menjadi suatu pekerjaan yang melelahkan. Ia memberi isyarat kepada Tae yang melayangkan pandangan bertanya padanya, kemudian menggeleng saat Tae beranjak bangun untuk menolongnya.
"Kau main saja dengan Jihye. Aku bisa sendiri, TaeTae.", dia bergumam tanpa suara, tidak ingin mengganggu Jihye yang bergelayutan di pundak Taehyung sambil masih tertawa terpingkal. Taehyung mengangguk ragu, matanya masih memancarkan kecemasan yang diabaikan oleh Jeongguk.
Seusai menyelesaikan urusannya di kamar mandi, Jeongguk mencuci tangannya dan tepat pada saat itu, rasa sakit kepala yang hebat menghantamnya. Ia memegang kepalanya dengan satu tangan, satu tangan berpegangan pada wastafel erat sampai buku-buku jarinya memutih.
"A-ah..Oh Tuhan..", ia berusaha mengerjap-ngerjapkan matanya, pandangan mengabur karena rasa sakit yang terus berdenyut, bahkan bayangannya di cermin sudah tidak berbentuk. Ia berusaha melangkahkan kakinya menuju pintu, tapi itu adalah langkah yang salah karena berikutnya ia jatuh tersungkur sebelum kegelapan menerpanya.
"T-Tae.."
Ketika Jeongguk sadar, ia berbaring di atas stretcher yang bergerak dengan selang oksigen yang menutup mulutnya. Kepalanya sudah tidak berdenyut hebat tapi tubuhnya terasa sangat lemah sampai untuk menggerakkan tangan saja ia butuh usaha keras.
Suara Hoseok di sebelah kirinya meneriakkan perintah-perintah medis yang tidak Jeongguk mengerti. Tangan kanannya digenggam oleh dua pasang tangan yang kuat, tangan milik suami yang berlari di sampingnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arranged Marriage? Hell No!
Fanfiction[COMPLETED] "Kau boleh memiliki tubuhku tapi aku tidak akan pernah memberikan hatiku padamu. Aku tidak akan pernah jatuh cinta padamu, Kim Taehyung.", Jeongguk berkata di malam pernikahan mereka. "Belum. Kau belum jatuh cinta padaku, Jeonggukie. Tap...