"Yeoboseyo, Hyung?", Jeongguk menghentikan langkahnya di depan toko alat tulis, ia baru saja selesai dari kelas terakhirnya untuk hari itu dan bergegas pulang. Entah sejak kapan ia lupa kehidupan malamnya dan lebih memilih menghabiskan malam bersama Taehyung. Meskipun mereka hanya makan malam bersama atau nonton anime (yang sampai sekarang Jeongguk masih tidak paham bagaimana suami businessman nya itu adalah penggemar anime berat). Tetapi selama itu bersama Taehyung, Jeongguk selalu merindukan detik-detik mereka bersama.
"Gukkie! Kau sudah selesai?", suara riang di ujung telepon tidak pernah gagal membuatnya tersenyum sekarang ini.
Entah apa yang berubah darinya, tapi mendengar Taehyung tertawa keras selalu membuatnya ikut tersenyum sekarang. Jika ia bersama Taehyung, ia selalu ingin dekat dengan suaminya itu.
"Nae, Hyung. Aku sedang berjalan keluar kampus sekarang.", Jeongguk menjawab ringan, lalu kembali melangkahkan kakinya menuju gerbang keluar kampus.
"Tunggu di situ!"
"Huh?"
"10 menit, ah ani.. 5 menit lagi! Aku dalam perjalanan untuk menjemputmu."
"Hyung, ini masih jam 5 kurang, apa kau membolos dari kantor?", Jeongguk menyipitkan matanya tidak setuju, meskipun sebenarnya mereka tidak sedang video call.
"Aku tidak peduli. Aku rindu.", jawab Taehyung keras kepala.
"Hyung, kita baru bertemu tadi pagi.", Jeongguk tidak dapat menahan tawa kecil yang terlepas dari bibirnya.
"Oh ayolah Gukkie. Aku sampai, tengok ke kanan."
Jeongguk menengok ke arah kanan seperti yang dibilang oleh Tae, dan melihat Maserrati merah milik suaminya sudah bertengger disana. Taehyung keluar dari mobil seperti hari pertama ia diantar ke sekolah, semua mahasiswa yang kebetulan ada disana saat itu menengok ke arah Tae yang mengenakan setelan jas hitam Valentino dengan satu kancing kemeja terbuka. Tangan kirinya dimasukkan ke saku celananya, tangan kanan melambai ke arah Jeongguk. Tae mengenakan kacamata hitam, tapi senyuman riang yang ditujukan pada Guk sangat hangat yang membuat Guk ingin segera lari ke arah Taehyung lalu memeluknya erat.
Tidak, Jeongguk. Kaupikir kau pantas melakukan itu? Kau pikir siapa kau? Kau anak yang tidak punya ibu. Bahkan ibumu sendiri tidak menginginkanmu.
Alis Jeongguk berkerut. Suara itu datang lagi. Suara yang selalu datang setiap tahun di tanggal yang sama untuk menyiksanya. Apakah ini sudah mendekati tanggal ulang tahunnya?
Senyum Tae menghilang dan lambaian tangannya turun perlahan saat Jeongguk menurunkan pandangannya ke aspal. Bahunya nampak turun dan dari kejauhan Tae dapat melihat tubuh Jeongguk bergetar.
Ia segera berlari ke arah Jeongguk dan menggenggam tangannya.
"Gukkie?", Tae meraih dagu Jeongguk dan menaikkan kepalanya yang tertunduk. "Hei Gukkie, lihat aku, hm?"
Perlahan Jeongguk menaikkan pandangannya dari aspal dan menatap kedua mata Taehyung. Mata besar yang indah itu sudah basah oleh air mata.
"Hyung, a-aku.. s-suara itu..", Jeongguk berbisik, tapi Taehyung dapat dengan jelas mendengarnya. Kerumunan mahasiswa sudah berkumpul di sekitar mereka. Taehyung yang menyadari ini segera memeluk Jeongguk dan menyembunyikan wajahnya di dadanya yang bidang.
"Ssh.. Hyung mengerti. Ayo kita pulang.", kemudian Tae mengarahkan tubuh Jeongguk ke arah mobil.
Di perjalanan, Tae berusaha bercerita hal-hal lucu yang terjadi di kantor atau apapun yang terlintas di benaknya untuk mengalihkan pikiran Jeongguk dari setan apapun yang ada di benaknya. Taktiknya itu berhasil saat Jeongguk tertawa kecil ketika ia bercerita tentang betapa terkejutnya ia menjumpai Namjin couple yang tengah berciuman di ruang meeting.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arranged Marriage? Hell No!
Fanfiction[COMPLETED] "Kau boleh memiliki tubuhku tapi aku tidak akan pernah memberikan hatiku padamu. Aku tidak akan pernah jatuh cinta padamu, Kim Taehyung.", Jeongguk berkata di malam pernikahan mereka. "Belum. Kau belum jatuh cinta padaku, Jeonggukie. Tap...